jpnn.com, JAKARTA - Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Arief Poyuono, meminta pemerintah segera mengambil langkah-langkah kebijakan moneter guna meyakinkan investor di tengah kondisi perekonomian global dan wabah virus Corona (Covid-19) yang semakin merajalela.
Arief memprediksi bahwa pada minggu depan capital flight akan lebih deras. Strategi intervensi Bank Indonesia juga tidak akan efektif mencegah dolar Amerika Serikat keluar dari Indonesia.
BACA JUGA: 5 Berita Terpopuler: Guru Jangan Masuk Sekolah, Menkes Minta Maaf, Ancaman Menkeu
"Jika tidak ada langkah-langkah kebijakan moneter yang bisa meyakinkan para investor dan konglomerat Indonesia untuk tidak memindahkan mata uang dolarnya ke luar negeri, maka krisis moneter tidak bisa dielakkan lagi," ucap Arief dalam keterangan yang diterima jpnn.com, Sabtu (20/3).
Imbasnya, lanjut lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Jayabaya ini, kondisi itu akan membuat utang negara semakin menggunung, terutama bila kurs rupiah terhadap USD mencapai Rp19.000/ dolar AS.
BACA JUGA: 5 Berita Terpopuler: Rupiah Ambyar, Corona Merajalela, Lagi-Lagi soal Ahok
Lebih jauh, proyek-proyek infrastruktur yang menggunakan pembiayaan luar negeri terancam akan mangkrak dan kesulitan membayar bunga pinjaman bank dan investor.
"Tinggi kurs dolar juga akan berdampak pada kenaikan harga-harga barang pangan yang berbasis impor, seperti gula, beras, gandum untuk membuat tepung dan mie instan. Belum lagi harga susu untuk bayi dan anak-anak yang akan ikut naik karena masih impor," tuturnya.
Di sisi lain, kinerja ekspor komoditas Indonesia seperti CPO, Batubara, maupun mineral tidak banyak membantu menguatkan nilai kurs rupiah. Pasalnya, negara tujuan ekspor juga mengalami guncangan ekonomi yang berdampak pada pengurangan permintaan komoditas ekspor.
"Dengan merosotnya ekspor maka akan berdampak juga pada tidak tercapainya pendapatan dari sektor pajak. Krisis ekonomi di Indonesia di era Joko Widodo tidak bisa dihindarkan lagi," jelas ketua umum FSP BUMN Bersatu ini.
Namun demikian, pihaknya masih optimistis bila pemerintah segera mengubah haluan dengan menerapan sistem ekonomi berdikari dan mengurangi ketergantungan impor pangan maupun sektor lainnya.
"Satu-satunya jalan, Presiden Joko Widodo harus menerapkan sistem ekonomi berdikari dan mengurangi ketergantungan impor pangan dan lainnya," ujar politikus kelahiran Jakarta ini.
Dia juga menambahkan, untuk meyelamatkan ekonomi masyarakat bawah, pemerintah perlu membuat kebijakan jaring pengaman dalam bentuk penyediaan dana tunai pada UKM, petani dan nelayan yang bisa digunakan untuk meningkatkan produksi.
"Bukan dana macam untuk keluarga pra sejahtera dan BLT yang hanya digunakan untuk meningkatkan komsumsi," tandas Arief.(fat/jpnn)
Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam