Asing Keluar, Bursa Jeblok

Total Dana Hengkang Sudah Rp 8,6 Triliun

Sabtu, 08 Juni 2013 – 08:02 WIB
JAKARTA - Tekanan jual asing di lantai Bursa Efek Indonesia (BEI) tidak kunjung mereda. Pada penutupan perdagangan Jumat (7/6), indeks harga saham gabungan (IHSG) menukik tajam 135,89 poin (2,72 persen) ke level 4.865,32 poin. Anjloknya IHSG juga diiringi semua sektor pendukung bursa. Tidak terkecuali indeks gabungan 45 saham terlikuid (LQ45) yang terjerembap 29,75 poin (3,58 persen) ke 801,34.

Head of Research PT Universal Broker Satrio Utomo menyatakan, tekanan jual investor asing saat ini merupakan dampak kebijakan Bank Sentral AS (The Fed) yang mengurangi stimulus lewat pembelian obligasi. Itu berarti likuiditas global yang selama ini digelontorkan AS ke pasar modal akan ditarik kembali.

Hal tersebut terlihat dari intensitas aksi jual asing yang secara akumulatif sampai saat ini sudah mencapai Rp 8,6 triliun. Aksi itu menguras portofolio investor mancanegara di pasar modal dari posisi sebelumnya Rp 28 triliun.

""Pada perdagangan hari ini (kemarin), investor asing bahkan melakukan jual bersih (net sell) terbesar mencapai Rp 1,81 triliun. Sebenarnya wajar karena Kamis (4/6) libur, sehingga terjadi akumulasi net sell asing,"" ungkapnya kepada Jawa Pos.

Menurut Satrio, peran investor asing sangat dominan di bursa karena mereka masuk pada emiten-emiten berkapitalisasi besar (big caps). Berbeda dengan investor domestik yang lebih memilih saham lapis kedua atau ketiga.

Dia mencontohkan, pada perdagangan kemarin, asing berhasil memukul saham-saham big caps seperti BMRI, BBRI, BBCA, dan UNVR. Tak pelak, saham-saham blue chips itu pun masuk dalam urutan top losers. Misalnya, UNVR yang terjun 6,77 persen; ASII terkoreksi 4,23 persen; BBCA anjlok 4,48 persen; serta PGAS dan SMGR yang masing-masing terkoreksi 6,14 persen dan 7,7 persen.

Menurut Satrio, satu-satunya cara supaya pasar modal Indonesia mampu menekan aksi jual asing adalah memperbaiki posisi fundamental ekonomi. ""Sampai pemerintah memastikan kenaikan harga BBM, aksi jual bisa ditekan,"" tegasnya.

Dia merujuk data historikal pada 2009 ketika pemerintah gagal memangkas subsidi BBM. Saat itu, asing bahkan melepas hampir semua portofolionya dan hanya menyisakan dana Rp 1 triliun dari yang sebelumnya masuk Rp 12 triliun. ""Kita tidak mau sisa dana asing di pasar modal sekitar Rp 20 triliun itu ditarik semua kan?"" ujarnya.

Praktisi pasar modal Ellen May mengungkapkan, aksi ambil untung (profit taking) sejak di level 5.068 mengonfirmasi patahnya uptrend dalam jangka menengah. ""Diperkirakan terjadi hingga Agustus-September,"" jelasnya kepada Jawa Pos kemarin (7/6).

Dengan adanya koreksi yang cukup dalam tersebut, Ellen memproyeksi pergerakan IHSG cenderung mengalami pantulan-pantulan jangka pendek dengan tren tekanan untuk turun jauh lebih besar. Bahkan, secara teknikal, kisaran support kuat IHSG berada pada 4.700. ""Jika angka 4.600 ditembus, ada kemungkinan IHSG masuk level 4.500,"" paparnya. (gal/c5/oki)


BACA ARTIKEL LAINNYA... Kejar Efisiensi, QNET Gandeng PT Pos

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler