jpnn.com, JAKARTA - Politikus muda PDI Perjuangan Maruarar Sirait menyatakan, upaya menarik dukungan dari generasi milenial di pemilu tidak cukup dengan tawaran program. Menurutnya, generasi milenial juga melihat pada keteladanan.
“Milenial itu akan sangat objektif. Pendekatan itu apa yang bisa dirasakan, dia sangat percaya pada keteladanan,” kata Maruarar dalam diskusi bertema Menakar Peran dan Pengaruh Generasi Milenial Pada Pilpres 2019 yang digelar Dewan Pimpinan Pusat Perkumpulan Gerakan Kebangsaan di Jakarta, Rabu (3/10).
BACA JUGA: Restu Hapsari Siap Bertarung di Dapil Neraka
Diskusi itu juga menghadirkan sejumlah pembicara lain. Yakni Ketua DPP Perkumpulan Gerakan Kebangsaan Bursah Zarnubi, Direktur Eksekutif CIFA Syahroni Rofii dan pengamat politik Adi Prayitno.
Ara -panggilan kondang Maruarar- yang juga ketua umum Taruna Merah Putih (TMP) menjelaskan, generasi milenial Indonesia saat ini sudah cukup cerdas dan pintar. Oleh karena itu, katanya, generasi milenial sangat selektif.
BACA JUGA: Ribuan Kiai Kampung Akan Deklarasi Dukung Jokowi - Maâruf
“Apakah generasi milenial itu bisa didekati dengan figur? Enggak. Program juga enggak. Itu ada bagian-bagiannya. Kalau kita pertajam yang orientasi ideologi atau nasionalisme misalnya belum tentu juga,” ujarnya.
Sedangkan Bursah mengatakan, generasi milenial merupakan kalangan yang yang unik karena hidup di tengah-tengah perkembangan teknologi. “Milenial itu asyik dengan dirinya sendiri dan mereka bisa menentukan dirinya sendiri,” ujar Bursah.
BACA JUGA: Sri Mulyani Dorong Generasi Muda Buat Startup Seperti Go-Jek
Oleh karena itu Bursah mendorong generasi milenial bergerak menjadi kekuatan penting pada pemilu mendatang. Terlebih, generasi milenial merupakan penerus bangsa.
“Harus fokus pada generasi ini. Apabila mereka tidak dikasih tahu informasi kontruksif, maka kita akan mengalami kesulitan besar,” katanya.
Adapun Syahroni Rofii mengatakan, generasi milenial sebenarnya bisa menciptakan perubahan. Hanya saja, generasi milenial belum berperan banyak dalam pengambilan keputusan.
“Di Indonesia harus diakui generasi milenial agak sulit masuk dalam penentuan nasib orang banyak. Itu terjadi karena kekuasaan digenggam oleh orang-orang tua atau orang partai politik,” kata Syahroni.(jpg/ara/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Cak Imin: Ini Doanya Para Kiaiâ¦
Redaktur : Tim Redaksi