jpnn.com, IRAN - Sejumlah pejabat Amerika Serikat menduga pesawat Ukraina yang jatuh di Iran hingga menewaskan seluruh 176 penumpang kemungkinan besar tertembak oleh pertahanan udara Iran.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump, sementara itu, menyatakan tidak percaya bahwa kecelakaan itu disebabkan masalah mekanis.
BACA JUGA: 82 WN Iran Tewas Dalam Kecelakaan Pesawat Maskapai Ukraina
Dengan mengutip kajian mendalam dari data satelit, satu pejabat AS mengatakan pemerintah telah menyimpulkan secara meyakinkan bahwa rudal-rudal antipesawat telah menyebabkan pesawat itu jatuh.
Pesawat jatuh pada hari yang sama ketika Iran melancarkan serangan peluru kendali balistik ke arah pasukan AS di Irak.
BACA JUGA: Angkut 180 Orang, Boeing 737 Maskapai Ukraina Jatuh di Iran
Sang pejabat mengatakan pesawat milik Ukraine International Airlines itu sebelumnya terdeteksi pada radar Iran.
Data menunjukkan bahwa jet Boeing 737-800 itu sedang terbang di udara selama dua menit setelah lepas landas dari Teheran ketika penunjuk suhu panas dari rudal darat-ke-udara terdeteksi, kata salah satu pejabat.
BACA JUGA: 5 Berita Terpopuler: Rencana Khusus Prabowo Subianto di Natuna Hingga Nasib Anies Baswedan
Tanda-tanda itu tak lama kemudian diikuti dengan ledakan di sekitar pesawat, kata pejabat tersebut. Data suhu panas kemudian menunjukkan bahwa pesawat itu terbakar ketika jatuh.
Pesawat tersebut sedang terbang menuju Kiev dan membawa para penumpang, yang sebagian besar di antaranya adalah warga negara Iran dan Iran-Kanada.
Kecelakaan terjadi pada Rabu (8/1) dini hari, yaitu beberapa jam setelah Iran melancarkan serangan rudal terhadap pasukan pimpinan AS di Irak sehingga berbagai kalangan menduga bahwa pesawat itu kemungkinan terkena rudal. https://tmsnrt.rs/36Fn26m
Kepala badan penerbangan sipil Iran membantah laporan tersebut dengan mengatakannya sebagai "gunjingan yang tidak logis."
"Secara ilmiah, tidak mungkin rudal menghantam pesawat Ukraina itu, rumor seperti itu tidak logis," demikian dilaporkan Kantor Berita ISNA, yang mengutip Kepala Badan Penerbangan Sipil Ali Abedzadeh.
Dua pejabat AS di Washington mengatakan mereka yakin bahwa penembakan-jatuh pesawat itu merupakan aksi yang tidak disengaja.
Ketika berbicara kepada para wartawan di Gedung Putih, Trump mengatakan dia punya perasaan tak enak soal pesawat Ukraina yang jatuh. Namun, dia tidak berbicara lebih lanjut soal itu.
Trump mengatakan dia tidak percaya bahwa insiden itu disebabkan masalah mekanis.
"Kejadian yang tragis. Tapi seseorang di pihak lain kemungkinan berbuat kesalahan," kata Trump.
Ukraina telah menyebutkan empat kemungkinan penyebab kecelakaan tersebut, termasuk tembakan rudal dan terorisme.
Kiev mengatakan para penyelidik ingin melakukan pencarian di lokasi kejatuhan pesawat untuk kemungkinan mendapatkan serpihan rudal buatan Rusia yang digunakan oleh militer Iran.
Menurut laporan awal yang dikeluarkan oleh organisasi penerbangan sipil Iran pada Kamis, para saksi mata yang berada di darat serta di dalam pesawat yang sedang terbang pada ketinggian tertentu mengatakan pesawat Ukraina itu dalam keadaan terbakar ketika berada di udara.
Laporan menyebutkan bahwa pesawat nahas berusia tiga tahun itu, yang telah menjalani proses pemeliharaan terjadwal pada Senin (6.1), mengalami masalah teknis tak lama setelah lepas landas dan mulai mengarah ke bandara terdekat sebelum jatuh.
Laporan itu menyebutkan tidak ada komunikasi radio dari pilot dan pesawat kemudian hilang dari radar pada ketinggian 2,44 kilometer.
Pesawat Ukraina tersebut lepas landas pada pukul 06.12 waktu setempat dan diberi izin untuk naik ke ketinggian 7,92 kilometer, menurut laporan dari pihak Iran. Pesawat jatuh enam menit kemudian di dekat Kota Sabashahr.
Boeing dan Badan Penerbangan Federal Amerika Serikat (FAA) pada Kamis menolak mengomentari laporan soal rudal itu, demikian juga dengan Pentagon.
Boeing sendiri masih dipusingkan dengan dua kecelakaan maut pesawat 737 MAX, yang terjadi dalam kurun lima bulan, hingga membuat pesawat-pesawat jet jenis itu dikandangkan pada Maret 2019.
Pesawat Ukraina 7377-800 yang jatuh di Iran merupakan jet yang dibuat pada 2016 dan merupakan jenis 737 lama sebelum 737 MAX.
Boeing membuat sekitar 5.000 pesawat jenis tersebut, yang memiliki catatan baik soal keselamatan. (reuters/antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : Natalia