Arief Poyuono Minta Sri Mulyani Tidak Menebar Pesimistis

Rabu, 24 Juni 2020 – 17:57 WIB
Sri Mulyani. Foto: JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Arief Poyuono menyoroti sikap Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, yang memprediksi perekonomian nasional akan masuk zona resesi ekonomi.

"Pesimistisnya Mbak Sri Mulyani terkait perekonomian nasional yang diprediksi oleh Mbak Sri akan masuk zona resesi ekonomi," kata Arief, Rabu (24/6).

BACA JUGA: Sri Mulyani Surati Gubernur BI Pindahkan Rp30 Triliun ke Bank Milik Negara

Arief menjelaskan secara ekonometrika dan asumsi-asumsi keadaan sosial, memang pertumbuhan ekonomi pada kuartal III dan IV akan tumbuh di kisaran 1,4 persen sampai -1,6 persen.

Menurut dia, hal itu juga ditambah dengan asumsi tingkat konsumsi masyarakat yang tidak meningkat saat relaksasi pembatasan sosial berskala besar (PSBB).

BACA JUGA: Defisit APBN 2020 Membengkak, HMS Center: Menkeu Sri Mulyani Harus Tanggung Jawab

Arief menjelaskan konsumsi masyarakat selama ini merupakan faktor yang menciptakan pertumbuhan ekonomi nasional.

"Sebanyak 50 persen pertumbuhan ekonomi Indonesia ditopang dari konsumsi masyarakat," ujar Arief.

BACA JUGA: 5 Berita Terpopuler: Johan Budi Bela PPPK, Menteri Tjahjo Minta Maaf, Mahfud MD Bilang Kacau

Namun, kata Arief, bila Sri Mulyani dan ahli ekonomi mau melihat dan turun langsung ke rakyat dan pasar saat PSBB diberlakukan, perekonomian khususnya sektor usaha mikro kecil menengah (UMKM) sebagai aktivitas belanja masyarakat masih sangat tinggi.

"Secara kasat mata hanya menurun sekitar 20 persenan dibandingkan keadaan normal tanpa Covid-19," ungkapnya.

Dia menyatakan Sri Mulyani juga seharusnya menambahkan asumsi bahwa budaya ekonomi itu sudah melekat di masyarakat Indonesia sejak zaman nenek moyang terdahulu.

Contohnya, dalam kehidupan di daerah atau Jakarta, sering melihat tetangga atau kawan lewat depan rumah.

"Lalu, memanggil untuk singgah sebentar dan mengajak ngobrol dan minum kopi atau teh serta makanan ringan. Nah, kopi teh kan harus dibeli dan terjadi spending (belanja), iya nggak? Kebiasaan itu jarang dipunyai oleh bangsa lain," ujar Arief.

Artinya, Arief menjelaskan, harus optimistis bahwa setelah relaksasi PSBB dan tujuh program bantuan sosial (bansos) disalurkan, serta penggunaan dana penyelamatan ekonomi nasional bisa berjalan cepat, Indonesia tidak akan mengalami resesi ekonomi.

"Insting saya kok Indonesia tidak akan resesi ekonomi, ya. Malah, ekonomi kita akan tumbuh di atas tiga persenan di kwartal III dan IV," jelas Arief.

Dia berpendapat bila Menkeu Sri selalu menebar pesimistisnya dengan skenario-skenario yang berbasis laporan kertas dan lembaga-lembaga keuangan dunia, yang tidak juga melihat secara langsung kegiatan ekonomi di Indonesia, justru akan berdampak negatif bagi kondisi perekonomian nasional.

Hal ini, lanjutnya, juga akan membuat investor ragu-ragu atau memilih sikap wait and see untuk masuk maupun meneruskan investasinya ke Indonesia yang sempat terhenti di saat pandemi Covid-19.

"Juga terjadi penarikan modal besar-besaran dari pasar keuangan dan pasar modal di Indonesia," kata Arief.

Menurut Arief, seharusnya ini menjadi catatan bagi Presiden Joko Widodo alias Jokowi dan tim ekonomi lainnya yang selalu bekerja keras dan optimistis bahwa perekonomian Indonesia akan tetap tumbuh di saat Covid-19. (boy/jpnn) 

Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:


Redaktur & Reporter : Boy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler