Sejumlah agenda terkait peristiwa pembantaian massal 1965 di Indonesia dalam event Ubud Writers & Readers Festival (UWRF) 2015 dibatalkan. Pihak penyelenggara mengaku sudah berupaya maksimal menegosiasikan keputusan yang didasarkan atas pertimbangan dari otoritas keamanan setempat tersebut.Komite penyelenggaran UWRF 2015 secara resmi mengumumkan pembatalan tiga agenda diskusi panel mereka yang membahas peristiwa 1965 yakni “1965, Bearing Witness" (Kamis,29/10), "1965, Writing On" (Kamis,29/10) dan "1965, Bali” (Jumat (30/10). Selain itu agenda lain yang juga dibatalkan adalah pemutaran Film The Look of Silence alis Senyap yang disutradarai Joshua Oppenheimer, pameran serta peluncuran buku The Act of Living. "Terkait satu dan lain hal, program-program tersebut terpaksa harus dibatalkan," demikian tertulis dalam pernyataan resmi panitia Ubud Writers and Readers Festival (UWRF) 2015 di situs web resminya, Jumat (23/10) siang. Sementara itu Hanna Nabila, Koordinator Media Nasional event ini mengatakan pembatalan ini dilakukan setelah pihaknya melakukan segala upaya untuk menegosiasikan keputusan tersebut, bahkan salah satu diskusi bahkan dilakukan di Mapolres Gianyar, siang ini. “Kami telah menegosiasikan pelaksanaan acara ini sejak 3 pekan yang lalu, tapi kami akhirnya menerima keputusan bulat terkait nasib acara kami pada Hari Jum’at ini (23/10). " "Panitia Festival disarankan untuk tidak melanggar ketentuan yang telah ditetapkan, dengan pertimbangan keberlangsungan festival ke depannya,” Hanna mengatakan agenda mereka yang dibatalkan tidak difokuskan pada sisi politik dari peristiwa 1965. “Sisi politis dari peristiwa 1965 tidak menjadi fokus utama dalam agenda diskusi panel kami, tapi sebaliknya kami hanya akan membahas masalah peristiwa ini dari sisi para korbannya saja.” “Bagaimana kondisi mereka saat ini, apa yang mereka alami ketika itu dan harapan mereka ke depan,” tambahnya. “Tapi sepertinya menyebut namanya peristiwa itu saja sudah merupakan hal yang sensitive,” katanya.
Dalam siaran persnya Pendiri & Direktur Janet DeNeefe juga menyampaikan kekecewaan pada keputusan pembatalan agenda mereka. “Dengan festival ini kami berharap untuk mewujudkan misi sebagai media terbuka untuk berlangsungnya diskusi ” ujarnya. “Tahun bersejarah itu memiliki arti bagi masyarakat Indonesia, dan itulah maksud kami untuk memberikan pengertian melalui rekonsiliasi dan penyembuhan” tambahnya. Agenda diskusi panel terkait peristiwa 1965 yang dibatalkan antara lain juga menampilkan sejumlah pembicara dan penulis asal Australia, misalnya Katharine McGregor, sejarawan Indonesia dan peneliti kekerasan militer di Indonesia dari Universitas Melbourne dan Adrian Vickers , pakar sejarah Modern dan Bali dari Universitas Sydney. Sementara pembicara dari Indonesia antara lain menampilkan Putu Oka Sukanta mantan pegiat LEKRA, Baskara Wardaya – Sejarawan dari Universitas Sanata Dharma Jogjkarta, Merry Kolimon, anak korban 1965, Roro Sawita peneliti peristiwa 1965 dari Bali, Ayu Utami dan lain-lain. Tahun ini, persis 50 tahun terjadinya peristiwa pembantaian massal tahun 1965. Penelitian Komnas HAM menyatakan jumlah korban diperkirakan mencapai 500 ribu sampai 3 juta orang di berbagai daerah. Sedangkan ratusan orang dipenjara dan sekitar 12.000 orang di buang ke Pulau Buru untuk menjalani kerja paksa. Ubud Writers& Readers Festival 2015 akan berlangsung selama sepekan mulai dari 28 Oktober 2015 hingga 1 November 2015 di Ubud, Bali. Event tahunan yang telah berlangsung sejak 2003 ini akan menampilkan 165 penulis dari berbagai negara.
BACA JUGA: Australia Siap Bantu Indonesia Atasi Kebakaran Lahan dan Kabut Asap
BACA ARTIKEL LAINNYA... Australia Perkirakan Kebakaran Hutan di Indonesia Masih Sulit Dipadamkan