jpnn.com, JAKARTA - Ketua MPR Bambang Soesatyo kembali menekankan pentingnya memasukkan pendidikan Pancasila sebagai pelajaran wajib dari tingkat Sekolah Dasar (SD) hingga perguruan tinggi.
Menurut Bamsoet, pendidikan Pancasila dibutuhkan untuk memastikan ideologi bangsa tumbuh subur di hati para peserta didik.
BACA JUGA: Puan Maharani Bacakan Ikrar Hari Kesaktian Pancasila, Begini Kalimat Lengkapnya
Selain itu, untuk mengakomodir keinginan anak muda yang ternyata menginginkan kehadiran pendidikan Pancasila di dalam pendidikan formal.
"Dari hasil survei Indikator Indonesia yang dilakukan pada 4-10 Maret kepada 1.200 responden berusia 17-21 tahun, terungkap 82,3 persen anak muda menilai perlunya pendidikan Pancasila masuk pelajaran sejak sekolah dasar," ujar Bamsoet usai menghadiri peringatan Hari Kesaktian Pancasila di Monumen Pancasila Sakti, Jakarta, Jumat (1/10).
BACA JUGA: Jokowi Pimpin Upacara Hari Kesaktian Pancasila, Puan Membacakan Ikrar, Ini Kalimatnya
Ketua DPR RI ke-20 itu mendorong agar kementerian yang dipimpin Nadiem Makarim merespon keinginan tersebut.
Dia menyampaikan setiap negara selalu mempunyai sejarah konflik dalam dinamika kehidupan kebangsaannya, termasuk Indonesia.
BACA JUGA: Pesan Wakil Ketua DPR di Peringatan Hari Kesaktian PancasilaÂ
Bangsa Indonesia harus mensyukuri memiliki Pancasila yang selalu berperan sebagai bagian penting dari resolusi konflik, yang menyatukan seluruh elemen bangsa pada sebuah visi kebangsaan.
"Pancasila menekankan bahwa keberagaman yang kita miliki adalah fitrah kebangsaan yang tidak dapat diingkari dan pungkiri. Sejak kita mendeklarasikan diri sebagai sebuah negara kesatuan, yang hidup dalam kemajemukan budaya, suku, ras, dan agama, sejak saat itulah konsep kebhinekaan telah menyatukan kita dalam satu ikatan kebangsaan," papar Bamsoet.
Wakil Ketua Umum Partai Golkar itu menekankan ancaman terhadap nilai-nilai kebhinekaan itu nyata.
Dalam perjalanan sebagai sebuah bangsa, sikap intoleransi terhadap keberagaman selalu mewarnai kehidupan kebangsaan.
Bamsoet mencontohkan setiap penyelenggaraan kontestasi politik atau Pemilu, politik identitas disalahgunakan sebagai alat perjuangan, sehingga menimbulkan polarisasi masyarakat, baik sebelum, selama, bahkan sesudah pemilu dilaksanakan.
"Karenanya kita perlu membekali generasi muda dengan semangat nilai Pancasila, sejak mereka menempuh pendidikan di sekolah dasar," pungkasnya. (mrk/jpnn)
Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:
Redaktur : Sutresno Wahyudi
Reporter : Sutresno Wahyudi, Sutresno Wahyudi