jpnn.com - JAKARTA – Sebanyak 16 kabupaten/kota di Jawa Tengah dilanda banjir dan longsor dalam waktu bersamaan. Akibatnya, 35 orang dilaporkan tewas, 25 orang dinyatakan hilang dan ratusan rumah rusak. BNPB himbau semua warga waspada.
Adapun, 16 Kabupaten/kota tersebutberada di Purworejo, Banjarnegara, Kendal, Sragen, Purbalingga, Banyumas, Sukoharjo, Kebumen, Wonosobo, Pemalang, Klaten, Magelang, Wonogiri, Cilacap, Karanganyar, dan Kota Solo.
BACA JUGA: Jonan: Harus Dipindahkan Sebagian Atau Semuanya Saja
Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB menyampaikan, bencana hidrologi ini terjadi setelah hujan lebat mengguyur wilayah Jawa Tengah sepanjang Sabtu (18/6). Tak mampu menahan debit air, membuat sejumlah sungai meluap.
Salah satunya, Sungai Bogowonto di Purworejo yang meluap hingga mengakibatkan banjir bandang. Air dilaporkan menggenangi puluhan rumah hingga ketinggian 1,5-2 meter. Luapan Sungai Bogowonto ini, di Kabupaten Purworejo juga menelan korban jiwa.
BACA JUGA: Asyikkkââ¬Â¦ Harga Tiket Kapal hingga Lebaran Dipastikan Normal
Dua orang warga Desa Meranti, satu orang warga Desa Tangkisan, dan satu warga Desa Bagelen tewas dalam kejadian ini. Sementara, 2 hilang orang warga Desa Berjan dan Desa Bagelen hanyut oleh banjir.
Sutopo menuturkan, dampak banjir dan longsor dengan korban jiwa terbanyak terjadi di kabupaten ini. Hingga kemarin (19/6) malam, korban tewas tercatat sebanyak 19 orang. Sedangkan 25 orang masih dinyatakan hilang dan 11 lainnya luka-luka.
BACA JUGA: Hari Ini Ratusan Pejabat Daerah Ini Tes Psikotest
”Banjir dan longsor terjadi di 30 desa 16 kecamatan. Seperti Desa Karangrejo (Kecamatan Loano), Desa Pacekelan (Kecamatan Purworejo), Desa Jelog (Kecamatan Kaligesing), Desa Sidomulyo dan Desa Donorati (Kecamatan Purworejo),” ujarnya kemarin.
Salah satunya, lanjut dia, kejadian longsor di Desa Karangrejo, Kecamatan Loano, Kabupaten Purworejo. Akibat longsor, 6 orang hilang dan 9 orang tewas. Enam orang korban hilang diketahui sebagai warga asli Karangrejo. sementara korban tewas masih dalam proses identifikasi.
”Mereka sedang lewat saat kejadian. Mereka hendak menyingkirkan batu dan tanah akibat longsor yang mengganggu laju kendaraan mereka. Tiba-tiba terjadi longsor besar yang menimbun kendaraan dan orang di jalan tersebut,” papar pengajar Universitas Pertahanan itu.
Selain di Purworejo, beberapa daerah lain di Jawa tengah juga mengalami nasib yang sama. Kekhusukan ramadhan harus terluka karena dua bencana hidrologi ini. Di Banjarnegara, bencana ini telah merenggut nyawa 6 orang. Sedangkan, 3 orang lainnya luka-luka.
Sementara, di Kebumen, bencana menewaskan 7 warga, Sukoharjo 1 orang, Rembang 1 orang dan Banyumas 1 orang. ”Sebagian besar korban meninggal dan hilang akibat longsor yaitu dari 35 tewas adalah 31 tewas akibat longsor dan 4 tewas akibat hanyut banjir,” tutur Sutopo.
Hingga saat ini, pencarian korban hilang, evakuasi dan penanganan darurat banjir dan longsor terus dilakukan. BPBD masih terus menginventaris kerugian yang ditimbulkan. Dari perkiraan sementara, kerugian mencapai miliaran rupiah.
”Alhamdulillah, sebagian besar banjir telah surut. Sedangkan, pencarian korban tertimbun longsor masih dilakukan serempak di beberapa titik longsor,” ujarnya.
Diakui Sutopo, proses pencarian korban hilang cukup sulit. Sebab, akses menuju lokasi sulit dijangkau, khususnya jalan menuju Desa Dorowati. Sehingga, alat berat tidak dapat digunakan untuk mencari korban tertimbun longsor. ”Pencarian akhirnya dilakukan dengan manual oleh ratusan personil SAR gabungan,” ungkapnya.
Saat ini, Kepala BNPB Willem Rampangilei tengah menujoPurworejo untuk memimpin langsung proses penanganan bencana. Tim Reaksi Cepat BNPB telah berada di lokasi mendampingi BPBD dalam penanganan darurat. BNPB mengerahkan pesawat tanpa awak untuk melakukan kajian cepat dampak bencana.
Masyarakat dihimbau untuk selalu waspada. Pasalnya, hujan lebat diperkirakan masih berpotensi turun hingga 20 Juni 2016.
Sutopo menyampaikan, dampak perubahan iklim saat ini sudah sangat nyata. Cuaca dan musim menjadi kian tak menentu dan sulit dipresikdi. Bencana hidrologi pun sudah meningkat sejak Juni.
Selama tahun 2016, telah terjadi 1.053 kejadian bencana di Indonesia yang menyebabkan 157 orang meninggal dunia dan lebih dari 1,7 juta jiwa menderita dan mengungsi. Ratusan ribu rumah rusak akibat bencana.
Dari jumlah tersebut, bencana banjir mendominasi dengan 429 kejadian. Disusul, puting beliung 310 kejadian dan longsor 255 kali kejadian. Tercatat 142 orang meninggal akibat banjir dan tanah longsor.
”BNPB telah memerintahkan semua BPBD di daerah yang memiliki potensi hujan lebat agar tetap meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi banjir, longsor dan puting beliung,” ujar pria asli Boyolali itu. (mia/bil)
BACA ARTIKEL LAINNYA... PAN Targetkan 4 Kursi di Lebong
Redaktur : Tim Redaksi