Australia memasuki fase baru dalam upaya melawan inflasi setelah bank sentral Reserve Bank Australia (RBA) memutuskan tingkat suku bunga tetap pada angka 4,1 persen untuk dua bulan berturut-turut.

Gubernur RBA Philip Lowe kepada komite parlemen pekan lalu menyebut Australia memasuki "fase ketiga" dari pengendalian inflasi tinggi, yang disebutnya sebagai "fase kalibrasi".

BACA JUGA: Alasan Warga Australia Tempuh Perjalanan Jauh ke Pulau Terpencil di Nias dan Aceh

"Kita berada di dunia di mana kita hanya melakukan sedikit penyesuaian dalam kalibrasi kebijakan," katanya.

Meski berada di fase kalibrasi, bukan berarti Australia telah terbebas dari ancaman inflasi, sehingga pemotongan suku bunga sudah di depan mata.

BACA JUGA: Dunia Hari Ini: Australia Siap Lawan Inggris di Babak Semifinal Piala Dunia Perempuan

Faktanya, ekonomi negara ini kemungkinan akan tetap dalam pola bertahan seperti sekarang untuk sementara waktu. Mengapa suku bunga tak dinaikkan lagi?

Jawaban singkatnya adalah karena RBA menganggap tingkat kurs tunai saat ini sebesar 4,1 persen terbukti mendorong inflasi turun pada kecepatan yang dapat diterima.

BACA JUGA: Australia Donasikan 400 Ribu Dosis Vaksin Rabies kepada Indonesia

Jawaban yang lebih panjang adalah RBA ingin memberi lebih banyak waktu bagi perekonomian untuk menyesuaikan diri dengan kenaikan suku bunga.

Kebijakan moneter, atau menggerakkan naik turunnya kurs tunai membutuhkan waktu lama untuk mengalir ke seluruh perekonomian. Hal ini lazim disebut sebagai "lag".

Target suku bunga yang hanya 0,1 persen pada awal Mei tahun lalu, telah meningkat sebanyak 12 kali dalam 16 bulan, menjadi posisi sekarang di 4,1 persen.

Setelah mengalami kenaikan tarif yang begitu cepat, efek "lag" menjadi sangat penting.

Gubernur RBA Philip Lowe membahas poin ini dalam dengan pendapat di Senat Australia minggu lalu.

"Semua bukti menunjukkan bahwa kebijakan moneter butuh waktu untuk bekerja sepenuhnya dalam perekonomian, dan kenaikan suku bunga pertama baru dilakukan sekitar 15-16 bulan yang lalu," jelasnya.

"Lag itu biasanya butuh waktu satu tahun hingga satu setengah tahun sebelum efek penuhnya dirasakan," kata Gubernur Lowe.

Dengan kata lain, RBA masih memperkirakan keputusannya tahun lalu akan berdampak pada inflasi, jadi RBA menahan suku bunga pada bulan Juli dan Agustus agar "debu ekonomi" bisa mengendap.

"Dewan Gubernur sangat berhati-hati bahwa suku bunga telah dinaikkan dalam jumlah besar pada waktu singkat. Dewan menilai bahwa hal yang benar untuk dilakukan saat ini adalah menunggu dan menilai," ujarnya.Apakah inflasi sudah kembali normal?

Jawabannya: tidak tepat.

"Segalanya bergerak ke arah yang benar, tapi masih terlalu dini untuk menyatakan kemenangan," kata Gubernur Lowe.

Angka inflasi terbaru menunjukkan inflasi tahunan berada di 6 persen, dua kali lebih tinggi dari yang diinginkan RBA.

RBA berusaha menjaga inflasi rata-rata antara 2 dan 3 persen karena percaya bahwa tingkat inflasi yang optimal akan mendukung tingkat pertumbuhan ekonomi dan lapangan kerja secara berkelanjutan.

Mengingat bahwa inflasi berjalan pada tingkat tahunan sebesar 6 persen saat ini, banyak banyak hal yang perlu dilakukan.

Kabar baiknya adalah RBA memperkirakan inflasi akan turun lebih jauh lagi pada akhir tahun 2023.

Berdasarkan data saat ini, RBA memperkirakan inflasi tahunan akan turun menjadi 4,1 persen pada Desember, lalu turun menjadi 3,25 persen pada akhir tahun depan, dan mencapai kisaran target 2-3 persen pada akhir 2025.

