HUT ke-74 Bhayangkara

Bamsoet Teringat Kisah Jenderal Hoegeng Saat Bikin Kota Medan Gempar

Rabu, 01 Juli 2020 – 11:47 WIB
Bambang Soesatyo. Foto: Humas MPR

jpnn.com, JAKARTA - Ketua MPR RI Bambang Soesatyo menekankan pentingnya Polri mengedepankan pendekatan kekuatan humanisme daripada pendekatan kekuatan senjata dalam mengayomi keamanan dan ketertiban masyarakat.

Pendekatan humanisme bukan berarti membuat Polri menjadi lemah, melainkan akan membuat Polri dan rakyat makin dekat.

BACA JUGA: Ada Surat dari Istri Pak Hoegeng untuk Ahok, Isinya...

Dengan demikian rakyat bukan hanya sekadar takut dengan aparat kepolisian, melainkan segan dan bangga.

"Memasuki usia ke-74 tahun, Polri wajib terus berbenah untuk makin menjadi profesional, modern, dan terpercaya (Promoter). Hasil survei Lembaga Indikator pada 16-18 Mei 2020 memperlihatkan kepercayaan masyarakat terhadap Polri cukup tinggi, yakni 79,4 persen," kata Bamsoet usai menghadiri upacara HUT Bhayangkara yang diselenggarakan secara virtual, dari Ruang Kerja Ketua MPR RI, Jakarta, Rabu (1/7).

BACA JUGA: Vlog Bareng Jesica Iskandar, Bamsoet Sosialisasikan Empat Pilar MPR RI

"Begitu pun dengan jajak pendapat Litbang Kompas pada 23-25 Juni 2020 yang memperlihatkan citra kepolisian di mata rakyat masih baik, yakni sekitar 62,1 persen. Ruang perbaikan masih terbuka lebar, selama Polri masih tetap mau terbuka dan mendengar masukan," imbuhnya.

Turut serta secara virtual antara lain Presiden Joko Widodo yang bertindak sebagai Inspektur Upacara, Wakil Presiden Maruf Amin, Kapolri Jenderal Idham Aziz, Menko Polhukam Mahfud MD, dan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto.

BACA JUGA: Jelang HUT Bhayangkara, Para Perwira Polri Ini Bawa Bantuan untuk Buruh Harian

Mantan Ketua DPR RI ini mengingatkan, senjata yang dititipkan negara tak boleh menjadikan aparat kepolisian arogan, melainkan harus dimaknai sebagai bentuk kepercayaan sekaligus tanggung jawab besar kepolisian untuk menjaga keamanan, ketertiban dan keselamatan hidup rakyat.

Karena itu, dalam upaya menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat, sebagaimana diatur dalam UU No.2/2002 tentang Kepolisian Negara RI, Polri harus berdiri di atas semua golongan. Tak boleh menjadi alat kekuasaan segelintir pihak.

"Sangat penting bagi setiap personel kepolisian dari mulai tamtama sampai perwira tinggi untuk meneladani profesionalitas dan integritas Jenderal Hoegeng. Tak hanya sebagai Kapolri, Jenderal Hoegeng sejak menjabat Kepala Reserse Kriminal di Sumatera Utara sudah menunjukan sikap bahwa dirinya tak bisa dibeli oleh uang maupun kekuasaan," katanya.

"Ia menolak fasilitas dan pemberian barang-barang dari para cukong judi. Bahkan sampai mengeluarkan seluruh pemberian barang tersebut dari rumah dinasnya dan menaruhnya di pinggir jalan. Membuat Kota Medan gempar, ada sosok polisi yang tak bisa dibeli," jelas Bamsoet.

Kepala Badan Bela Negara FKPPI ini meyakini, di masa kini juga sudah banyak Jenderal Hoegeng lainnya di institusi kepolisian.

Bahkan dalam skala yang lebih luas, yang rela mengabdikan diri demi masyarakat, hingga diluar tugas dan kewajibannya sebagai aparat kepolisian.

"Masih lekat dalam ingatan kegigihan Bripka Jerry Tumundo dari Polda Sulawesi Utara yang mau memakamkan jenazah positif Covid-19 sesuai protokol kesehatan, saat orang-orang tak mau melakukannya," tutur Bamsoet.

"Tindakan terpuji tersebut, yang dilandasi sikap humanisme, terbukti semakin mendekatkan kepolisian dengan rakyat. Adapula anggota Polri dimasa sukit pandemi covid-19 saat ini, berhasil menggagalkan dan menggulung mafia narkoba puluhan ton. Dan itu dilakukan tanpa kenal lelah," pungkasnya. (*/jpnn)

Video Terpopuler Hari ini:


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler