jpnn.com, NEW DELHI - Nama Arnab Goswami sudah tidak asing di dunia jurnalistik, khususnya di India. Pria berusia 43 tahun itu dikenal sebagai anchor atau penyiar berita di televisi yang kontroversial.
Arnab dikenal sebagai sosok jurnalis berpaham jingoisme, yang terlalu mengangungkan kebesaran dan kekuatan negeri sendiri. Kini, setelah enam bulan berhenti dari stasiun tv Times Now, Arnab meluncurkan stasiun baru: Republic TV. "Saya patriotik dan nasionalis, begitu juga salurannya," kata Arnab kepada AFP.
BACA JUGA: Live Bacakan Berita, Ternyata soal Kematian Suaminya
Stasiun tersebut bakal di-launching dua minggu ke depan. Dia mengklaim sudah membangun stasiun ini dengan melibatkan 300 jurnalis dan staf komersial hanya dalam waktu empat bulan. Studionya berada di Mumbai, bukan di New Delhi tempat biasanya stasiun tv atau kantor berita bermarkas.
"Saya ingin menjadikan Republic TV saluran berita berbahasa Inggris yang paling banyak ditonton di India. Dan saya ingin mengakhiri hegemoni media Barat," ujarnya.
Lulusan Universitas Oxford ini memulai kariernya di Telegraph yang berbasis di Kolkata pada tahun 1994. Kemudian dia bergabung dengan NDTV. Pada 2006 dia membantu mengatur Times Now dengan The Newshour, sebelum hengkang November lalu.
Arnab sering dihujani kritik karena cara pendekatan pemberitaan yang sering bias. Dia dibenci oleh sebagian besar tokoh sayap kiri, yang mengutuknya sebagai seorang proyek sayap kanan.
Namun Arnab seorang yang keras, kukuh, terkadang dicap tak mau mendengar omongan orang lain. Dia menolak aturan bahwa seorang wartawan harus selalu memberikan laporan dengan seimbang dan tidak memihak.
"Ketika sebuah kelompok teroris Pakista membunuh tentara kami (India), saya tidak akan melihatnya melalui lensa objektivitas. Saya harus memahami itu sebagai perspektif teroris militan dan memanggil mereka dengan seorang militan atau pria bersenjata," katanya.
"Saya akan mengatakan bahwa dia adalah seorang teroris dan dia telah membunuh tentara negara saya. Jika itu melanggar aturan jurnalistik, maka saya ingin melanggar beberapa peraturan jurnalisme lainnya lagi. Saya seorang India dan saya akan selalu berada di pihak India," imbuhnya.
Arnab memiliki rencana besar dengan stasiun tv barunya. Dia tidak senang dengan dominasi Barat atas berita-berita dunia. Dalam tiga atau empat tahun ke depan, Arnab percaya bisa menjawab tantangan tersebut.
"Menjawab tantangan seperti dari BBC atau CNN hanya bisa berasal dari demokrasi multi-budaya, multi-etnis, dinamis, tumbuh seperti India," tutur Arnab.
Dia mengkritik tajam liputan media Barat tentang Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Dia memberi label 'almost embarrassing', hampir memalukan.
Dia heran melihat media AS seperti berperang dengan Trump. Namun Arnab membantah tudingan dia ingin menjadikan Republic TV sebagai Fox News-nya India.
"Saya akan berteriak, karena di India jika Anda tidak berteriak, Anda tidak akan didengar. Saya akan membuat semua penonton Barat menggulung lengan baju mereka, minum secangkir kopi dan bangun saat melihat pemberitaan saya. Karena saat saya melihat saluran berita di luar negeri membuat saya tertidur," tegasnya.
Arnab menggambarkan diri sebagai seorang nasionalis liberal. Dia seorang sekularisme, memperjuangkan hak perempuan dan LGBT, dan juga mempertanyakan fundamentalisme Hindu dan Muslim. "Saya hanya melakukan apa yang saya pikir itu berasal dari hati," tandasnya. (adk/jpnn)
Redaktur & Reporter : Adek