jpnn.com, JAKARTA - Ketua Majelis Permusyaratan Rakyat (MPR) Bambang Soesatyo mengatakan pandemi Covid-19 berikut implikasinya tidak hanya berdampak secara langsung terhadap kesehatan masyarakat maupun pendidikan, tetapi juga dimensi yang lain khususnya di bidang ekonomi.
“Seperti diketahui bahwa pada periode Maret sampai pertengahan Agustus 2020 ini menjadi fase terberat bagi perekonomian Indonesia,” kata Bambang dalam pidato pembukaan Sidang Tahunan MPR dan Sidang Bersama DPR dan DPD di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (14/8).
BACA JUGA: Prabowo hingga Mahfud MD Hadir Secara Fisik di Sidang Tahunan, Pak Luhut Tidak Tampak
Badan Pusat Statistik (BPS) beberapa waktu lalu merilis angka pertumbuhan ekonomi Indonesia Triwulan II-2020-5,32 persen dibanding Triwulan II-2019.
Memburuknya perekonomian tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga global yang merosot tajam karena terganggunya aktivitas ekonomi akibat pandemi Covid-19.
BACA JUGA: Sidang Tahunan MPR RI Besok Bakal Ketat, Jarak Dijaga, Peserta Dibatasi
Bank Dunia melansir resesi sudah hampir pasti terjadi di seluruh wilayah ekonomi dunia. Resesi akibat Covid-19 ini merupakan yang terburuk dalam sejarah sejak Perang Dunia II.
Sebelumnya, Dana Moneter Internasional (IMF) juga telah melansir proyeksi serupa.
BACA JUGA: Catatan Ketua MPR RI, Merawat Ketahanan Komunal di Tengah Pandemi
Bahkan, dalam outlook yang dipublikasikan pada April 2020, IMF menyebut resesi kali ini lebih dalam daripada era Great Depression pada 1930-an.
Organisasi Kerja Sama dan Pengembangan Ekonomi (OECD) pun melansir proyeksi yang sama. Dalam laporan terbarunya, OECD menyebut, pandemi Covid-19 makin membuat dunia terseret dalam jurang resesi terburuk di luar periode perang dalam 100 tahun.
“Dampak ekonomi akibat virus corona sangat buruk sekali. Pemulihannya akan lambat dan krisis akan memiliki dampak yang bertahan lama, secara tidak proporsional memengaruhi golongan masyarakat yang paling rentan,” lanjut Bambang.
Menurutnya, bila tidak segera diatasi maka efek domino resesi akan menyebar ke berbagai sektor.
Mulai dari macetnya kredit perbankan hingga lonjakan inflasi yang sulit dikendalikan atau sebaliknya deflasi yang tajam karena perekonomian tidak bergerak.
Neraca perdagangan akan menjadi minus dan berimbas langsung pada cadangan devisa. Dalam skala riilnya, dampak resesi terhadap sebuah negara adalah meningkatnya pengangguran, anjloknya pendapatan, meningkatnya angka kemiskinan.
Kemudian, merosotnya harga aset seperti pasar saham atau properti, melebarnya angka ketimpangan, tingginya utang pemerintah bersamaan dengan penerimaan pajak yang anjlok, serta produksi yang hilang secara permanen, dan bisnis gulung tikar.
Karena itu, Bambang berujar, saatnya bergotong royong terus mendukung kebijakan pemerintah yang telah melakukan langkah konkret mendorong peningkatkan ekonomi sektor riil.
Seperti memberikan kemudahan permodalan bagi pelaku usaha baik kecil maupun besar; mendorong pemerintah dapat menahan laju penurunan ekonomi dengan meningkatkan penyaluran bantuan sosial dan stimulus bagi dunia usaha.
Kemudian, mendorong pemerintah melakukan pemulihan ekonomi dan mencegah terjadinya resesi, khususnya restrukturisasi kredit padat karya, penjaminan modal kerja, dan belanja pemerintahan daerah.
Namun, ujar Bambang, semua itu harus tetap diiringi dengan pertimbangan dari aspek kesehatan masyarakat; mendorong pemerintah mempersiapkan sejumlah langkah dan strategi untuk mencegah terjadinya efek domino akibat Covid-19.
“Serta mengimbau masyarakat untuk tetap bersabar dalam menghadapi pandemi Covid-19 dan tetap optimistis bahwa keadaan akan membaik,” ujar politikus Partai Golkar yang karib disapa Bamsoet itu. (boy/jpnn)
Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?
Redaktur & Reporter : Boy