jpnn.com, JAKARTA - Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane menilai, Polri secara umum sudah bekerja profesional menangani aksi demo mahasiswa dan anak STM yang terjadi sepanjang Selasa (24/9) dan Rabu (25/9) kemarin.
Sayangnya, kata Neta, masih ada oknum polisi yang bersikap berlebihan. Sikap tersebut sangat disayangkan, karena bisa mencederai seluruh upaya penanganan yang dilakukan kepolisian dalam menjaga ketertiban umum.
BACA JUGA: Demo Ricuh, 200 Anak STM Digelandang ke Polda Metro Jaya
"Seperti di Sulawesi Selatan, polisi masuk ke masjid memburu para pedemo," ujar Neta kepada jpnn.com, Kamis (26/9).
Menurut Neta, seluruh anggota kepolisian seharusnya bisa menahan diri dan tidak respresif, apalagi ikut-ikutan anarkis.
BACA JUGA: 65 Polisi Jadi Korban Demo Mahasiswa Tolak RUU KHUP
Sebab, polisi digaji rakyat agar terlatih profesional, sabar dan tangguh menghadapi segala situasi, sehingga tidak gampang terprovokasi untuk tidak bertindak represif.
Neta juga menyayangkan begitu banyak jatuh korban luka akibat bentrokan antara pendemo dengan polisi. Baik itu yang berasal dari pedemo maupun aparat kepolisian.
BACA JUGA: Komnas HAM Minta Polisi Lebih Baik Menangani Demo Mahasiswa
Meski demikian, Neta menyadari jatuhnya korban merupakan risiko yang sulit dihindari di tengah kedua belah pihak terbakar emosi dalam aksi unjuk rasa yang anarkis.
"Dalam menangani aksi demo polisi sebenarnya sudah sesuai SOP, tetapi dalam kondisi demo yang diwarnai bentrokan, sulit dihindari jatuhnya korban dari kedua belah pihak," katanya.
Neta kemudian menyarankan, ke depan pimpinan-pimpinan satuan satuan unit yang mengendalikan aksi massa perlu lebih cermat lagi melihat situasi, agar bentrokan bisa diminimalisir.(gir/jpnn)
Redaktur & Reporter : Ken Girsang