jpnn.com - Messi lagi, Messi lagi. Begitu komentar sebagian pencinta sepak bola ketika mendengar Lionel Messi memenangi Ballon d’Or pada Selasa (30/11).
Messi meraih penghargaan tertinggi sepak bola internasional itu untuk kali ketujuh, sekaligus menobatkan dirinya sebagi pemegang rekor pemenang terbanyak Ballon d’Or.
BACA JUGA: Lionel Messi Raih Ballon dOr 2021, Thomas Muller Bela Robert Lewandowski
Mungkin banyak yang bosan dengan kemenangan Messi. Banyak juga yang tidak menyangka Messi bakal menang lagi. Banyak juga yang menganggap Messi tahun ini tidak layak menang, dan malah ada yang menuding ada skandal dalam pemilihan tahun ini.
Tidak main-main. Media terkemuka Jerman ‘’Bild’’ menuding perhelatan Ballon d’Or kali sebagai skandal. Bild menyatakan seharusnya bukan Messi yang keluar sebagai pemenang tahun ini. Menurut Bild, Robert Lewandowski, striker Bayern Muenchen, seharusnya lebih berhak menjadi yang terbaik tahun ini.
BACA JUGA: 3 Alasan Kuat Lionel Messi Pantas Mendapat Ballon dOr 2021
“Skandal Pemilihan! Lewandowski Hanya Peringkat Dua,” begitu judul besar yang terpampang pada ‘’Bild’’ saat memberitakan hasil Ballon d’Or 2021.
Dalam proses pemungutan suara Messi mengumpulkan total 613 poin mengalahkan Lewandowski yang mengumpulkan 580 poin.
BACA JUGA: Rengkuh Trofi Ballon dOr ke-7, Lionel Messi Singgung Robert Lewandowski
Urutan selanjutnya ada bintang Chelsea Jorginho 460 poin, striker Real Madrid Karim Benzema 239, gelandang pengangkut air Chelsea N’Golo Kante 186. Rival abadi Messi, Cristiano Ronaldo terlempar dari persaingan dan terdampar di urutan keenam.
Bild menganggap hasil tahun ini sebagai skandal. ‘’Fakta ini tidak bisa diterima. Itu tak mungkin terjadi,” demikian kalimat pembuka artikel rilisan Bild tadi. Rangkaian statistik pun dibeber. Pada 2021, Lewandowski mencatat rekor baru dengan mencetak 41 gol dalam satu musim Bundesliga 2020-2021.
Lewandowski saat ini juga berstatus sebagai pemuncak daftar pencetak gol terbanyak di Bundesliga 2021-2022 dengan 14 gol, dan Liga Champions 2021-2022 mengemas sembilan gol.
Bukan hanya Bild yang gerah. Para bintang sepak bola Jerman juga geram oleh kekalahan Lewandowski. Mantan kapten timnas Jerman Lothar Matthaeus bahkan mengaku tidak habis pikir mengenai kejadian ini. ‘’Saya tidak mengerti lagi apa yang terjadi di dunia,’’ kata Matthaeus yang menjadi pemenang Ballon d’Or 1990.
Gelandang Real Madrid dan timnas Jerman Toni Kroos juga dibuat tidak percaya oleh apa yang terjadi. Kroos mengatakan bahwa Lewandowski lebih pantas menjadi pemenang tahun ini ketimbang Messi. Lewandowski dianggap lebih konsisten sepanjang tahun ini dibanding semua pemain sepakbola papan atas dunia.
Selama 12 bulan sepanjang 2021, penampilan Messi dianggap datar dan tidak menonjol. Klub lamanya Barcelona sedang mengalami krisis keuangan terbesar sepanjang sejarah dan membuatnya hanya finis di urutan ketiga.
Messi tidak bisa berbuat banyak untuk mendongkrak Barcelona. Messi malah akhirnya menjadi korban krisis finansial Barca dan memaksanya mengungsi ke Prancis bergabung dengan Paris Saint-Germain.
Di klub barunya Messi tidak bisa langsung menyetel dengan tim. Di beberapa pertandingan awal Messi macet, dan sampai sekarang baru membuat satu gol. Kontribusinya di Liga Champions juga tidak terlalu menonjol dengan sumbangan tiga gol.
Namun, memang itulah Lionel Messi. Dia pemain dengan bakat dan kemampuan super. Sepanjang pertandingan boleh saja dia datar dan tidak terlihat menonjol, tetapi begitu ada kesempatan sekecil apa pun dia akan menyambarnya menjadi gol yang menentukan kemenangan.
Itulah juga yang terjadi dalam perebutan Ballon d’Or tahun ini. Sepanjang tahun penampilan Messi tidak istimewa. Namun, tiba-tiba di ajang Piala Amerika Messi muncul sebagai pahlawan dan membawa timnas Argentina menjadi kampiun.
