Arief Poyuono Kaitkan Pencoretan Indonesia Sebagai Negara Berkembang dengan Jokowi

Selasa, 25 Februari 2020 – 12:18 WIB
Arief Poyuono. Foto: M. Fathra NI/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Arief Poyuono mengatakan dikeluarkannya Indonesia dari daftar negara berkembang oleh Amerika Serikat tidak akan memberikan dampak buruk.

Dia menilai kebijakan AS lewat Kantor Perwakilan Dagang atau USTR itu justru sebuah prestasi bagi Presiden Joko Widodo. "Bukan dampak buruk, dong. Justru merupakan prestasi Presiden Joko Widodo yang bisa mengeluarkan Indonesia dari status negara berkembang menjadi negara maju sekelas Jerman, Inggris, Singapura dan negara maju lainya dari penilaian Departemen Perdagangan Amerika Serikat," kata Arief, Selasa (25/2).

BACA JUGA: AS Coret Indonesia dari Negara Berkembang, Ini Respons Bamsoet

Menurut Arief, Departemen Perdagangan AS selama ini memberikan fasilitas Generalized System of Preferences (GSP) pada Indonesia yang masuk katagori negara berkembang, untuk mempromosikan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan.

Menurut dia, GSP mempromosikan pembangunan berkelanjutan di negara penerima dengan membantu negara-negara ini meningkatkan dan mendiversifikasi perdagangan mereka dengan AS.

BACA JUGA: Status Negara Berkembang Dicabut, Menkeu: Tak Berpengaruh Besar

Ia menambahkan program GSP memberikan manfaat tambahan untuk produk dari negara-negara yang berkembang seperti Indonesia selama ini untuk untuk meningkatkan pendapatan ekspor, mempromosikan industrialisasi, dan mempercepat laju pertumbuhan ekonomi mereka.

Arief mengatakan, keuntungan jelas bagi buruh bahwa semua produk-produk yang diproduksi di Indonesia dan diekspor ke Amerika Serikat, gaji buruhnya harus sesuai standar gaji negara maju. "Sebab, jika tidak sesuai standar gaji negara maju maka produk-produk tersebut akan ditolak Amerika Serikat karena dianggap melakukan dumping dalam perdagangan dengan upah murah buruh," jelasnya.

BACA JUGA: Indonesia Dicoret dari Daftar Negara Berkembang, Ini Dampak Buruknya

Ia menegaskan dampak buruk bagi Indonesia tidak ada. Menurut dia, yang ada justru dampak buruk akibat propaganda pemerintah yang selama ini mengklaim seakan-akan sudah setaraf dengan negara maju, dengan mengatakan kemiskinan menurun dan pendapatan per kapita akan mencapai USD 27 ribu atau Rp 320 juta sesuai target Joko Widodo di akhir pemerintahannya.

"Dampak buruknya industri-industri milik asing yang produknya diekspor ke Amerika Serikat yang selama ini mendapatkan manfaat GSP seperti industri sepatu, tekstil dan lain-lain akan cabut dari Indonesia dan mencari negara berkembang lainnya untuk memindahkan usahanya dari Indonesia," pungkas Arief. (boy/jpnn)


Redaktur & Reporter : Boy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler