Awal Terjal Tim Tradisional

Sabtu, 14 Juni 2014 – 19:04 WIB
Para penggawa Inggris saat menjalani latihan. FOTO: getty images

jpnn.com - MANAUS - Para pecinta sepakbola tentu tak berharap tim-tim tradisional saling jegal di babak awal Piala Dunia. Bagi para gibol, laga tim tradisional diharapkan terjadi pada partai knock out dan seterusnya.

Namun, publik akhirnya harus melihat tiga tim tradisional saling jegal di Grup D Piala Dunia 2014. Mereka ialah Inggris yang berstatus juara dunia tahun 1966, Uruguay (1930, 1950) serta Italia (1934, 1938, 1982, 2006).

BACA JUGA: Stefan Bradl Rajai Latihan Bebas Ketiga

Inggris dan Italia akan memulai aksi saling bunuh itu di Arena de Amazonia, Manaus, Minggu (15/6) dini hari WIB (siaran langsung ANTV dan TV One pukul 05:00 dini hari WIB).

Kedua tim pernah bertemu pada turnamen besar, yakni Piala Eropa 2012 lalu. Saat itu, Inggris dipaksa mengakui ketangguhan Italia lewat adu penalti pada babak perempat final.

BACA JUGA: Bryan Ruiz Ingin Cetak Sejarah Bersama Kosta Rika

Setelah itu, Inggris mampu membalaskan dendam usai menekuk Italia dengan skor 2-1 di Stadion Wembley, 16 Agustus 2012 silam. Karena itu, ketika dendam sudah dituntaskan, Inggris membidik target lain dalam laga nanti.

Skuat racikan Roy Hodgson itu bertekad memetik poin absolut sebagai langkah awal menuju fase knock out. Bagi Hodgson, laga itu juga akan menjadi pembuktian keputusan regenerasi yang dilakukannya.

BACA JUGA: Robben Ingatkan Belanda Tetap Fokus

Ya, Hodgson memang hanya membawa enam pemain dari Piala Dunia 2010 dan sebelas penggawa dari Piala Eropa 2011. Selebihnya adalah muka-muka baru yang berusia muda. Sebut saja Raheem Sterling dan Luke Shaw.

Kini, rata-rata usia penggawa Inggris adalah 26 tahun. Itu adalah skuat termuda Inggris sejak 1958 silam. Keputusan Hodgson sempat menuai kritikan. Sebab, pada 1958 silam, Inggris yang berisi pemain muda gagal lolos dari fase grup.

“Kami ingin memberikan suporter hal yang meyakinkan. Kami ingin memberi mereka sesuatu yang menggembirakan,” terang Hodgson di laman Sky Sport.

Keputusan Hodgson mungkin memang sangat riskan. Pasalnya, Inggris juga memiliki rekor buruk ketika bersua Italia. Dari 14 pertemuan, Inggris hanya membukukan delapan kemenangan, enam hasil seri dan sepuluh kekalahan.

Namun, dari jumlah itu, kedua tim hanya sekali bertemu di Piala Dunia. Yakni, pada Piala Dunia 1990 silam. Saat itu, Inggris ditekuk Italia dengan skor 1-2.

Di sisi lain, Italia memiliki keuntungan dari sisi psikologis. Selain memiliki rekor head to head lebih baik, Italia juga selalu bisa mencetak gol dalam 14 laga Piala Dunia. Itu adalah streak terpanjang dalam sejarah Italia. Kali terakhir Italia gagal mencetak gol ialah ketika ditekuk Prancis pada Piala Dunia 1998 silam.

Selain itu, Italia juga memiliki pemain yang mampu mendikte permainan lawan. Pada Piala Eropa 2012 lalu, Italia mampu menguasai permainan sebanyak 64 persen.

Italia makin di atas angin karena mampu memetik enam kemenangan dalam sebelas laga terakhir kontra Inggris. Namun, Italia juga tengah dirundung kecemasan karena Gianluigi Buffon dan Salvatore Sirigu dihantam cedera. Keduanya bahkan bisa saja absen dalam laga nanti.

“Dia mengalami masalah dengan engkal. Tapi itu hanya cedera kecil. Kami harus hati-hati karena mereka adalah tim yang sangat terorganisir. Mereka tak hanya punya fisik bagus, tetap juga skill hebat,” tegas pelatih Italia, Cesare Prandelli. (jos/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... FIFA Bela Keputusan Kontroversial Nishimura


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler