Aroma Kuliner Lokal dalam Diskusi Kebangsaan Hasto-Yenny

Senin, 05 Februari 2018 – 22:49 WIB
Sekjen PDIP Haasto Kristiyanto menunjukkan kue buatan istrinya, Maria Stefani Ekowati (kanan) kepada Yenny Wahid pada pertemuan di The Wahid Institute, Jakarta Pusat, Senin (5/2). Foto: Ricardo/JPNN.Com

jpnn.com, JAKARTA - Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto dan sejumlah pengurus teras partainya mengunjungi kantor The Wahid Institute di Jalan Taman Amir Hamzah Nomor 8, Pegangsaan, Jakarta Pusat, Senin (5/2). Hasto disambut langsung oleh Direktur Eksekutif Yenny Wahid.

Jajaran DPP PDIP yang menyertai Hasto pada pertemuan itu antara lain Andreas Pareira, Wiryanti Sukamdani, Sri Rahayu, dan sejumlah pengurus Baitul Muslimin Indonesia (Bamusi). Selanjutnya, antara PDIP dan The Wahid Institute membahas beragam persoalan kebangsaan hingga kuliner.

BACA JUGA: Relawan Hasanah Jaring Simpati Lewat Aksi Bedah Rumah

Hasto megatakan, kunjungan pengurus DPP PDIP ke The Wahid Institute merupakan tindak lanjut pertemuan saat Yenny Wahid bertandang ke kantor DPP PDI Perjuangan beberapa waktu lalu. "Beliau (Yenny) memaparkan persoalan kebangsaan sehingga kunjungan kami ke sini merupakan tindak lanjut dari pertemuan yang sudah dilakukan sebelumnya," ujarnya usai pertemuan.

Menurut Hasto, usia reformasi sudah hampir menginjak 20 tahun. Dia lantas mengenang perjuangan Megawati Soekarnoputri saat masih memimpin PDI yang bersama-sama ayah Yenny Wahid, KH Abdurrahman Wahid menggulirkan demokrasi di tanah air.

BACA JUGA: Tiga Pantun Hasto untuk Semangati KBS-Ace Merahkan Bali

“Kita ketahui perjuangan Gus Dur (KH Abdurrahman Wahid, red) bersama Ibu Megawati saat itu dalam menegakkan demokrasi untuk mendorong agar rakyat punya kedaulatan politik menghadapi pemerintahan yang otoriter dan itulah yang tercatat dalam sejarah," kata Hasto.

Selain itu, kata Hasto, PDIP juga hendak menimba ilmu dari The Wahid Institute mengenai cara menghadapi persoalan kebangsaan dengan tetap menjaga persatuan dan kesatuan. Selama ini, The Wahid Institute sudah bergerak hingga desa dalam rangka pemberdayaan masyarakat sekaligus menguatkan nilai-nilai kebangsaan.

BACA JUGA: Sekjen PDIP Lupa Nama Wali Kota Denpasar

"Kami banyak belajar tentang pembinaan komunitas desa-desa damai, koperasi damai, rumah tangga damai dan masukan-masukan terhadap nilai-nilai kebangsaan serta Pancasila," jelasnya.

Sedangkan Yenny mengatakan, pertemuan itu merupakan ajang diskusi bagi kedua belah pihak dalam mencari solusi bagi masalah kebangsaan yang terancam oleh ideologi dari mancanegara. Baik PDIP maupun The Wahis Institute, kata Yenny, telah berkomitmen untuk bersama-sama membangun toleransi.

"Mas Hasto mempunyai kesadaran sama dalam permasalahan bangsa yang ada saat ini. Perjalanan bangsa ke depan dalam membangun nolai toleransi sangat penting demi menjaga stabilitas negara," ungkapnya.

Tapi, pembicaraan di The Wahid Institute tak melulu soal serius. Ada pula hal-hal ringan yang dibicarakan, termasuk makanan bercita rasa Nusantara.

"Pak Hasto menyampaikan masalah kuliner Nusantara yang menguatkan kembali local wisdom dan makin menguatkan kebagsaan kita. Kami sangat menghargai hal itu," tuturnya.

Pada pertemuan itu, Hasto membawa makanan berupa soto segar dan kue buatan istrinya, Maria Stefani Ekowati. Menurut Maria, soto merupakan kuliner lokal yang sangat populer.

Maria menjelaskan, banyak kota yang punya soto khas. Misalnya, soto kudus, soto lamongan, hingga soto solo yang terkenal karena kesegarannya.

“Yang kami sajikan ini soto solo segar, kuahnya bening dan ayamnya kampung. Pak Hasto minta khusus kalau ada acara itu (soto segar, red) disajikan. Soto itu khas lokal,” ujar Maria.

Bahkan, Maria mengaku membuka usaha kuliner Warung Soto Segar di Bekasi. "Tepatnya di Narogong, depan Yonif," sebutnya.(rmo/jpg/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Airlangga Mulai Mencuat Bukti Mesin Golkar Menggeliat


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler