SYDNEY-- Studi terbaru atas pengaruh pemanasan global atau global warming menunjukkan Australia mengalami musim panas terburuk sepanjang sejarah akibat perubahan iklim global.
Musim panas tahun lalu tidak mampu mempertahankan rekor terlalu lama, karena terik musim panas kali ini diklaim lima kali lebih panas akibat iklim Bumi yang berubah. "Penelitian kami telah menunjukkan, emisi gas rumah kaca dan ulah manusia berdampak pada musim panas yang ekstrim menjadi lebih sering dan lebih parah di masa depan," ujar penulis studi Sophie Lewis dari University of Melbourne seperti dilansir livescience (27/6).
Musim panas di Australia terjadi dari Desember sampai Februari, atau selama musim dingin di belahan bumi utara. Dalam tiga bulan antara tahun 2012 dan 2013, suhu rata-rata di negara itu adalah 83,5" F atau 28,6" C, artinya + 2" F atau +1" Cdi atas normal. Ini melebihi musim panas sebelumnya dalam ukuran rekor suhu, dimana pada musim 1997-1998, naik sebesar 0,18"F .
Suhu yang sangat tinggi mencengkeram hampir di seluruh negeri Kangguru ini. Hanya tiga persen dari Australia mengalami suhu di bawah normal. Akibat kebakaran dan banjir, dikombinasikan dengan panas ekstrim, mendorong Australia untuk menyebutnya "angry summer."
Lewis dan peneliti lainnya melakukan pengamatan iklim lebih dari 90 simulasi model iklim dari suhu musim panas di Australia selama 100 tahun terakhir. Mereka menemukan pengaruh manusia cenderung memicu rekor musim panas ketika Australia diharapkan memiliki temperatur lebih dingin.
"Ini musim panas yang ekstrim tidak hanya luar biasa memecahkan rekor, tetapi juga karena terjadi di saat badai La Niña dalam kondisi netral, yang umumnya menghasilkan musim dingin," lanjutnya.
Lebih jauh para peneliti mengatakan pemanasan global dapat membuat masalah yang berbahaya bagi umat manusia. (esy/jpnn)
Musim panas tahun lalu tidak mampu mempertahankan rekor terlalu lama, karena terik musim panas kali ini diklaim lima kali lebih panas akibat iklim Bumi yang berubah. "Penelitian kami telah menunjukkan, emisi gas rumah kaca dan ulah manusia berdampak pada musim panas yang ekstrim menjadi lebih sering dan lebih parah di masa depan," ujar penulis studi Sophie Lewis dari University of Melbourne seperti dilansir livescience (27/6).
Musim panas di Australia terjadi dari Desember sampai Februari, atau selama musim dingin di belahan bumi utara. Dalam tiga bulan antara tahun 2012 dan 2013, suhu rata-rata di negara itu adalah 83,5" F atau 28,6" C, artinya + 2" F atau +1" Cdi atas normal. Ini melebihi musim panas sebelumnya dalam ukuran rekor suhu, dimana pada musim 1997-1998, naik sebesar 0,18"F .
Suhu yang sangat tinggi mencengkeram hampir di seluruh negeri Kangguru ini. Hanya tiga persen dari Australia mengalami suhu di bawah normal. Akibat kebakaran dan banjir, dikombinasikan dengan panas ekstrim, mendorong Australia untuk menyebutnya "angry summer."
Lewis dan peneliti lainnya melakukan pengamatan iklim lebih dari 90 simulasi model iklim dari suhu musim panas di Australia selama 100 tahun terakhir. Mereka menemukan pengaruh manusia cenderung memicu rekor musim panas ketika Australia diharapkan memiliki temperatur lebih dingin.
"Ini musim panas yang ekstrim tidak hanya luar biasa memecahkan rekor, tetapi juga karena terjadi di saat badai La Niña dalam kondisi netral, yang umumnya menghasilkan musim dingin," lanjutnya.
Lebih jauh para peneliti mengatakan pemanasan global dapat membuat masalah yang berbahaya bagi umat manusia. (esy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Konsumsi Vodka Lewat Vagina Mulai Ngetrend di Eropa
Redaktur : Tim Redaksi