jpnn.com - jpnn.com - Banjir kiriman yang melanda sejumlah wilayah di Kota Bekasi mulai surut. Tapi, kini ratusan korban banjir mulai terserang berbagai penyakit seperti gatal-gatal, diare dan ISPA (infeksi saluran pernapasan atas). Kebanyakan warga yang terserang tiga penyakit itu lantaran bertahan di lingkungan rumahnya yang kebanjiran.
Padahal, lokasi banjir menjadi sarang kuman dua penyakit tersebut. Saat ini sudah ratusan orang warga korban banjir menderita tiga penyakit itu.
BACA JUGA: Banjir di Bekasi, Pemkot Diminta Sediakan Pompa Air
”Penyakit ini baru diketahui setelah banjir mulai surut. Di mana warga sudah mulai berobat ke posko kesehatan atau puskesmas setempat,” terang Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bekasi, Kusnanto Saidi, Kamis (23/2).
Kusnanto menambahkan, penderita penyakit terus bertambah. Bahkan, total sampai Kamis (23/2), penderita sudah mencapai 764 orang. Rinciannya, penderita gatal-gatal mencapai 426 orang, ISPA mencapai 217 orang dan diare sebanyak 121 orang.
BACA JUGA: Curah Hujan Tinggi, Banjir di Mana-Mana
”Warga mulai berobat sejak Selasa (21/2) atau dua hari setelah banjir,” katanya.
Menurut Kusnanto juga, korban banjir terserang dua penyakit itu karena lingkungan tempat tinggalnya kurang bersih, dan sudah lama terendam air. Apalagi, dalam kondisi itu warga lebih banyak bertahan di rumahnya, ketimbang mencari lokasi yang lebih aman untuk mengungsi.
BACA JUGA: Banjir di Bekasi, Lalu Lintas ke Arah Jakarta Lumpuh
Meski begitu, Kusnanto mengaku, persediaan stok obat masih aman untuk melayani seluruh korban banjir yang terserang penyakit. Pihaknya memberikan obat sesuai dengan jenis penyakit yang diderita warga.
”Untuk stok obat kita tetap aman dan petugas kesehatan juga telah disediakan di tempat pengungsian atau siaga di Puskesmas,” ujarnya juga.
Meski begitu, Kusnanto berharap para pengungsi agar tetap menjaga pola hidup sehat. Sebab kesehatan mereka ditentukan dari perilaku atau sikap selama tinggal di pengungsian. Apalagi, pengungsian warga tinggal dengan banyak orang dengan fasilitas sanitasi yang kurang mulai kualitas maupun kuantitas.
”Kalau hanya mengandalkan pemerintah daerah yah cukup sulit, sehingga warga juga harus menjaga dirinya sendiri dari penyakit. Caranya hidup sehat dan bersih serta selektif dalam mengonsumsi makanan,” ujarnya.
Sementara itu, Kasi Rehabilitasi dan Rekonstruksi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bekasi Edy Sukamto menambahkan, hampir 98 persen banjir yang melanda wilayah setempat sudah surut. Hingga saat ini, petugas tengah membantu warga membersihkan sisa-sisa lumpur bekas banjir tersebut.
Dia menambahkan, dua persen wilayah yang masih dilanda banjir adalah Perumahan Bumi Nasio di Kecamatan Jatiasih, Perumahan Harapan Baru dan wilayah Kalibaru di Kecamatan Medansatria. Rata-rata, kata dia, ketinggian air saat ini di wilayah yang masih banjir berkisar 5-20 sentimeter.
”Untuk di Perumahan Nasio lokasi banjir dengan ketinggian air 20 centimeter, sedangkan di Perumahan Harapan Baru dan kawasan Kalibaru, banjir masih terjadi sekitar 5-10 centimeter,” jelasnya.
Air di tiga lokasi itu sulit dikeringkan lantaran daerah itu berada di cekungan. Sehingga, air yang hendak mengalir ke saluran setempat juga lambat.
Selain itu, debit air di kali dan sungai yang berada di dekat permukiman warga juga bertambah tinggi pasca hujan.
”Tapi sekarang mayoritas wilayah banjir sudah terkendali. Petugas juga sedang membantu warga membersihkan lumpur yang menggenangi rumah warga,” tandasnya. (dny)
Redaktur & Reporter : Adil