jpnn.com - NEWYORK -- Temperatur hangat dituding menjadi penyebab penyebaran malaria ke dataran yang lebih tinggi.Para peneliti menemukan bahwa cuaca panas meningkatkan risiko terjangkit malaria bagi orang yang tinggal di dataran tinggi Afrika dan Afrika Selatan.
Mereka meyakini kenaikan temperatur di masa yang akan datang dapat meningkatkan jumlah kasus malaria di sejumlah wilayah. Penelitian ini dipublikasikan dalam jurnal Science. "Dalam kaitan ini, risiko terkena penyakit ini sangat besar," ujar Prof Mercedes Pascual, dari Universitas Michigan di AS.
BACA JUGA: Wikileaks Bakal Bocorkan Dokumen Rahasia Baru
Dalam laman BBC disebutkan parasit malaria dan nyamuk pembawa virus malaria sulit untuk hidup di udara dingin. "Sebelum ini risiko terkena penyakit ini turun di dataran yang lebih tinggi," sambungnya.
Namun, dari hasil penelitian populasi di dataran tinggi Kolombia dan Ethiopia, yang memiliki catatan temperatur dan kasus malaria dari 1990-an sampai 2005.
BACA JUGA: Sebut Paling Aman, Para Ahli Bingung Boeing 777 Bisa Hilang
Para peneliti mendapati penyakit yang disebebkan gigitan nyamuk itu akan memasuki wilayah baru yang sebelumnya bebas malaria. "Kenaikan temperatur dapat meningkatkan penyebaran malaria," lanjutnya.
Di Ethiopia, hampir setengah dari jumlah populasinya tinggal di dataran tinggi dengan ketinggian 1.600 km dan 2.400 km dari permukaan laut.
BACA JUGA: Lebih 24 Jam, Malaysia Airlines Masih Misterius
"Kami memperkirakan, berdasarkan penyebaran malaria di wilayah dataran tinggi, kenaikan temperatur sekitar 1 derajat Celcius dapat menambah jumlah kasus sebanyak tiga juta dalam periode kurang dari 15 tahun," jelas Prof Pascual.
Menurut data terakhir Badan Kesehatan Dunia WHO, sekitar 207 juta kasus malaria pada 2012 dan diperkirakan 627.000 orang meninggal. Sebagian besar kasus kematian akibat penyakit ini terjadi pada anak-anak yang tinggal di Afrika. (esy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Dalami Kemungkinan Malaysia Airlines Dibom Teroris
Redaktur : Tim Redaksi