Badai Burung Laut Renggut 1.200 Nyawa

Minggu, 10 November 2013 – 12:25 WIB

jpnn.com - MANILA - Badai Haiyan yang menerjang Filipina menimbulkan dampak luar biasa. Korban meninggal diperkirakan mencapai ribuan. Menurut otoritas palang merah setempat, korban meninggal akibat terjangan badai tersebut mencapai 1.200 orang. Dari jumlah itu, 1.000 di antaranya berasal dari Kota Tacloban di Pulau Leyte.

Bencana tersebut juga membuat sekitar empat juta orang terkena imbas. Lebih dari 800 ribu warga harus dievakuasi untuk menghindari terjangan badai dengan kekuatan super itu.

BACA JUGA: Hari Jomblo Gairahkan Tiongkok

Embusan angin dengan kecepatan sekitar 305 kilometer per jam memorak-porandakan permukiman, bangunan, dan tumbuhan di sepanjang wilayah yang dilewati badai.

Aliran listrik padam. Sambungan komunikasi juga terputus. Ratusan rumah rusak berat dan bahkan hampir rata dengan tanah. Sementara itu, jalan-jalan tergenang banjir akibat hujan dari air laut yang pasang.

BACA JUGA: Wali Kota Suka Mabuk-Madat

Laporan yang dihimpun Daily Mail menyebutkan, kekuatan badai Haiyan -yang dalam bahasa Tiongkok berarti burung laut- adalah yang terbesar dalam sejarah. Badai yang menerjang kepulauan di bagian timur Filipina itu lebih dahsyat 183 kilometer per jam daripada badai St Jude yang menghajar Inggris akhir Oktober lalu.

Atap-atap rumah beterbangan. Ombak setinggi hampir 20 meter menghadirkan gelombang besar yang merusak aneka bangunan dan tumbuhan di bibir pantai. Empasan Haiyan juga mampu membuat pohon-pohon besar tercabut dari akarnya.

BACA JUGA: Telepon Wapres Salah Sambung

Di Tacloban, kota berpenduduk 200 ribu jiwa itu, kerusakan parah melanda di hampir semua sudut. Bangunan dengan konstruksi besi pun tidak kuasa menahan gempuran badai. Banjir bandang membuat jalan-jalan di Tacloban bak sungai. Rekaman gambar dari stasiun televisi ABS-CBN menunjukkan enam rumah yang terbuat dari bambu terseret arus sampai lebih dari 200 kilometer.

Tacloban yang berada 468 kilometer tenggara Manila benar-benar tampak seperti kota mati. Bandara lumpuh. "Kerusakan di landasan pacu bandara benar-benar parah. Meski begitu, pesawat militer masih bisa mendarat," jelas Mike Wylie, perwira Angkatan Laut Amerika Serikat (AS) yang memantau kondisi Tacloban, kemarin.

Kepala Palang Merah Filipina Gwendolyn Pang mengaku kesulitan untuk mengevakuasi korban karena kondisi cuaca yang masih sangat ekstrem. Angin bertiup kencang diiringi hujan deras.

Sekretaris Kabinet Rene Almendras menegaskan bahwa pemerintah Filipina bertindak cepat mengatasi bencana tersebut. Pasukan militer dikerahkan untuk mengevakuasi korban. Bantuan dari dunia internasional juga terus berdatangan. (c9/ca)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Polisi Bekuk Bomber Shanxi


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler