jpnn.com, BANYUWANGI - Jika belum ada rencana travelling akhir September 2017 ini, silakan lingkari kalender Anda. Terbang ke Banyuwangi, 27-30 September 2017 nanti. Ada International Tour de Banyuwangi Ijen (ITDBI) yang siap digelar. Tahun ini akan diikuti 20 tim dari 29 negara.
Jauh lebih seru dan asyik nonton langsung daripada mendengar cerita orang. Event sport tourism yang satu ini telah ditetapkan Federasi Balap Sepeda Dunia (UCI) sebagai salah satu even balap sepeda terbaik di Asia.
BACA JUGA: NTB Bakal Disinggahi 40 Kapal Perang dari 35 Negara
Ya, dalam dua tahun terakhir, UCI sudah menetapkan ITBI ke dalam tujuh kejuaraan balap sepeda terbaik di Asia, dan terbaik di Indonesia. Advisor UCI Jamaludin Mahmood mengatakan, predikat ITBI ada di level excellent. Dan scoring itu, merupakan penilaian UCI terhadap ITdBI pada 2014 dan 2015 lalu.
Excellent level sendiri merupakan poin tinggi di kejuaraan balap sepeda internasional. Peringkat ini nilainya di atas 90 poin.
BACA JUGA: Etape Pertama TdM Sukses, Begini Harapan Wagub Maluku
Dikatakan Jamal, panggilan akrab Jamaludin, dari 31 kejuaraan balap sepeda di Asia yang dihelat selama tahun 2015, hanya ada 7 tour yang dinilai excellence oleh UCI. Yaitu, Le Tour de Langkawi di Malaysia, Tour of Japan, Tour de Korea, Tour de Iran, dan Japan Cup. Selain juga, lanjut Jamal, Tour de Kumano di Jepang dan Tour de Banyuwangi Ijen.
Nilai plus lainnya, ITdBI ini digelar oleh sebuah kabupaten, tidak seperti yang lain. Langkawi, Japan, dan Korea digelar oleh negara, sementara Tour de Kumano oleh provinsi. Selain sebagai satu-satunya balap sepeda yang diselenggarakan di Indonesia, ITdBI juga merupakan ajang balap sepeda termuda di antara even lain yang mendapat predikat excellence level.
BACA JUGA: Gelar Even ICD 2017 Demi Manjakan Penikmat Kopi Lampung
Tour de Langkawi yang menyusuri sepanjang semenanjung Malaysia sudah diselenggarakan sejak 1996. Begitu pula Tour de Iran yang melewati dua negara, Iran dan Azerbaijan, telah diselenggarakan sejak 1986.
Japan Cup telah dirintis mulai tahun 1992. Sedangkan Tour of Japan dimulai tahun 1996. Hampir bersamaan dengan Tour de Kumano di Prefektur Mie, Jepang. Tour de Korea yang diselenggarakan di Korea Selatan relatif lebih muda, yaitu tahun 2001. Sedangkan untuk ITdBI baru dihelat pada tahun 2012.
"Ini yang terbaik di Indonesia. Ini semua berkat komitmen yang tinggi dari semua pihak untuk mendukung event ini," terang Bupati Banyuwangi Azwar Anas, Senin (18/9).
UCI melihat bagaimana penyelenggara mampu membangun komunikasi dengan peserta dan tim penilai sehingga perlombaan bisa berjalan dengan rapi. Parameter kedua, dilihat bagaimana keamanan selama berlangsungnya perlombaan. Sepanjang jalur yang dilalui peserta sangat aman. Bahkan UCI tak ragu memberikan nilai very good secure.
Ketiga, yang juga menjadi kriteria penilaian adalah promosi ajang balap sepeda internasional melalui media massa. “Biasanya tim UCI langsung memantau lewat media-media di setiap akhir etape. Jadi langsung terpantau berapa banyak berita yang muncul, semakin banyak semakin baik penilaiannya,” ujar dia.
Keempat, juga dilihat bagaimana event ini bisa membawa dampak positif bagi masyarakat, misalnya berputarnya perekonomian masyarakat saat even berlangsung, infrastruktur jalan yang semakin membaik, dan menumbuhkan kebanggaan bagi warga.
“Jalan yang bagus kan tidak hanya dirasakan oleh peserta balap sepeda tapi juga dinikmati oleh masyarakat untuk jangka panjang. Begitu juga animo masyarakat terhadap perlombaan ini pun turut menyumbang poin. Di sini, masyarakat sangat antusias menyambut balapan ini, dan ini sangat menyenangkan bagi kami dan tentunya juga pembalap,” ujar dia.
Nah, semua credit point positif tadi tak lantas membuat Banyuwangi cepat puas. Ajang balap sepeda kategori 2.2 ini akan terus didorong untuk naik ke kategori 2.1.“Akan kami pertimbangkan untuk naik kelas. Mungkin dengan menggandeng kabupaten tetangga untuk memperpanjang rute. Misalnya kabupaten terdekat yang ada di Bali,” ujar Anas.
Even ini, menurut Anas, diharapkan akan menjadi pembelajaran bagi masyarakat Banyuwangi agar lebih disiplin, suportif, dan terkoneksi dengan dunia global. Caranya bisa lewat pengerahan siswa sekolah. Saat menonton ITBI, siswa-siswa tadi jadi tahu makna sportif, serta menambah wawasan global mereka secara langsung.
"Banyak pelajar yang memanfaatkan acara ini untuk praktek langsung berbahasa asing. Ada yang berusaha mengajak ngomong bahasa Inggris, bahkan ada juga yang mempraktekkan penguasaan bahasa Koreanya," imbuh Anas.
Menpar Arief Yahya juga tak ingin ketinggalan mempromosikan International Tour de Banyuwangi Ijen itu. Baginya, even ini tak hanya bermakana bagi promosi destinasi Banyuwangi, tetapi juga merupakan bagian dari sosialisasi branding Wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia kepada masyarakat nasional dan luar negeri (mancanegara).
"Ini salah satu event internasional terbesar yang melibatkan semua pihak, termasuk masyarakat, aparat, pegawai negeri, lurah, kepala desa, kepala dusun, linmas, dan lainnya. Semua Potensi Banyuwangi dari budaya, alam, infrastruktur sampai disiplin aparatnya di bawah ditampilkan di sini," kata Menpar Arief Yahya.
Dengan even ITdBI, Banyuwangi, Kabupaten kecil yang selama ini lebih dikenal dengan gudangnya santet kini menjelma menjadi destinasi wisata top.
"Ayo datang ke Banyuwangi, tonton ITdBI, kunjungi Ijen, nikmati panorama bola api raksasa bluefire. Pemandangan seperti ini hanya ada di Ijen Banyuwangi dan Iceland.
Alas Purwo juga bagus, ada banteng, ada savana, padang rumput luas, dan binatang kitu bisa dilihat dalam jarak dekat. Pantai Plengkung juga menjadi salah satu lokasi surfing terbaik di dunia. Semua sudah di-acknowledge oleh dunia internasional.
Wonderful Indonesia ikut terdongkrak dengan semakin moncernya even ini yang semakin dikenal masyarakat dunia,” ucap Arief Yahya yang berdarah Banyuwangi-Banten itu.(adv/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pengusaha Azerbaijan Lirik Pariwisata Indonesia
Redaktur & Reporter : Friederich