ATM Ngadat Berangsur Pulih

Rabu, 30 Agustus 2017 – 08:29 WIB
Antrean di ATM. Ilustrasi Foto: dok.JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - ATM yang ngadat gara-gara gangguan satelit Telkom 1 kini mulai pindah jaringan ke satelit lain.

PT BRI Tbk, misalnya. Dari 321 unit ATM yang terganggu kemarin (29/8) sudah dipulihkan 210 ATM. Dengan begitu, ATM yang bermasalah tinggal 111.

BACA JUGA: Layanan Tetap Berjalan Normal, Hanya 8 Persen ATM BTN Alami Gangguan

Unit kerja BRI yang terdampak juga berkurang. Dari semula 124 menjadi 10 unit. “Proses recovery saat ini mencapai 91,2 persen,” kata Corporate Secretary BRI Hari Siaga kemarin.

Jumlah ATM BRI yang terdampak relatif kecil jika dibanding dengan total ATM yang mencapai 24.802.

BACA JUGA: Ribuan ATM Ngadat, Begini Penjelasan Dirut Telkom

Unit kerja yang terdampak juga sedikit karena dari 10.656 yang terdampak sekarang tinggal 10 unit saja.

Menurut Hari, masalah yang dirasakan BRI tidak banyak karena BRI punya satelit sendiri yakni BRIsat. BRI saat ini memang satu-satunya bank di dunia yang mempunyai satelit sendiri.

ATM yang terhubung dengan jaringan satelit Telkom 1 pun dimigrasikan ke jaringan satelit BRIsat sebagai jaringan utama.

Jaringan back up juga disiapkan perseroan sebagai jaringan cadangan untuk mengantisipasi masalah serupa di kemudian hari.

“BRI menargetkan semua layanan ATM dan unit kerja yang bermasalah karena anomali satelit Telkom 1 dapat teratasi dalam dua hingga tiga hari ke depan,” katanya.

Corporate Secretary PT BCA Tbk Jan Hendra menyebutkan, semua kantor kas BCA telah beroperasi normal. Untuk ATM, hingga kemarin ada 170 mesin yang sudah pulih.

“Kami kemarin fokus pada (masalah) kantor kas dulu,” tuturnya. Dari 17.210 ATM BCA, sekitar 5.700 ATM sempat offline.

BCA melakukan migrasi jaringan dari Telkom 1 ke jaringan satelit Telkom 3s dan Apstar 5. Kini jumlah ATM yang offline berkurang menjadi 5.530. BCA menargetkan pemulihan total dapat dilakukan hingga tiga minggu ke depan.

Sementara itu, PT BNI Tbk mencatat sudah ada 400 ATM yang terpulihkan. Sebelumnya, dari dari 16.000 ATM BNI, 1.500 di antaranya offline. Hingga kemarin ATM BNI yang offline berkurang menjadi 1.100.

Sedangkan pada Bank Mandiri, sebelumnya ada 2.000 ATM yang mengalami gangguan dari total 17.695 unit.

“ATM yang offline tinggal 4 persen (dari total ATM Bank Mandiri),” ujar Corporate Secretary PT Bank Mandiri Tbk Rohan Hafas.

Pengamat IT dan telekomunikasi Heru Sutadi menyebutkan, satelit cukup vital dalam menunjang jaringan yang ada di darat.

”Kabel memang lebih stabil, tapi tentu tidak praktis jika kita bicara soal jangkauan sampai ke daerah-daerah dan titik yang sangat banyak,” ujar Heru.

Menurut Heru, satelit umum dipakai perbankan khususnya untuk fasilitas ATM karena keunggulannya.

”Satelit bisa mengirimkan sinyal ke mana saja, transmisi juga lebih mudah tinggal pasang parabola. Untuk di wilayah terpencil memang yang paling mungkin digunakan,” tambah Heru.

Berkaca pada masalah Telkom 1, Heru menyatakan pentingnya sebuah perusahaan pemilik satelit untuk memahami durasi misi dari satelit yang beroperasi.

”Para pembuat satelit tentu sudah memerkirakan masa efektif satelit. Misalnya Telkom 1 yang ditetapkan 15 tahun. Kalau di atas itu pasti rentan ada masalah,” urainya.

Mengganti satelit sesuai durasi misi, akan lebih efektif dibandingkan harus menanggulangi gangguan seperti yang dialami Telkom 1.

Sebab, kerugian yang ditimbulkan tak hanya materiil, tapi juga waktu dan aktivitas operasional. Heru menganggap Indonesia selama ini kurang serius dalam berinvestasi di bidang satelit.

”Seharusnya dihitung secara akurat berapa kebutuhan real satelit, siapa yang sudah provide dan butuh kapasitas berapa. Sekarang ini kita masih punya slot orbit. Kebutuhan ke depan sepertinya adalah satelit yang memiliki transponder lebih besar. Memang selama ini pengembangan broadband masih berfokus pada basis fiber optik dan seluler. Namun kebutuhan satelit juga patut diperhatikan,” pungkas Heru.

Di lantai bursa, harga saham Telkom yang berkode TLKM kemarin turun 20 poin ke level Rp 4.730 per lembar. Penurunan terjadi sejak Jumat (25/8) karena pasar merespons satelit Telkom 1 yang bermasalah.

Analis senior Binaartha Sekuritas Reza Priyambada menuturkan, kasus satelit Telkom 1 sebenarnya tidak berdampak pada kondisi fundamental perseroan.

Namun investor terlanjur menilai masalah satelit Telkom 1 sebagai sentimen negatif bagi kinerja TLKM. “Ya masih ada imbas dari situ,” tutupnya. (rin/agf/oki)


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler