Aset Salim Masih Ada di Perusahaan yang Sempat Disita

Selasa, 12 Juni 2012 – 07:37 WIB

JAKARTA - Ramai cerita bahwa krisis 1998 merupakan salah satu momen "kehancuran" kerajaan bisnis yang dibangun Sudono Salim. Perusahaan potensial seperti PT Bank Central Asia Tbk, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, dan PT Indomobil Sukses International Tbk, lepas dari genggaman. Faktanya saat ini keluarga Salim masih bisa menikmati hasil bisnis perusahaan-perusahaan tersebut.

Seperti diketahui, untuk melunasi utangnya senilai Rp 52,6 triliun kepada negara sebagai salah satu dampak hempasan krisis 1998, Salim menyerahkan 107 perusahaannya ke Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN). Asset pindah tangan ke PT Holdiko Perkasa, perusahaan yang dibentuk untuk mengelola semua perusahaan bentukan Grup Salim itu.

Bank BCA salah satu yang "disita" negara. Hingga 1998, perusahaan yang kini termasuk tiga bank terbesar di Indonesia itu 100 persen milik grup Salim. Namun saat diambil alih BPPN keluarga Salim masih kebagian 7,2 persen dan selebihnya pemerintah.

Saat dinilai mulai sehat, pada tahun 2000 BCA go public alias melantai di Bursa Efek Indonesia dengan melepas 22,5 persen saham kepada public. Setelah kemudian melakukan rights issue, sisa saham pemerintah menjadi 60,3 persen. Sisa saham ini lah yang kemudian dibeli Grup Djarum melalui Farindo Investment (Mauritius) Limited.

Saat ini grup Djarum tetap sebagai pemegang saham mayoritas di BCA namun keluarga Salim tetap memiliki meskipun porsinya kecil. Kepemilikan di BCA tercatat atas nama Anthony Salim sebanyak 1,76 persen. Dan grup Salim sendiri sebenarnya merupakan sahabat sejak lama dari keluarga Salim.

Demikian juga di Indomobil, perusahaan otomotif yang kini menjadi agen tunggal pemegang merek (ATPM) Suzuki, Nissan, Volvo, Audi, dan Hino. Kepemilikan mayoritas di perusahaan itu dipegang PT Cipta Sarana Duta Perkasa (CSDP) sebesar lebih dari 70 persen.

Di dalam CSDP juga ada keluarga Salim. Dua putra Salim, Anthoni Salim dan Andre, tercatat sebagai pemegang saham di PT Findeco Jaya, anak perusahaan Lautan Luas. Lautan Luas sendiri, melalui dua pemegang sahamnya, Jimmy Masrin dan Pranatha Hajadi, masuk menjadi salah satu pemilik Indosiar (yang kini sudah diakuisisi SCTV) dan Indomobil. Mereka membeli Indosiar melalui PT TDM Aset Manajemen dan membeli Indomobil pakai nama PT CSDP.

Indocement juga termasuk yang dilepas Salim saat krisis itu. Pemilik mayoritas saat ini dari Jerman atas nama Birchwood Omnia Ltd sebesar 51 persen. Tapi keluarga Salim tidak benar-benar habis karena masih ada kepemilikan atas nama PT Mekar Perkasa sebesar 13,03 persen. PT Mekar Perkasa adalah milik Salim dan menempatkan Franciscus Welirang sebagai Wakil Direktur Utama di perusahaan semen itu dengan status kalangan independen.

Franciscus Welirang yang juga menantu Sudono Salim juga menjabat sebagai direksi di PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), holding dari perusahaan tulang punggung grup Salim saat ini. INDF adalah pemilik 80,6 persen PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), produsen perusahaan Indomie, Supermi, dan beberapa lainnya. Indofood juga pemilik rata-rata 100 persen di 17 anak usaha lainnya seperti Bogasari dan Indobahtera Era Sejahtera.(gen)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Usai Idul Fitri, Pemerintah Lepas Sukuk Lagi


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler