Awal Penyelenggaraan Formula E Merugi, Sponsor Utama Cabut

Senin, 17 Februari 2020 – 22:58 WIB
Balap Formula E. Foto: FIA

jpnn.com, JAKARTA - Forbes melaporkan, bahwa gelaran Formula E yang mulai diselenggarakan pada 2014 lalu, mengalami kerugian hingga mencapai USD 140 juta atau setara Rp 1,9 triliun.

Meskipun nilai jual Formula E kini naik hingga mencapai USD 870 juta (Rp 12 triliun).

BACA JUGA: Formula E Jakarta Mendapat Tambahan Satu Tim Porsche

Namun dalam empat tahun terakhir (2014-2017), ajang balap mobil listrik itu mencapai kerugian hingga USD 140 juta. Hal itu dianggap wajar karena merupakan tahun-tahun pertama penyelenggaraan.

Berdasarkan laporan anggaran 2017, FEO mendapatkan pemasukan sebesar USD 33 juta (Rp 459 miliar), dari promotor dan tim-tim di Formula E sebagai imbal balik atas servis gelaran.

BACA JUGA: Penggemar Formula E di Indonesia Mencapai 3,3 Juta

Mereka juga mendapat pendapatan sebesar USD 21,6 juta (Rp 300 miliar) dari hak siar termasuk dari Fox Sports. Total pendapatan mereka tahun itu sebesar USD 108 juta (Rp1,5 triliun).

Namun, pengeluaran FEO untuk gelaran Formula E mencapai USD 132,5 juta (Rp 1,8 triliun). Dengan demikian, kerugian mereka mencapai USD 23,9 juta (Rp 332 miliar) pada 2017.

BACA JUGA: Ketua DPRD DKI Yakin Pemprov DKI Manipulasi Izin Formula E

Pada musim balapan 2017/2018, sponsor utama Formula E di Montreal, Hydro-Quebec menyatakan mundur pada satu ajang balapan.

Mundurnya Hydro-Quebec disebutkan karena minimnya jumlah penonton. Tercatat, jumlah penonton hanya mencapai 40 persen dari target awal yang ditentukan di setiap ajang pertandingan.

Ajang Formula E kali pertama digelar pada September 2014. Balap mobil jet darat itu menggunakan energi listrik sehingga sangat kecil menciptakan kebisingan dan emisi.

Dengan teknologi yang berbeda berbanding Formula 1, gelaran itu bisa digelar di pusat kota. Setiap penyelenggara lokal pun membayar biaya penyelenggaraan kepada pihak operator, Formula E Operations (FEO).

Pada Juni 2020, salah satu seri Formula E bakal digelar di Jakarta. Pemprov DKI Jakarta juga sudah menyampaikan usulan anggaran untuk gelaran Formula E Jakarta sekitar Rp 1,3 triliun. Dana sebesar Rp 360 miliar untuk biaya komitmen dan Rp 934 miliar untuk penyelenggaraan.

Fraksi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) DPRD DKI Jakarta, sangat getol menolak penyelenggaraan Formula E.

Selain karena dianggap menghamburkan anggaran, gelaran balap jet darat listrik itu juga hanya akan menimbulkan kemacetan jika rutenya melintas di kawasan Monas dan sekitarnya.

Hal tersebut bakal merugikan warga yang menggunakan jalan untuk beraktivitas dan keperluan sehari-hari.

"Kalau misalkan diselenggarakan Formula E ini tentunya kemacetan pasti menjadi-jadi. Sedangkan kita sudah punya hitungannya juga triliunan rupiah yang diakibatkan kerugian negara akibat kemacetan. Betapa banyaknya perekonomian yang terhambat karena kemacetan," kata Anggota Fraksi PSI, Justin Adrian, beberapa waktu lalu.

Sejalan itu, Ketua Komisi D DPRD DKI Jakarta Ida Mahmudah, juga menolak penyelenggaraan Formula E, terutama mengambil jalur Monas dan sekitarnya.

"Kalau saya sebagai anggota dewan ditanya, lebih baik jangan ada deh Formula E. Hambur-hamburin duit dan efek bagusnya tidak ada walau sudah dibayarkan commitmen fee-nya," kata Ida.

Jika pun mau, kata Ida, Formula E lebih baik dilaksanakan di Sentul yang memang merupakan trek balap sehingga dipastikan keamanannya serta tidak akan mengganggu masyarakat ataupun jalanan. (mg8/jpnn)


Redaktur & Reporter : Rasyid Ridha

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler