BANJARMASIN – Penyakit jantung adalah penyakit pembunuh nomor satu, tak hanya di Indonesia tapi bahkan di dunia. Di Banjarmasin, kasus penyakit jantung koroner (PJK) mendominasi di antara penyakit serius lainnya.
Data RSUD Ulin Banjarmasin mencatat ada 520 kasus PJK sepanjang tahun 2010. Sedangkan pada tahun 2011 mencapai 500 kasus. Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah RSUD Ulin Banjarmasin dr Adi L Saputro SpJP menjelaskan, PJK dipicu oleh penyempitan pembuluh darah jantung.
“Ada banyak faktor risiko yang menjadi penyebab, tapi yang paling besar pengaruhnya adalah penyakit kencing manis (diabetes mellitus), disusul hipertensi dan kolesterol tinggi,” ujarnya, kemarin.
Di luar dua faktor risiko itu, ada satu hal lagi yang juga berperan penting memupuk bibit PJK, yakni gaya hidup yang tidak sehat, seperti merokok, kurang olahraga, dan mengonsumsi makanan berlemak.
Seperti diketahui, lidah urang Banjar sangat menggemari makanan bersantan, misalnya nasi kuning, lontong, dan ketupat. “Yang tidak bisa dihindari adalah faktor keturunan. Misalnya orang tuanya kena PJK, maka si anak juga punya potensi besar. Kalau sudah begitu, harusnya si anak tidak menambah dengan faktor risiko yang lain, jangan merokok dan harus rajin olahraga,” tuturnya.
Yang juga penting dicatat, usia pengidap PJK dewasa ini cenderung kian muda saja. Diungkapkan dr Adi, kalau dulu PJK banyak menyerang usia di atas 50 tahun, sekarang pasiennya sudah bergeser ke kaum muda yang masih berusia 30-an.
“Kita lihat di mall anak kecil diajak makan ke restoran fast food, itu salah satu faktor risiko jantung koroner. Kalau setelah dewasa gaya hidupnya tak sehat, maka makin tinggi risikonya,” tukasnya.
Demikian pula dengan jenis kelamin, kalau dulu laki-laki yang lebih rentan, sekarang perempuan pun sama saja. Pasalnya, kini banyak perempuan yang bekerja dan memiliki stressor yang sama. “Kadang perempuan juga merokok,” imbuhnya.
Gejala awal PJK sendiri ditandai dengan nyeri di bagian dada seperti diremas atau ditimpa beban berat, kemudian menjalar ke tangan atau punggung disertai panas dingin. Ada dua cara penanganan PJK, yakni kateterisasi dan operasi bypass.
Kateterisasi adalah pemasangan ring di pembuluh darah jantung yang mengalami penyempitan agar darah kembali mengalir lancar. Harga satu ring berkisar Rp20 juta-Rp 30 juta. Sedangkan langkah operasi ditempuh jika pembuluh darah sudah buntu sama sekali.
“Di jantung ada tiga pembuluh darah, di kanan satu dan di kiri cabang dua, kiri depan dan kiri samping. Kalau ketiganya terkena dan buntu semua, kita pasang by passs. Pembuluh darah dari kaki atau dada diambil, lalu ditempel,” terangnya.
Biayanya tentu lebih mahal, antara Rp60 juta-Rp70 juta. Hingga saat ini operasi bypass jantung belum bisa dilakukan di RSUD Ulin Banjarmasin sehingga pasien harus dirujuk ke Surabaya atau Jakarta. Sedangkan untuk kateterisasi, rencananya mulai bulan April 2012 mendatang sudah bisa dilakukan di RSUD Ulin.
“Pengidap PJK kalau tidak mendapat pengobatan optimal, maka kualitas hidupnya akan turun dan gampang terkena serangan ulang. Jantung akan membengkak, bahkan bisa berakibat kematian. Bagaimana memperbaikinya" Ya dengan obat dan mengubah gaya hidup yang baik,” ucapnya. (naz)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Hepatitis Serang Ratusan Pelajar, Satu Meninggal
Redaktur : Tim Redaksi