Bangun Kerja Sama Ekonomi, Menko Airlangga Tegaskan Indonesia Sahabat Semua Negara

Sabtu, 06 Juli 2024 – 11:33 WIB
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto saat menghadiri acara The Big Idea Forum CNN with Desi Anwar yang mengambil tema Quo Vadis Digital Transformation Indonesia, Jumat (5/7). Foto: Dokumentasi Humas Kemenko Perekonomian

jpnn.com, JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan Indonesia telah menjadi negara dengan jumlah unicorn dan decacorn terbesar di antara negara lain.

Hal tersebut salah satunya didorong dengan upaya pemerintah dalam melakukan integrasi dengan negara-negara ASEAN sehingga dapat lebih mudah dalam mengembangkan dan memperluas jangkauan pasar.

BACA JUGA: Menko Airlangga Beber Peluang yang Bisa Dimanfaatkan dalam Pengembangan Ekonomi Hijau

"Inisiasi Indonesia berupa Digital Economic Agreement Framework (DEFA) dalam Keketuaan ASEAN 2023 lalu telah membuka babak baru dalam integrasi ekonomi digital regional," kata Menko Airlangga dalam keterangan resmi yang diterima, Sabtu (6/7).

Dia berharap hal langkah tersebut akan menarik investasi dan inovasi, meningkatkan produktivitas, menciptakan lapangan kerja serta memberdayakan sektor UMKM.

BACA JUGA: Menko Airlangga Ungkap Ekonomi Hijau Dapat Menstabilkan Perekonomian Hingga 2045

Melalui pemanfaatan DEFA, ekonomi digital ASEAN pada tahun 2030 yang semula bernilai sebesar USD 1 triliun diperkirakan dapat meningkat mencapai USD 2 triliun.

Indonesia bersama negara-negara ASEAN lainnya juga telah melakukan integrasi pembayaran dengan kebijakan Local Currency Settlement melalui penggunaan QRIS sehingga memudahkan upaya mendorong digitalisasi di sektor ekonomi.

BACA JUGA: Resmikan Smelter Tembaga Freeport di Gresik, Menko Airlangga: Ini Paling Hebat

Menko Airlangga juga menyampaikan di tengah berbagai upaya digitalisasi tersebut, keamanan data juga menjadi salah satu tantangan dan aspek penting yang perlu untuk terus diakselerasi.

“Indonesia perlu ada di mana-mana," tegas Menko Airlangga.

Dia mencontohkan Indonesia bekerja sama dengan Eropa untuk EU-CEPA sehingga bisa menjadi mitra Eropa.

Di ASEAN, Indonesia bermitra dengan Tiongkok, dengan ASEC, dan RCEP.

"Kami juga bersama India dan AS dalam Indo-Pasifik yang ditandatangani dua minggu lalu. Tentu saja hal terakhir yang kami lakukan, kami ingin menjadi bagian dari 37 negara OECD. Ini akan menjadi perjalanan selama tiga tahun. Jadi dalam bidang ekonomi, kami adalah sahabat semua orang,” terangnya.

Menko Airlangga menyampaikan pemerintah juga tengah menempuh berbagai upaya untuk menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berdaya saing.

Melalui Program Prakerja, pemerintah menyediakan kebijakan yang bersifat government to people yang ditujukan untuk re-skilling, up-skilling, dan pemberdayaan masyarakat melalui berbagai macam pelatihan sesuai dengan kebutuhan pasar tenaga kerja.

Sejak awal pelaksanaan, Program Prakerja hingga kini telah mampu menjangkau hingga 18 juta penerima manfaat.

Dia mengungkapkan sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki tantangan tersendiri untuk mendorong pemerataan konektivitas serta mengakselerasi pembangunan infrastruktur digital yang memadai.

Sejumlah upaya yang ditempuh di antaranya melalui pembangunan jaringan fiber optic Palapa Ring, pemanfaatan Satelit Multifungsi Satria bagi daerah tertinggal, terdepan, dan terluar, hingga yang terbaru yakni mengadopsi teknologi Low Earth Orbit Satelite.

Pemerintah juga terus berupaya mendorong pembaharuan dan peningkatan kinerja berbagai mesin pertumbuhan ekonomi, terlebih pada era digitalisasi saat ini.

Pada 2018 lalu, pemerintah telah mendorong peningkatan kemampuan industri nasional untuk dapat berdaya saing di ranah global dengan meluncurkan roadmap 'Making Indonesia 4.0'.

Ke depan, digitalisasi berbagai industri akan terus diakselerasi sehingga investasi di Indonesia akan lebih ke arah padat modal dan membutuhkan keterampilan yang baru dari masyarakat.

"Kita mempunyai mesin kedua, yakni mengenai ekonomi digital," sebut Menko Airlangga.

Dia menyebutkan saat ini ekonomi digital sekitar USD 80 miliar dan diharapkan pada 2025 mendatang bisa meningkat menjadi USD 125 miliar.

Kemudian pada 2030, diharapkan bisa meningkat menjadi sekitar USD 400 miliar.

Di bagian lain, Menko Airlangga juga menyampaikan Indonesia semakin optimistis dalam mendorong laju transformasi ekonomi nasional menuju negara maju pada 2045 mendatang.

Optimisme ini lantaran disokong dengan ketangguhan perekonomian nasional yang mampu tumbuh stabil di kisaran 5 persen dan diperkuat dengan kemampuan menjaga tingkat inflasi dalam kisaran sasaran.

Pada 2045 mendatang, Indonesia diperkirakan akan memiliki sekitar 320 juta penduduk dengan pendapatan per kapita sekitar USD 26 ribu sehingga ekonomi Indonesia diperkirakan dapat mencapai sekitar USD 9 triliun.

Untuk mewujudkan visi tersebut, kata Menko Airlangga, Pemerintah terus berupaya mendorong pembaharuan dan peningkatan kinerja berbagai mesin pertumbuhan ekonomi, terlebih pada era digitalisasi saat ini.

Pada 2018 lalu, pemerintah telah mendorong peningkatan kemampuan industri nasional untuk dapat berdaya saing di ranah global dengan meluncurkan Roadmap 'Making Indonesia 4.0'.

Ke depan, digitalisasi berbagai industri akan terus diakselerasi sehingga investasi di Indonesia akan lebih ke arah padat modal dan membutuhkan keterampilan yang baru dari masyarakat.

“Kita mempunyai mesin kedua, yakni mengenai ekonomi digital. Saat ini ekonomi digital kita sekitar USD 80 miliar dan kita harapkan pada tahun 2025 bisa meningkat menjadi USD 125 miliar, dan pada tahun 2030 kita harap sekitar USD 400 miliar,” ungkap Menko Airlangga. (mrk/jpnn)


Redaktur : Sutresno Wahyudi
Reporter : Sutresno Wahyudi, Sutresno Wahyudi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler