Bahkan, Bom Atom Pun Kalah Dahsyat Dari Gempa Ini

Minggu, 07 Februari 2016 – 05:56 WIB
Petugas membantu mengevakuasi korban gempa. Foto : AFP

jpnn.com - TAINAN - "Saya langsung merasa (tragedi, Red) 21 September kembali lagi," kata Kate Cho kepada South China Morning Post saat ditanya perasaannya mengalami gempa 6,4 skala Richter yang terjadi kemarin pukul 3.57 waktu setempat. Saat gempa terjadi, Kate sedang berada di hostelnya di kawasan Tainan City.

Kate tak sepenuhnya salah. Energi gempa itu memang setara dengan ledakan dua bom atom Itu diungkapkan Direktur Pusat Gempa di Badan Meteorologi Taiwan Kuo Kai-wen.

BACA JUGA: Semakin Panas! Korea Utara Majukan Rencana Peluncuran Satelit yang Kontroversial

Akibat gempa yang berpusat di Distrik Meinong, Kaohsiung, itu, sedikitnya 20 bangunan di sembilan lokasi di Municipality (setingkat pemerintahan kota atau kabupaten) Tainan rusak total atau rusak separo. Sebuah apartemen 17 lantai bernama Weiguan Jinlong (Golden Dragon) di Distrik Yongkang ambruk. Begitu pula sebagian bangunan Pasar Dazhili di Distrik Hsinhua. 

Namun, jumlah korban bencana yang terjadi dua hari sebelum perayaan Imlek tersebut tidak semengerikan tragedi 21 September 1999. Ketika itu gempa berkekuatan 7,6 skala Richter tersebut merenggut nyawa sekitar 1.400 orang.

BACA JUGA: 175 Prajurit TNI Kontingen Garuda Tiba di Kongo

Di gempa kali ini, hingga pukul 23.30 WIB, tercatat 14 korban jiwa melayang. Dua belas di antara mereka berasal dari apartemen Weiguan. Termasuk seorang bayi perempuan yang berusia sepuluh hari. 

Bayi mungil itu ditemukan tergolek tanpa nyawa dalam dekapan sang ayah yang juga meninggal dunia. Sedangkan dua korban meninggal lain ditemukan di reruntuhan bangunan lainnya. 

BACA JUGA: Gara-gara Bentrokan Sengit di Aleppo, Ribuan Pengungsi Suriah Kocar-Kacir

Dikhawatirkan jumlah korban akan terus bertambah. Sebab, sudah menjadi tradisi, tiap kali Imlek, seluruh anggota keluarga akan berkumpul. Jadi, kendati apartemen Weiguan secara resmi dihuni 257 orang, saat kejadian, jumlahnya mungkin lebih dari itu.

Apalagi, secara keseluruhan, 156 orang dilaporkan masih hilang. "Kami memusatkan upaya penyelamatan korban di apar­temen ini," kata Wali Kota Tainan William Lai.

Gempa yang episentrumnya berada sekitar 43 kilometer di sebelah tenggara Tainan itu sempat membuat warga khawatir. Mereka takut akan ada gempa susulan. Karena itu, mereka memilih bertahan di luar rumah. 

Taiwan memang rawan gempa. Sepanjang tahun lalu saja, negeri yang dulu bernama Formosa itu diguncang empat kali lindu berkekuatan 6 atau lebih pada skala Richter. Tapi, semuanya tak menghasilkan energi sebesar gempa kemarin.

Episentrum gempa kemarin berlokasi tak jauh dari gempa pada 2010. Namun, gempa enam tahun silam itu berkekuatan lemah karena episentrumnya berada di kawasan pegunungan. Persisnya di Distrik Jiaxin, Kaohsiung. 

Menurut Direktur Badan Meteorologi Pusat Taiwan Shin Tzay-chyn, Tainan yang berada di bagian selatan Taiwan itu ter­kena dampak paling parah karena gugusan geologinya relatif lemah. Sedangkan di Ibu Kota Taipei yang terletak di bagian utara, efek gempa tak begitu terasa.

Pemerintah Tainan langsung menyediakan delapan tempat penampungan bagi para korban. Sejumlah restoran dan hotel juga menyediakan makanan dan kamar gratis kepada para korban. 

