Banten Diguncang 10 Kali Gempa

Sabtu, 30 November 2019 – 21:58 WIB
Ilustrasi gempa bumi. Foto : Pixabay

jpnn.com, TANGERANG - Provinsi Banten dan sekitarnya diguncang gempa bumi tektonik sebanyak sepuluh kali dalam sepekan ini. Hasil analisis BMKG Tangerang menunjukkan bahwa kekuatan gempa bervariasi.

Kepala Seksi Data dan Informasi Stasiun Geofisika Klas 1 Tangerang Urip Setiyono mengatakan, kekuatan gempa bumi yang terjadi dari 2,6 magnitudo hingga 4,6 magnitudo dengan kedalaman dangkal kurang lebih 60 kilometer dan menengah kurang lebih 300 kilometer.

BACA JUGA: Gempa 6,4 SR di Banten, Guncangannya Terasa Sampai Jakarta

“Sebaran pusat gempa bumi (episenter) umumnya berada di laut, yaitu pada zona pertemuan lempeng Indo-Australia dan Eurasia di bagian barat Bengkulu-Lampung hingga selatan Provinsi Banten dan Jawa Barat,” terang Urip, Jumat (29/11).

Dari sepuluh gempa bumi yang terjadi itu, 80 persennya atau delapan kejadian gempa bumi berkekuatan kurang lebih tiga hingga lima magnitudo. Sedangkan 90 persen gempa bumi terjadi pada kedalaman dangkal kurang lebih 60 kilometer dan sepuluh persen sisanya terjadi di kedalaman menengah kurang lebih 300 kilometer.

BACA JUGA: Gempa Banten Berpotensi Terulang

“Tidak ada laporan gempa bumi dirasakan maupun merusak selama periode 22-28 November 2019 di wilayah Banten,” ungkapnya. 

Namun, ia mengingatkan, bencana terjadi tidak menunggu kapan manusia siap. Untuk itu, pihaknya mengimbau agar masyarakat mempersiapkan diri dan keluarga untuk mengantisipasinya.

Urip mengungkapkan, sebagian besar kejadian tsunami di Indonesia maupun di dunia disebabkan oleh gempa bumi. Gempa bumi yang membangkitkan gelombang tsunami adalah gempa bumi dengan kekuatan yang besar kurang lebih tujuh magnitudo dan berpusat di laut dengan kedalaman dangkal sehingga menghasilkan goncangan yang kuat.

“Yang membuat kita sulit berdiri dan kepala pusing atau gempa bumi lemah tetapi guncangannya dirasakan lama, yakni lebih dari satu menit dapat memicu tsunami dalam waktu singkat,” terangnya.

Selain itu, ia mengatakan, tsunami juga bisa disebabkan oleh longsoran bawah laut, letusan gunung api di laut, serta jatuhnya meteor ke laut. Salah satu tsunami terbesar dan paling merusak yang disebabkan oleh letusan gunung api adalah saat Gunung Krakatau meletus pada tanggal 26 Agustus 1883. Letusan itu menghasilkan gelombang yang mencapai 41 meter, menghancurkan kota-kota pesisir dan desa-desa di sekitar Selat Sunda serta menewaskan puluhan ribu orang.

Untuk kesiapsiagaan, Urip mengatakan, masyarakat perlu memahami tiga langkah tanggap tsunami, yaitu tanggap gempa, tanggap peringatan, dan tanggap evakuasi. Untuk tanggap tsunami, bisa diawali gempa bumi yang kuat sehingga sulit berdiri dan kepala pusing atau gempa bumi lemah tetapi guncangannya dirasakan lama, yakni lebih dari satu menit dapat memicu tsunami dalam waktu singkat.

“Jauhi pantai dan tepi sungai, serta cari informasi apa yang terjadi,” ujarnya. (nna/alt/ira)


Redaktur & Reporter : Rah Mahatma Sakti

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler