JAKARTA - Kompetensi anggota dewan yang baru dilantik mulai bisa dilihatTak heran bila kemampuan mereka pun mulai dipertanyakan
BACA JUGA: PDI-P Pertahankan Wajah Lama
Hal ini pun mendapat perhatian dari peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Siti Zuhro.Menurutnya, dari awal tak sedikit kalangan yang meragukan kemampuan artis yang berhasil lolos sebagai anggota parlemen
Karenanya, kata perempuan yang karib disapa Wiwiek ini, menjadi politisi di DPR tidak cukup hanya dibekali semata-mata popularisme saja
BACA JUGA: Musda, Rivalitas Dua Generasi
Tidak tertutup kemungkinan, memang bakal ada beberapa artis yang sukses dalam menjalankan tugasnya sebagai anggota dewan“Mengingat beratnya permasalahan yang dihadapi Indonesia saat, pesimisme masyarakat makin menguat terhadap prospek kinerja anggota dewan tersebut,” imbuhnya.
Namun, sisi positif dari hadirnya artis di Senayan adalah mereka dikenal publik
BACA JUGA: Tiga Kubu Rebutan Jatah Menteri
Sebagai politisi yang notabene artis, sebenarnya mereka relatif mudah untuk mengenalkan program-program yang sifatnya terebosan penting"Dengan begitu relatif lebih mudah diperhatikan rakyat atau bahkan untuk mendapat dukungan rakyat," imbuhnya.Sisi negatifnya, seolah parlemen di Senayan menjadi panggung sandiwara, yang mengesankan mudahnya menjadi anggota dewan karena tidak memerlukan kompetensiKarena itu, anggota dewan yang kompeten, kapabel dan kridibel sangat diperlukan untuk menopang kinerja parlemen
Wiwiek juga menyinggung adanya fenomena anggota dewan yang menangis ketika mengetahui dirinya tidak masuk dalam panitia anggaranHal itu menunjukkan secara jelas bahwa politisi yang bersangkutan belum siap mental menjadi wakil rakyat“Kesan untuk membedakan antara daerah yang ‘basah’ dengan daerah yang ‘kering’ masih cukup dominan,” terang istri Abdussomad Abdullah yang juga peneliti di bidang sosiologi LIPI.
Perempuan kelahiran Blitar, 7 November 1959 itu menyebut ada kecenderungan kuat bahwa komisi-komisi tertentu di DPR memang sangat diincar anggota dewan"Ini juga menunjukkan bahwa niatan untuk menjadi anggota DPR lebih didorong oleh semangat untuk mendapatkan profit yang sebesar-besarnya dan kedudukan terhormat ketimbang sungguh-sungguh mewakili rakyat, apalagi mendorong proses demokrasi," tandasnya(viv/JPNN)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pro Paloh Tetap Pede Maju di Musda
Redaktur : Antoni