"Saya tahu kondisi saat ini sulit, tapi yang terburuk sudah kita lewati," kata Gubernur Philip Lowe.Mengapa RBA hanya menargetkan pemegang KPR?

Para pemegang kredit pemilik rumah (KPR) atau sering pula disebut pemegang hipotek mungkin merasa hanya mereka yang terdampak berat dengan tingginya bunga bank saat ini.

Kebijakan moneter dipahami sebagai "instrumen tumpul" — karena memengaruhi semua industri, yurisdiksi, dan bagian perekonomian tanpa pandang bulu.

Saat RBA mengubah suku bunga tunai, RBA memindahkan suku bunga acuan yang dibebankan bank dan lembaga keuangan lainnya saat mereka meminjam uang.

Perubahan itu kemudian mengalir ke suku bunga untuk rumah tangga dan bisnis.

Jadi, ketika RBA menaikkan suku bunga tunai seperti yang terjadi sekarang, maka lebih mahal bagi lembaga perbankan untuk meminjam uang, sehingga mereka pun membebankan biaya pinjaman yang lebih tinggi kepada kreditur.

Bank-bank besar Australia saat ini membebankan biaya lebih tinggi kepada kreditur KPR dan pinjaman personal lainnya, dalam bentuk bunga bank yang lebih tinggi.

Artinya, banyak penyewa rumah juga harus membayar sewa yang lebih tinggi, sebagian karena pemilik rumah yang merupakan pemegang KPR dikenai kenaikan bunga bank.

Kenaikan suku bunga RBA tidak hanya menargetkan kreditur, tapi juga dimaksudkan untuk menghambat pengeluaran dalam perekonomian.

Dengan adanya hambatan, diharapkan mengurangi permintaan beberapa produk dan jasa sehingga penyedia barang dan jasa tersebut dapat mengalami penurunan penjualan untuk menekan laju inflasi.

Banyak orang juga mendapat manfaat dari suku bunga yang lebih tinggi.

Saat ini, para pensiunan menikmati pendapatan bunga lebih tinggi dari tabungan mereka.Mengapa bunga bank lebih tinggi dari suku bunga RBA?

Kembali ke fakta bahwa suku bunga RBA hanyalah patokan. Bank komersial  menggunakan patokan itu dalam menentukan bunga bank yang berlaku untuk konsumennya.

Bank akan melihat berbagai faktor untuk mengimbangi biaya pendanaan pinjaman, sambil memaksimalkan pendapatan mereka dari pemberian pinjaman.

Faktor-faktor tersebut meliputi:Berapa biaya bank untuk mendanai pinjamanBerapa banyak persaingan yang ada di sektor perbankanRisiko peminjam tidak membayar kembali pinjaman mereka

Ini semua dapat berubah dari waktu ke waktu, begitu juga suku bunga yang dikenakan bank kepada pelanggan mereka.Mengendalikan inflasi tanpa menaikkan suku bunga

Alat utama yang tersedia bagi RBA untuk mengelola inflasi adalah dengan mengubah kurs tunai.

Saat RBA menaikkan suku bunga (yang telah dilakukannya sejak Mei 2022), ini disebut kebijakan moneter "kontraksioner", karena dirancang untuk "mengontrak" atau mengecilkan pengeluaran untuk memperlambat ekonomi dan mengurangi inflasi.

Namun saat RBA memangkas suku bunga (seperti yang terjadi selama resesi COVID-19), itu disebut kebijakan moneter "ekspansi" — karena mendorong orang untuk berbelanja, yang akan merangsang aktivitas dan memperluas ekonomi.

Di luar keputusannya tentang suku bunga, RBA tidak memiliki banyak jalan lain untuk segera memerangi inflasi, namun secara historis RBA menargetkan suku bunga jangka panjang, dengan membeli dan menjual obligasi pemerintah.

Ada sejumlah alat yang dapat membantu memerangi inflasi, tapi tidak mudah dilakukan dan berisiko secara politik serta lambat — plus tidak selalu dijamin berhasil.

