jpnn.com, WASHINGTON DC - Amerika Serikat berencana berinvestasi pada lima hingga 10 proyek infrastruktur di seluruh dunia pada Januari 2022 sebagai bagian dari program lebih luas yang dijalankan oleh negara-negara Kelompok Tujuh (G7), kata pejabat tinggi AS, Senin (9/11).
Rencana itu dimaksudkan untuk menandingi program serupa yang dijalankan China, yaitu Prakarsa Sabuk dan Jalan alias OBOR.
BACA JUGA: Berbeda dengan Indonesia, China dan AS Ogah Teken Ikrar Anti-Batubara
Delegasi AS pekan lalu mengidentifikasi sedikitnya 10 proyek menjanjikan di Senegal dan Ghana setelah melakukan serangkaian pembahasan, kata pejabat tersebut.
Delegasi itu dipimpin oleh wakil penasihat keamanan nasional Presiden Joe Biden, Daleep Singh.
BACA JUGA: Jelang Pertemuan Partai Komunis, Dua Bencana Alam Ancam China
Para pejabat sedang melancarkan pertemuan dengan para pemimpin pemerintah dan sektor swasta untuk menentukan proyek-proyek yang akan diberi pendanaan di bawah program Build Back Better World (B3W), kata pejabat itu.
B3W adalah prakarsa yang diluncurkan oleh negara-negara demokrasi kaya kelompok G7 pada Juni tahun ini.
BACA JUGA: Alam Mengamuk, Sektor Transportasi China Lumpuh
Rencana-rencana tersebut kemungkinan akan diselesaikan selama pertemuan G7 pada Desember, kata sang pejabat.
Delegasi AS telah berkunjung ke Ekuador, Panama, dan Kolombia selama awal Oktober dan kunjungan serupa akan dilakukan ke Asia sebelum akhir tahun, katanya. Ia tidak menyebutkan negara-negara Asia mana yang akan dikunjungi.
B3W G7 dimaksudkan untuk memenuhi sebagian investasi infrastruktur senilai 40 triliun dolar AS (Rp 569,8 kuadriliun) yang akan dibutuhkan negara-negara berkembang pada 2035, kata para pejabat.
Selain itu, B3W ditujukan sebagai alternatif bagi praktik pinjaman oleh China yang bermasalah, kata mereka.
Amerika Serikat akan menawarkan "cakupan penuh" perangkat keuangan AS kepada negara-negara berkembang.
Perangkat yang ditawarkan termasuk saham ekuitas, jaminan pinjaman, asuransi politik, hibah, dan keahlian teknis untuk memusatkan upaya pada iklim, kesehatan, teknologi digital, dan kesetaraan gender, kata pejabat itu kepada wartawan.
Pejabat pemerintah tersebut mengatakan para pejabat tinggi di Senegal dan Ghana telah menyambut baik jaminan yang ditawarkan AS.
Tidak seperti China, yang merupakan kreditur terbesar dunia, AS tidak akan meminta ada perjanjian kerahasiaan atau perjanjian terpisah yang suatu hari bisa berujung pada penyitaan pelabuhan atau bandara.
Proyek-proyek yang telah dibahas termasuk kemungkinan mendirikan pusat pembuatan vaksin untuk Afrika Barat di Senegal, memperkuat pasokan energi terbarukan, meningkatkan pinjaman bagi bisnis yang dimiliki perempuan, serta mempersempit kesenjangan digital. (ant/dil/jpnn)
Redaktur & Reporter : Adil