jpnn.com, KLATEN - Warga sekitar Kali Woro, Kecamatan Kemalang, Klaten Jawa Tengah mendapat berkah dari banjir lahar dingin Gunung Merapi.
Mereka bisa menambang pasir.
BACA JUGA: Dramatis, Motor Sukar Rusak Diterjang Lahar Dingin Gunung Merapi
Salah satu dari mereka, ada seorang pelajar. Namanya Sutopo, usia 17 tahun.
Sutopo dan warga sekitar Kali Woro berkerumun mengambil pasir yang dibawa banjir lahar dingin Gunung Merapi sehari sebelumnya.
BACA JUGA: Gunung Merapi 17 Kali Keluarkan Lava Pijar
Meski guguran awan panas beberapa kali meluncur ke arah barat, tidak membuat penambang khawatir. Mereka tahu Gunung Merapi berstatus siaga, tetapi tetap fokus menambang pasir menggunakan sekop, belencong dan ember.
Banjir lahar dingin pada Senin (25/1) sore memang jadi berkah tersendiri bagi para penambang.
Apalagi derasnya aliran yang membawa material pasir dan bebatuan itu memang sudah lama dinanti-nanti. Maka tidak heran bila sejak dini hari sudah ada yang menambang di Kali Woro.
Mereka menambang secara berkelompok. Setiap kelompok terdiri dari empat hingga delapan orang yang masih satu ikatan keluarga.
Tampak juga anak-anak yang statusnya masih pelajar tanpa sungkan membantu kedua orang tuanya menambang.
Nah, Sutopo menambang pasir bersama kedua orang tua beserta adiknya yang masih duduk di kelas IX salah satu SMP di Klaten.
Dia bangun pagi buta dan pukul 04.00 sudah sampai di Kali Woro. Meski bertubuh kurus namun tanpa lelah dia memindahkan pasir-pasir itu ke ember dengan sekop lalu dibawa ke bak truk.
Memang sejak pembelajaran sekolah dilakukan secara daring, Sutopo bisa lebih leluasa membantu orang tuanya menambang di Kali Woro sejak pandemi tahun lalu.
Dia menambang sejak pagi hingga siang hari. Sedangkan pada sore hingga malam hari dia fokus belajar maupun mengerjakan tugas dari sekolah.
“Dulu ketika masih masuk sekolah paling membantu bapak dan ibu setiap hari Minggu dan pada waktu libur saja. Sekarang, sudah hampir setahun ini setiap hari saya juga ikut menambang,” ucap Sutopo yang masih duduk di kelas XII salah satu SMK di Klaten ini, seperti dikutip dari Radar Solo.
Saat banjir lahar dingin Merapi belum terjadi, biasanya dia menambang di daerah Segadung, Desa Sidorejo.
Namun kali ini di sekitar Sabo Dam 1, Karangbutan, Desa Sidorejo. Atau sekitar 9 km dari puncak Merapi.
Sebelumnya, dia mendapatkan penghasilan dari menambang pasir Rp 75 ribu per hari.
Kini Sutopo bisa tersenyum lebar karena penghasilan yang diperoleh usai banjir lahar dingin bisa sampai Rp 200 ribu setiap harinya.
Meski harus menyekop pasir untuk dimasukkan ke dalam bak truk tetapi tidak membuatnya letih.
Bagi dia, sudah hal biasa menambang pasir di bawah terik sinar matahari yang menyengat bersama keluarganya.
“Penghasilan yang saya dapatkan ini untuk ditabung. Sebagian saya sisihkan untuk membayar sekolah saya sendiri,” ujar Sutopo yang merupakan anak pertama dari pasangan Sarju dan Suratmi ini.
Warga dari Desa Sidorejo, Kecamatan Kemalang itu mengungkapkan, penghasilannya itu untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya.
Mulai dari membeli bahan bakar minyak (BBM) untuk kendaraannya hingga pulsa. Termasuk membeli kuota internet guna mendukung pembelajaran secara daring selama ini sehingga tidak tergantung dengan orang tuanya lagi.
Orang tua Sutopo, Suratmi, 50, membenarkan jika anaknya selama ini membantunya menambang pasir di Kali Woro setiap harinya.
Sutopo ikut menambang pasir tanpa adanya paksaaan dari dirinya, melainkan inisiatif sang anak.
“Kalau penghasilan yang didapatkan sudah pasti untuk bayar sekolah. Kan meskipun tidak masuk pembelajaran tetap bayar sekolah,” ucap Suratmi. (anggapurenda/*/bun)
Redaktur & Reporter : Adek