Kepala Dinas Kesehatan Kota Pontianak, Multi Juto Bhatarendro mengatakan, anggaran Rp1,3 miliar tersebut sebagian besar untuk mendanai pengasapan atau fogging. Fogging fokus sebesar Rp 500 juta, fogging sekolah dan sebelum masa penularan. "Termasuk juga penggerakan kader PKK dan masyarakat dalam pencegahan DBD," ungkapnya.
Pemkot Pontianak tidak bekerja sendiri mengantisipasi DBD. Belum lama ini, kata Multi, pihaknya juga sudah rapat intensif dengan Dinas Kesehatan Kubu Raya dan Kabupaten Pontianak terkait antisipasi wabah kasus DBD ini.
Dari hasil rapat tersebut, Pemkot Pontianak, Kubu Raya dan Pemkab Pontianak akan saling bantu dalam menangkal siklus tiga tahunan DBD. "Saling membantu, baik itu fogging fokus maupun penanganan lainnya," ujarnya.
Upaya pemerintah sedianya diikuti antisipasi yang dilakukan masyarakat. Justru masyarakat, tegas dia, yang lebih berperan mengantisipasi DBD. Kepada orangtua, Multi mengimbau agar lebih memperhatikan anaknya. "Kalau bayi, balita ditinggalkan harus dipasang kelambu. Begitu juga yang sekolah, sebaiknya menggunakan baju lengan panjang," imbaunya.
Orang tua, lanjutnya, setiap hari harus memeriksa suhu badan anaknnya. Sebab, anak kadang terlihat sehat namun ternyata demam. Jika hal itu dibiarkan dapat mengancam keselamatan jiwanya. "Maka kalau diperiksa oleh orangtua, biar ketahuan. Jangan terlambat membawa anak ke rumah sakit terdekat apabila anak demam," papar Multi.
Korban meninggal karena DBD biasanya karena terlambat mendapat penanganan medis. Ketika panas tiga hari tidak turun, seharusnya masyarakat curiga dan melakukan tes darah. "Jika memang positif demam berdarah, ya harus dirawat," ucapnya.
Dinas Kesehatan Kota Pontianak mencatat hingga pekan kedua 2012 terdapat tujuh kasus DBD. Pada 2009 telah dinyatakan mengalami KLB DBD, dengan 3.187 kasus, sebanyak 62 orang meninggal.
Sementara tahun 2010 dari 70 kasus dua orang di antaranya meninggal, masing-masing di Kecamatan Pontianak Utara dan timur. Tahun 2008 sebanyak 282 kasus, meninggal 20 pasien. Pada 2007 sebanyak 121 kasus, meninggal tiga pasien. Tahun 2006 sebanyak 1.288 kasus, meninggal 16 orang. Tahun 2005 terdapat 450 kasus, enam pasien meninggal dunia.
"Masyarakat diharapkan tetap membudayakan 3 M, yakni menutup tempat penampungan air, menguras, dan mengubur barang-barang yang bisa menjadi sarang nyamuk. Selain itu kami juga mengoptimalkan fogging fokus atau pengasapan untuk membunuh induk nyamuk aedes aegypti," ungkap Multi. (hen)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Akibat Longsor, Kampung Terisolasi
Redaktur : Tim Redaksi