Beberapa hal yang dapat dilakukan Pemerintah Australia untuk menurunkan inflasi:Mengintervensi pasar untuk membatasi atau membekukan harga di sektor tertentuTetapkan pajak keuntungan besar pada industri tertentu dan hasilnya digunakan mensubsidi harga konsumenMenaikkan sementara jumlah yang dibayarkan pemberi kerja untuk dana pensiun pekerja sebagai pengganti kenaikan upahTingkatkan retribusi asuransi kesehatan Medicare atau pajak lainnyaNaikkan bunga deposito lebih cepat, mendorong tabunganPermudah untuk beralih penyedia seperti bank, perusahaan asuransi, dan utilitasUbah undang-undang persaingan untuk mengurangi kekuatan perusahaan besarTemukan cara mendorong peningkatan produktivitas

Dua yang pertama — membatasi harga gas dan menaikkan pajak atas keuntungan industri — telah diterapkan oleh Pemerintah Australia.

Upaya lain yang tercantum di atas memerlukan UU baru, yang secara politis sulit lolos, juga dapat menimbulkan konsekuensi yang tidak diinginkan.

Selain itu, juga butuh waktu lama padahal faktor waktu sangat penting dalam menurunkan inflasi.Perlu lebih banyak pengangguran untuk mengurangi inflasi?

Komentar yang dibuat oleh Gubernur RBA yang baru, Michele Bullock, menimbulkan kemarahan pada bulan Juni lalu, ketika dia mengharapkan tingkat pengangguran mencapai 4,5 persen (saat ini 3,5 persen).

Dia menjelaskan "Walaupun 4,5 persen lebih tinggi dari tingkat pengangguran saat ini, namun masih lebih rendah dari sebelum pandemi."

Pekan lalu, Gubernur Lowe juga menegaskan kembali ekspektasinya bahwa tingkat pengangguran perlu dinaikkan.

"Kami berharap lapangan kerja terus tumbuh, tapi di bawah tingkat pertumbuhan angkatan kerja," katanya.

"Akibatnya, tingkat pengangguran diperkirakan akan meningkat secara bertahap hingga mencapai sekitar 4,5 persen akhir tahun depan," tambahnya.

Namun, tidak hanya membutuhkan lebih banyak orang kehilangan pekerjaan karena suatu alasan — menurut RBA, tingkat pengangguran tersebut terkait dengan Tingkat Inflasi Pengangguran yang Tidak Dipercepat (atau NAIRU).

Tingkat ini didefinisikan sebagai tingkat pengangguran terendah yang dapat dipertahankan, tanpa menyebabkan upah dan inflasi meningkat terlalu banyak.

Teorinya adalah bahwa jika tingkat pengangguran lebih rendah dari NAIRU, hal itu memberikan tekanan ke atas pada inflasi karena mungkin terlalu banyak beban pekerjaan untuk ditangani ekonomi, dan tingkat pertumbuhan upah dan aktivitas ekonomi yang dihasilkan akan memicu inflasi.Apakah ini akhir dari kenaikan suku bunga?

Sulit untuk mengatakannya, karena hal ini bergantung pada bagaimana tingkat inflasi selama beberapa bulan mendatang.

Perekonomian masih mengejar dampak kenaikan suku bunga sejak tahun lalu, dan baik RBA maupun para ekonom berharap kenaikan suku bunga akan terus menurunkan inflasi.

Artinya, RBA belum mengesampingkan langkah menaikkan suku bunga di masa depan jika diperlukan.

Risalah pertemuan bulan Agustus menyebutkan "dewan gubernur sepakat bahwa mungkin diperlukan pengetatan kebijakan moneter lebih lanjut", tapi akan tergantung pada data ekonomi dan risiko lainnya.

Jika kenaikan suku bunga terjadi lagi, banyak ekonom memperkirakan hal itu tidak akan terjadi sampai akhir tahun 2023, dengan prediksi saat ini sekitar bulan November.

Para ekonom memperkirakan terminal cash rate (tertinggi dalam siklus saat ini) akan menjadi 4,6 persen — yang menunjukkan perlu dua kali kenaikan 0,25 poin persentase lagi.

Hanya waktu yang akan menentukan apakah RBA telah melakukan tugasnya dan mengumumkan kemenangan atas inflasi yang telah lama ditunggu-tunggu.

Diproduksi oleh Farid Ibrahim dari artikel ABC News

BACA ARTIKEL LAINNYA... Tas Bermerek Tiruan Makin Marak di Jakarta, Kolektor Asli Mengaku Prihatin

Berita Terkait