jpnn.com, JAKARTA - Ashraf Sinclair yang merupakan suami Bunga Citra Lestari alias BCL, meninggal dunia di Rumah Sakit MMC, Kuningan, Jakarta, pada Selasa (18/2) pagi.
Ashraf Sinclair mengembuskan napas terakhir akibat serangan jantung.
BACA JUGA: Ini Kemungkinan Penyebab Ashraf Sinclair Meninggal Dunia
Kabar meninggalnya Ashraf Sinclair mengejutkan banyak pihak. Pasalnya semasa hidup, Ashraf dikenal sebagai sosok yang sangat menerapkan gaya hidup sehat.
Bahkan empat hari sebelum wafat, Ashraf mengunggah videonya sedang melakukan Emsculpt di laman Instagram miliknya.
BACA JUGA: BCL Langsung Pesan 2 Liang Lahad di San Diego Hills
Terapi Emsculpt adalah terapi menggunakan energi elektromagnetik terfokus dengan intensitas tinggi untuk menghasilkan kontraksi otot supramaximal yang tidak dapat dicapai melalui kontraksi normal.
Dalam unggahan yang terdiri dari tiga video pendek di laman Instagramnya, Ashraf menjelaskan metode yang dia jalani, terdiri dari tiga fase yakni pemanasan, "work out" serta pendinginan.
BACA JUGA: 5 Berita Terpopuler: FPI Minta Viralkan Aksi 212, China Bangun Pabrik Masker
"Untuk pemanasan otot, jantungmu akan berdetak lebih cepat dan mengirim aliran darah ke jantung. Pemanasan dilakukan selama dua menit," kata Ashraf dalam unggahannya.
Pakar dari PPDS Kedokteran Olahraga Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) dr Andhika Raspati mengatakan metode emsculpt yang dilakukan Ashraf Sinclair tidak ada hubungannya dengan penyakit jantung yang menjadi penyebab kematian sang aktor.
"Kalau kita lihat dalam kasus kematian Ashraf yang dikaitkan dengan EMS, itu bukan dari EMS karena EMS yang berlebihan tak ada hubungannya secara langsung dengan gangguan jantung yang bisa menyebabkan kematian," kata dr Andhika pada ANTARA, Selasa (18/2).
Dokter KONI DKI Jaya itu menjelaskan bahwa metode emsculpt adalah produk yang menggunakan stimulasi otot menggunakan listrik atau electric muscle stimulation (EMS)
"Sesuai namanya, EMS adalah metode di mana otot diberi rangsangan listrik dari luar sehingga bisa berkontraksi," kata dr Andhika.
Dijelaskan, layaknya gerakan biasa, metode EMS adalah memberikan rangsangan listrik layaknya rangsangan otak pada otot untuk diterjemahkan dalam bentuk kontraksi.
"Nah ini bedanya dengan gerakan biasa, EMS menggunakan listrik dari luar."
Namun, dikatakan dr Andhika, metode EMS berbahaya jika dilakukan dengan dosis yang besar.
Jika rangsangan listrik yang diberikan terhadap otot terlalu banyak maka akan menyebabkan kerusakan jaringan atau sel otot.
"Hal itu dapat menimbulkan nyeri pada otot yang berkontraksi. Bila kerusakan berlangsung ekstensif atau luas maka akan menimbulkan kerusakan yang lebih berat sehingga dapat juga mempengaruhi fungsi ginjal," kata dia.
Jika EMS diberikan berlebihan maka akan terjadi abdominalisis yakni kondisi di mana sel jaringan otot pecah sehingga masuk ke dalam pembuluh darah yang akhirnya harus disaring melalui ginjal yang menyebabkan terganggunya kinerja ginjal.
"Meski demikian saya tidak tahu protokolernya seperti apa untuk bisa dikatakan (seperti klaim) 20.000 sit up dalam 30 menit, kalau kita bicara EMS kan ada frekuensi dan intensitasnya," kata dr Andhika.
Dijelaskan dr Andhika, meski saat ini banyak klinik yang menawarkan layanan EMS, dirinya sangat tidak menyarankan metode tersebut dilakukan tanpa latihan fisik lain. (antara/jpnn)
VIDEO: Agnez Mo Sempat Tak Percaya Ashraf Sinclair Meninggal Dunia
Redaktur & Reporter : Soetomo