Pakar cuaca di Jepang menyatakan bahwa fenomena itu disebabkan perubahan massa udara dingin secara tiba-tiba yang menggantikan massa udara lebih hangat di daratan. Badai debu di Jepang juga dipastikan tidak terkait dengan polusi udara parah yang melanda Beijing, Tiongkok, pada musim dingin lalu.
’’Peningkatan tekanan udara rendah yang terjadi di utara bergerak ke selatan. Hal itu memicu badai salju di utara serta menimbulkan angin kencang di Tokyo maupun daerah sekitarnya,’’ ujar seorang pakar cuaca Badan Meteorologi Jepang (JMA). ’’Di wilayah Kanto (Tokyo dan sekitarnya), angin kencang membawa partikel debu kering dari tanah. Ini berdampak pada berkurangnya jarak pandang,’’ tambah dia.
Fenomena itu diperkirakan hanya berlangsung sementara. Pakar yang tak disebutkan namanya itu menjelaskan bahwa hujan akan menghilangkan debu tebal dari udara.
Jepang dan sejumlah negara di Asia Timur menyatakan keprihatinan mereka atas dampak polusi udara di Beijing. Udara beracun secara berkala menyelimuti wilayah ibu kota Tiongkok itu akibat emisi dari pembakaran batu bara di sejumlah pembangkit listrik. Selain itu, polusi udara juga terjadi akibat emisi gas dari kendaraan bermotor di jalanan kota yang selalu padat. Beijing dikenal sebagai pasar mobil terbesar di dunia.
Media melaporkan bahwa para menteri lingkungan dari Jepang, Tiongkok, dan Korea Selatan (Korsel) dijadwalkan bertemu Mei mendatang. Mereka akan membahas upaya memerangi polusi udara. (AFP/cak/dwi)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Satu dari Lima Pemerkosa Sadis di India Mati di Penjara
Redaktur : Tim Redaksi