Bagi Demokrat, Kamala Harris Seperti Kekacauan Vs Bencana

Selasa, 23 Juli 2024 – 07:28 WIB
Wakil Presiden AS Kamala Harris. Foto: Susan Walsh/AP Photo File

jpnn.com - WASHINGTON − Presiden Amerika Serikat Joe Biden pada Minggu kemarin mengatakan telah mengakhiri pencalonannya untuk terpilih kembali.

Pengunduran diri yang memicu gejolak di tubuh Demokrat. 

BACA JUGA: Tiongkok Enggan Tanggapi Kemunduran Joe Biden pada Pilpres AS

Sebelum Biden mundur dari pencalonan, Demokrat konon mulai khawatir apakah mereka bisa mengalahkan calon milik partai Republik, Donald Trump pada Pilpres AS 2024, November.

Sorotan lalu tertuju kepada Kamala Harris, 59 tahun. 

BACA JUGA: Mike Pence tidak Dukung Donald Trump di Pilpres AS

Biden dalam pidato publik sejak mengumumkan akan mundur dari Pilpres AS 2024, meminta para pendukung dan stafnya untuk mendukung Harris.

“Peluk dia. Dia yang terbaik,” ujar Biden.

BACA JUGA: Kamala Harris Tegaskan Siap Maju di Pilpres AS

Itu kata Biden. Namun, tak semua petinggi Demokrat bisa menerima dan happy dengan situasi terkini.

Ini mungkin termasuk salah satu pertaruhan terbesar dalam sejarah politik Amerika. "Hanya (sekitar) 100 hari sebelum pemilu, Partai Demokrat kehilangan presiden petahana dan calon presiden (Biden)," bunyi salah satu kupasan di laman Washington Post.

Sejumlah bos di Demokrat sejak awal ada yang tak setuju dengan pencalonan kembali Biden. Kini di saat Hari H makin dekat, Biden justru mundur dan mendorong Harris yang juga tak semua bisa tergoda dengan perempuan yang kini menjabat Wakil Presiden itu.

Banyak penilaian, bahkan di Demokrat sendiri, duet Biden-Harris selama ini tak berprestasi.

Demokrat puyeng, tetapi ada kesimpulan bahwa kekacauan di internal lebih baik ketimbang harus menerima bencana bernama Donald Trump.

Tidak ada preseden yang jelas mengenai apa yang akan terjadi selanjutnya, tak ada templat yang siap pakai.

Contoh format terdekat mungkin Pilpres AS 1968, tahun yang penuh kekerasan dan pergolakan politik. Presiden (dari) Partai Demokrat Lyndon Johnson, yang terkepung oleh Perang Vietnam, mengumumkan bahwa dia tidak akan mencalonkan diri lagi. Lalu kandidat utama partai tersebut, Robert F. Kennedy, dibunuh. Wakil Presiden saat itu, Hubert Humphrey, dinominasikan pada sebuah konvensi di Chicago yang dilanda protes anti-perang.

Namun, dia kalah tipis dari jago Republik Richard Nixon.

Republik, di sisi lain, konon kini makin percaya diri. Mereka siap berkuasa, tak hanya mengendalikan Gedung Putih, tetapi juga Kongres.

'Perang' antara Republik dengan Harris selama ini, akan makin mendapat panggung.

Debat atau psywar Pilpres AS 2024 antara Trump vs Biden, jelas akan jauh berbeda dengan Trump vs Harris.

Trump, meski kontroversial, tetapi dialah yang menyatukan Partai Republik.

Harris, meski masih mendapat perlawanan di internal partai, tetapi menjadi pilihan terkini untuk Demokrat menghadapi Republik. (adk/jpnn/wp/usat)

Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:


Redaktur & Reporter : Mufthia Ridwan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler