LONDON - Rutin mengonsumsi tablet sakit kepala dan pereda rasa nyeri, Aspirin, ternyata dapat membantu mencegah -dan kemungkinan besar mengobati- kanker. Hal ini dibuktikan dalam tiga penelitian oleh para ilmuwan di Universitas Oxford Inggris.
Berdasarkan hasil penelitian yang dipublikasikan dalam sebuah jurnal medis Rabu (21/3), Profesor Peter Rothwell dan tim ilmuwan yang dipimpinnya berhasil menemukan fakta bahwa aspirin memiliki khasiat jangka pendek untuk mencegah kanker dan mengurangi kemungkinan sebuah sel kanker menyebar ke organ tubuh lain hingga sekitar 40 atau 50 persen.
Berbagai penelitian sebelumnya telah mengindikasikan, penggunaaan aspirin setiap hari dapat mengurangi risiko kematian jangka panjang yang disebabkan kanker. Tapi menjelang publikasi penelitian terbaru dari Oxford, efek jangka pendek Aspirin bagi penderita kanker masih belum terlihat jelas.
“Penemuan yang kami buat memperkuat kemungkinan kalau aspirin memang benar dapat mencegah kanker, terutama pada orang yang beresiko terkena penyakit ganas tersebut,” ucap Rothwell. “Lebih penting lagi, penemuan kami memperkuat spekulasi atas kefektifan aspirin sebagai pengobatan tambahan unutk kanker- sebagai pencegah penyebaran penyakit tersebut,” tambahnya.
Menurut Rothwell, proses penyebaran kanker -atau dalam istilah medisnya disebut -metastasis- adalah proses paling berbahaya bagi para penderita kanker. Bahkan tak jarang menyebabkan kematian.
Tablet aspirin yang telah mendunia tersebut awalnya diproduksi oleh produsen obat asal Jerman, Bayer. Obat ini dapat ditemukan di seluruh penjuru dunia dan dijual bebas karena khasiatnya yang efektif mengurangi demam, serta meredekan rasa nyeri termasuk sakit kepala,
Aspirin juga berkhasiat untuk mengurangi risiko pembekuan dalam peredaran darah sehingga dapat membantu mencegah penyakit jantung dan stroke. Hal ini membuat banyak dokter meminta pasien penyakit jantung atau orang yang pernah mengalami serangan jantung, agar mengkonsumsi Aspirin secara teratur.
Namun di sisi lain, Aspirin juga meningkatkan resiko pendarahan di perut bagi satu dari 1.000 orang per tahunnya. Hal inilah yang menyebabkan banyak kalangan menentang penggunaan aspirin secara harian.
Beberapa penelitian lain, termasuk yang dilakukan Rothwell pada tahun 2007, 2010 dan 2011, menunjukkan 1 aspirin yang dikonsumsi saban hari, bahkan dalam dosis kecil sekitar 75 miligram, dapat mengurangi risiko kanker usus dan kanker esofagus. Akan tetapi efeknya baru terlihat setelah 10 tahun pengobatan.
Hasil penelitian terbaru Rothwell yang dipublikasikan dalam jurnal The Lancet and The Lancet Oncology, menjelaskan, aspirin bekerja mencegah tahap-tahap awal perkembangan kanker dan biasanya ada jeda yang lama antara tahap perkembangan sel kanker hingga munculnya gejala klinis kanker pada para penderita. Menurut Rothwell, saat ini diperlukan lebih banyak lagi penelitian mendalam tentang potensi aspirin sebagai pengobatan kanker pada pasien yang penyakitnya masih belum menyebar.(reuters/ara/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Gunakan Ponsel saat Hamil, Bikin Anak Hiperaktif
Redaktur : Tim Redaksi