Ini merupakan pencapaian istimewa karena Argentina puasa gelar selama 28 tahun.
Itu capaian spesial karena Messi belum pernah membawa Argentina menjadi juara di kejuaraan besar. Ini menjadi istimewa karena Messi sekaligus dinobatkan sebagai top skor dan pemain terbaik.
Ibarat pertandingan final sepak bola, Messi mencetak hattrick pada menit-menit akhir meskipun sebelumnya ia tidak bermain istimewa. Gol-gol penting Messi itu menjadi pengunci gelar Ballon d’Or dan sekaligus mengunci kesempatan Lewandowski untuk menjadi pemenang.
Lewanddowski menjadi favorit paling panas. Pada malam pesta itu Lewandowksi dan Messi duduk berdampingan. Saat-saat menegangkan muncul ketika nama pemenang hendak dibacakan. Lewandowski mencoba tenang meskipun terlihat gugup.
Ketika kemudian nama Messi yang disebut, Lewandowski mencoba mempertahankan ketenangannya dengan tersenyum, bertepuk tangan, dan menyalami Messi disertai saling peluk.
Di atas panggung, sambil memegang piala berbentuk bola, Messi memberi apresiasi khusus kepada Lewandowski. Messi secara terbuka mengakui bahwa Lewandowski layak menjadi juara tahun ini. Messi mengatakan bahwa Ballon d’Or ini milik Lewandowski.
Sayangnya pidato Messi hanya pemanis bibir saja. Dia tetap memegang piala dan tidak menyerahkannya kepada Lewandowski. Messi tetap membiarkan Lewandowski terpaku di tempat duduknya dengan rasa tidak percaya terhadap apa yang dilihatnya.
Di lapangan sepakbola beberapa kali terjadi tindakan sportivitas dan respek yang tidak terduga dan mengundang kekaguman. Paulo Di Canio, bintang sepak bola Italia yang bermain di West Ham, menangkap bola di kotak penalti lawan untuk menghentikan permainan, karena ada pemain lawan yang cedera.
Padahal ketika Di Canio tinggal berhadapan dengan kiper dan peluang mencetak gol sangat terbuka. Di Canio memilih menghentikan permainan demi sportivitas dan respek.
Beberapa kejadian menunjukkan pemain yang justru menolak diberi hadiah penalti oleh wasit karena merasa tidak berhak mendapatkannya. Sang pemain justru memprotes wasit dan minta hukuman penalti dibatalkan. Ini adalah contoh respek dan sportsmanship yang mengagumkan.
Pemandangan itu tidak terjadi pada malam pesta Ballon d’Or. Mungkin suatu ketika akan ada pemandangan sportsmanship dan respek seperti di lapangan bola. Mungkin akan ada seorang pemain yang menyerahkan piala kepada pesaingnya, karena ia merasa pesaingnya itu lebih pantas dan lebih berhak.
Tudingan skandal yang dilemparkan Bild tentu tidak main-main. Hal ini akan memengaruhi kredibilitas Majalah France Football yang menjadi tuan rumah dan inisiator penghargaan itu sejak 1958. Bild melihat ada kecurangan, ada faktor-faktor non-teknis yang membuat Lewandowski dikalahkan.
Bild, antara lain, mencurigai faktor tuan rumah yang membuat pemain di liga Prancis memperoleh keuntungan. “Atau ini keuntungan tuan rumah? Surat kabar Prancis, pesta gala dinner di Paris, pemenangnya megabintang klub Prancis,” sergah Bild.
Kalau benar tudingan Bild bahwa Ballon d’Or kali ini diliputi skandal maka hal ini akan menambah daftar panjang skandal sepak bola internasional. Selama ini berbagai skandal masih banyak mewarnai sepak bola internasional. FIFA sebagai badan tertinggi sepak bola dunia masih banyak menerima tudingan negatif karena berbagai skandal.
Penunjukan Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022 sampai sekarang masih dicurigai karena diduga ada skandal jual beli suara dalam keputusan FIFA. Otoritas UEFA sebagai lembaga tertinggi sepak bola Eropa juga digoyang karena dianggap melakukan monopoli dan eksploitasi dalam menjalankan kompetisi. Karena itu klub-klub elite Eropa memberontak dan akan membuat kompetisi sendiri.
Kalau Ballon d’Or dianggap tidak objektif lagi, dan bahkan terbukti terjadi skandal, tidak tertutup kemungkinan akan terjadi perlawanan dan pemberontakan yang memunculkan penghargaan tandingan. (*)
Redaktur : Adek
Reporter : Cak Abror