jpnn.com, JOGJA - Mau merasakan sensasi minum cokelat hangat dari bahan yang dipetik dari kebun petani? Atau menikmati coklat batangan yang proses pengolahannya bisa kita saksikan langsung?
Tak perlu jauh-jauh ke Belgia, Paris, Berlin, atau London. Cukup melangkahkan kaki ke Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
BACA JUGA: Solo Festival Gamelan 2017 Ikut Heboh di Dunia Maya
Ada satu tempat yang kini ramai dikunjungi wisatawan yaitu Gunung Api Purba Nglanggeran.
Kawasan geopark in ternyata dikelilingi kebun tanaman kakao yang dikembangkan masyarakat.
BACA JUGA: Horee... Warga Bekasi Menangkan Undian Mobil Semargres 2017
Hasil produksi kakao itu kemudian dikembangkan dalam berbagai produk.
Dengan pendampingan teknologi pengolahan dari LIPI, masyarakat yang tergabung dalam Kelompok Masyarakat Pengelola Kakao mampu menghasilkan berbagai produk olahan cokelat.
BACA JUGA: PLN Kembangkan Destinasi Taman Sungai Mudal Kulonprogo
Mulai dari cokelat bar (batangan), Cochomix, dodol cokelat, ceriping pisang salut cokelat, roti cokelat maupun cokelat bubuk untuk makanan atau minuman.
Untuk Chocomix ini ada beberapa macam. "Ada Chocomix Tawa, yaitu cokelat campur susu Kambing Ettawa.
"Ada Chocomix Ice, Chocomix original dan Chocomix klasik," urai Sugeng Handoko, manajer Griya Coklat Nglanggeran di show room sekaligus rumah produksi Cokelat Nglanggeran.
Di showroom berukuran 8x12 meter inilah, selain menikmati olahan cokelat para wisatawan juga bisa terlibat dalam proses produksi.
Selain di tempat ini, wisatawan juga bisa ikut mengolah kakao di industri rumahan yang ada di sekitarnya.
Pengembangan kakao menjadi olahan cokelat khas Gunung Api Purba dilakukan oleh Kelompok Ibu-ibu Purba Rasa, Kelompok Tani Kumpul Makaryo dan Unit Pengolahan Hasil.
Manajemen dan pemasaran dilakukan oleh Pokdarwis Nglanggeran.
Kelompok Tani Kumpul Makaryo sebagai pemasok bahan hingga pengeringan, Kelompok Ibu-ibu Purba Rasa mulai dari pengeringan hingga menjadi kakao siap pakai maupun mengolah bubuk cokelat menjadi aneka produk.
Unit pengolahan hasil yang mengubah kakao menjadi bubuk.
Kini, proses prosuksi cokelat di Nglanggeran sudah menjadi daya tarik para tamu atau wisatawan.
Kemampuan produksi 6.200 sachet per hari, atau bubuk murni yang 50 kg/bulan, bisa terserap dalam beberapa hari.
"Begitu pula stok coklat batangan, selalu tidak ada. Begitu produksi langsung laku," tambah Sugeng.
Ini terjadi karena para tamu di Nglanggeran kebanyakan rombongan dalam jumlah besar.
Terutama rombongan pelajar dan mahasiswa yang live in di sini.
Misalnya saja ratusan pelajar dar Islamic Village Tangerang, ratusan siswa Global Mandiri Cibubur, ratusan pelajar SMP Santa Praticia Jakarta dan puluhan mahasiswa Universitas Pancasila dan lainnya.
Nglanggeran sudah menjadi destinasi unggulan. Griya Cokelat Nglanggeran menjadi salah satu penopangnya.
Jadi, kalau sekarang ke Gunungkidul, jangan hanya ke pantai. Griya Cokelat Nglanggeran patut dicoba.
Oleh-oleh yang paten dan keren bisa Anda tenteng!
Menteri Pariwisata Arief Yahya mengapresiasi kreativitas dan hospitality warga Jogja dan Gunung Kidul.
Kabupaten yang di dalamnya ada Geopark Gunung Sewu, yang membentang dari Pacitan, Wonogiri, hingga Gunung Kidul itu sudah sangat mendukung dunia pariwisata.
"Terus kembangkan kreativitas destinasi, libatkan masyarakat untuk terus membuat sesuatu, maka Jogja akan sangat cepat berkembang," kata Arief.
Saat roadshow ke Angkasa Pura I di Bandara Ngurah Rai, Bali, Senin, 8 Mei 2017, Menpar Arief sudah melihat pergerakan yang progresif dari airport operator itu.
Termasuk Bandara Kulon Progo yang dalam 2 tahun ini harus sudah tuntas, dari runway, appron, terminal, semua harus sudah beroperasi.
Kepastian itu disampaikan Dirut AP I, Danang S Baskoro, yang tahun ini akan membangun dan memperbaiki 8-9 bandara di Indonesia Timur. Termasuk bandara Kulon Progo di Jogja tersebut.
"Manfaatkan kesempatan ini, momentum yang tepat untuk membangun pariwisata di Jogja Solo Semarang, Joglosemar," ungkapnya.(adv/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Wow! Semargres 2017 Bikin Kota Semarang Panen Raya
Redaktur & Reporter : Natalia