jpnn.com, JAKARTA - Pendiri Akbar Tandjung Institute yang juga politikus senior Partai Golkar Dr Ir Akbar Tanjung mengatakan sistem berdemokrasi di Indonesia masih perlu ditingkatkan.
Sebab, menurut dia, ada saja praktik-praktik transaksional yang terjadi di dalam kehidupan berdemokrasi di negeri ini.
BACA JUGA: Akbar Tanjung Berharap Ilham Habibie Masuk di Kabinet Jokowi-Maruf
Dia mencontohkan politik transaksional yang terjadi pada saat pemilihan anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
Menurut Bang Akbar, calon-calon anggota DPR karena berkepentingan untuk mendapatkan suara terbanyak, maka calon yang kebetulan mempunyai finansial yang cukup maka menggunaka kemampuan finansial itu agar terpilih.
BACA JUGA: Akbar Tanjung Komentari Sikap Politik Gerindra dan Demokrat
“Ini kan praktik transaksional. Ini yang harus kita cegah,” kata saat menjadi memberikan kuliah umum kepada peserta Sekolah Kepemimpinan Politik Bangsa (SKPB) Angkatan X seri ke-16 di akun YouTube SKPB AT Institute, dikutip Rabu (25/8/2021).
Padahal, menurut Akbar, dalam kehidupan berdemokrasi, rakyat merupakan pihak yang paling berdaulat.
BACA JUGA: Diwisuda dengan IPK 4.0, Ibas: Semoga Jadi Teladan Buat Buah Hati
“Dalam berdemokrasi yang berdaulat adalah rakyat. Yang perlu kita cegah yakni praktek-praktek yang transaksional. Karena praktik-praktik yang transaksional ini yang merusak sistem demokrasi," tegasnya.
"Ini yang perlu kita betul-betul mencari suatu upaya, aturan sehingga transaksional itu bukan menjadi sesuatu yang menguat dalam kehidupan berdemokrasi kita," lanjutnya.
Dia kembali menegaskan, peningkatan kualitas demokrasi di Indonesia harus menjadi perhatian serius dari semua pihak, termasuk rakyat itu sendiri.
"Rakyat pun harus ditingkatkan juga kualitas kesadaran politiknya supaya jangan mereka gampang terpengaruh, diiming-imingi dengan beberapa langkah-langkah yang bersifat transaksional sehingga mengakibatkan masyarakat atau rakyat itu tidak lagi memperlihatkan suatu nilai-nilai demokrasi. Nah, ini yang harus menjadi tugas kita ke depan," pungkas Akbar.
Hadir dalam acara ini, Direktur Program AT Institute Dr. Agustian Prasetya; Direktur Eksekutif AT Institute Dr Puji Wahono, dan Kepala SKPB Dr Alfan Alfian.
Seperti diketahui, SKPB secara rutin mengundang pakar berbagai bidang ilmu dan praktisi untuk mengisi proses pembelajaran yang kreatif dan aktual.
Peserta terdiri dari aktivis mahasiswa dan pemuda yang tergabung di dalam Kelompok Cipayung Plus.
Peserta diseleksi dari berbagai daerah di Indonesia, dan dalam masa pandemi ini diadakan secara daring.
Selain kuliah kepemimpinan, peserta juga mendapatkan ceramah mengenai ekonomi, etika, politik lokal, pemilu dan sistem kepartaian.(fri/jpnn)
Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?
Redaktur & Reporter : Friederich