Pemerintah terpaksa memutus jaringan listrik di Tainan. Itu dilakukan untuk mengamankan warga karena putusnya pipa distribusi gas. Layanan air bersih di Tainan dan sekitarnya pun terganggu akibat gempa bumi. 

Untuk mendukung penyelamatan, tim pemadam kebakaran menggunakan crane dan beberapa tangga hidrolis. Crane itu digunakan untuk mengangkat reruntuhan bangunan yang berukuran besar.

Karena masih ada korban yang terjebak di balik reruntuhan, tim penyelamat menyisir setiap lokasi dengan saksama. Prioritas utama mereka adalah para korban yang masih bernyawa.

Seorang pemuda 18 tahun ditemukan selamat sebelum fajar menyingsing. Dia masih sadar saat diangkat dari balik reruntuhan. Bersamaan dengan itu, pasukan pemadam kebakaran mengevakuasi seorang perempuan berusia 30 tahun dan seorang bocah perempuan berusia 9 tahun. Balita laki-laki juga menjadi salah seorang korban selamat yang dievakuasi di tahap awal penyelamatan. 

"Saya sedang menonton televisi ketika mendengar suara dentuman. Saya buka pintu dan melihat gedung bertingkat di dekat tempat tinggal saya roboh," kata Chang. 

Pria 71 tahun yang menjadi tukang ledeng itu pun bergegas menuju apartemen tersebut. Membawa peralatan tukangnya dan se­buah tangga, dia lantas ikut menyelamatkan sejumlah korban.

Korban pertama yang dia selamatkan adalah seorang perempuan. Perempuan itu berteriak-teriak panik dari balik jendela apartemennya. Chang lantas memotong terali jendela dengan peralatan tukangnya dan menyelamatkan korban. "Dia kemudian meminta saya kembali ke lokasi untuk menyelamatkan suami dan anaknya. Tapi, saya takut terjadi ledakan karena bau gas sangat menyengat," ujarnya. 

Hampir seratus korban selamat yang terluka langsung dilarikan ke rumah sakit atau klinik terdekat. Di antara jumlah tersebut, sekitar 60 orang langsung diperbolehkan pulang karena hanya mengalami luka ringan. Sebaliknya, sekitar 40 yang lain terpaksa menjalani perawatan medis di rumah sakit. 

Presiden Ma Ying-jeou pun langsung melawat para korban yang dirawat di rumah sakit. Dia sempat berbincang dengan mereka dan menyampaikan keprihatinan. Sedangkan Tsai Ing-wen, presiden terpilih yang akan segera menggantikan Ma, langsung membatalkan seluruh agenda politiknya kemarin. Dia lantas berkoordinasi dengan jajarannya. Tsai juga men­janjikan bantuan dari kantong pribadi sebesar USD 29.850 (Rp 405,8 juta). 

Selain dari pemerintah setempat, pemerintah pusat dan pihak swasta pun mengirimkan bantuan ke lokasi bencana. Kemarin Kantor Urusan Taiwan milik Tiongkok juga menawarkan bantuan. 

"Kami siap memberikan bantuan jika diperlukan," terang juru bicara kantor perwakilan Beijing tersebut seperti dilansir kantor berita Xinhua

Kedua negara sampai saat ini masih terlibat perseteruan. Di mata Tiongkok, Taiwan adalah salah satu provinsi yang masuk bagian wilayahnya. Sebaliknya, Tsai Ing-wen dikenal pro kemerdekaan. 

Meski apartemen 17 lantai itu roboh akibat gempa, pemerintah kota tetap menyelidiki kemungkinan adanya pelanggaran di sana. "Jika dilihat kondisi bangunan yang parah, ada kemungkinan pihak developer tidak menggunakan baja dan semen yang berkualitas ketika membangun," ujar Liu Shih-chung, wakil sekretaris pemerintah kota. Sayang, developer apartemen itu sudah tidak lagi beroperasi. (AFP/Reuters/SCMP/hep/c10/ttg/pda) 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Begini Muslim di Inggris Menangkal Persepsi Negatif Terhadap Islam


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler