jpnn.com, JAKARTA - Agresi militer Israel ke Gaza telah berlangsung 13 hari. Ribuan warga Palestina telah berpulang ke sisi-Nya lantaran menjadi korban kekerasan Israel yang dengan tegas telah menyatakan perang pada Minggu (8/10).
Tercatat hingga Kamis (19/10) sore jumlah korban tewas di Palestina sebanyak 3.500 orang dan 12 ribu korban luka-luka terdiri masyarakat sipil, anak-anak, wanita, jurnalis, relawan kemanusiaan.
BACA JUGA: Percayalah, Pemerintah Terus Berupaya Mengevakuasi WNI di Gaza
Bersama mitra strategis dan relawan lokal Gaza, Golden Future Indonesia (GFI) menyalurkan bantuan emergency response untuk penyintas konflik kemanusiaan berupa bantuan paket makanan hotmeals yang bertempat Bahrain School, Tal Al-Hawa. Juga medical tools berupa kruk dan obat-obatan untuk para penyintas yang terselamatkan dari puing-puing reruntuhan. Mereka dirawat di Rumah Sakit Al-Shifa, Zeitoun, Gaza.
"Pada fase emergency yang sudah memasuki hari ke-13 kami memberikan bantuan dana agar meringankan beban para korban. Kami mendukung Palestina agar terbebas dari berbagai macam kekerasan serta penjajahan yang selaras dengan pembukaan UUD 1945 yang menyatakan bahwa penjajahan di atas dunia harus dihapuskan," jelas Head of Program & Partnership Golden Future Indonesia Muhammad Ebrian, Jumat (20/10).
BACA JUGA: Terpukul Lihat Kondisi Gaza, Paus Desak Semua Meletakkan Senjata
Dia mengungkapkan GFI telah menyalurkan bantuan secara bertahap mengirim bantuan darurat bagi para penyintas terdampak perang Israel di Gaza, yang mayoritas menjadi korban dan mengungsi ke sekolah-sekolah dan tenda-tenda yang ada.
"Ada 2,3 juta rakyat Gaza yang terancam. Saat ini fokus Golden Future Indonesia merespons bantuan emergency bagi masyarakat sipil, anak-anak, dan kelompok rentan lainnya khususnya para korban dan warga sipil yang sudah kehilangan rumahnya," terang Ebrian.
Head of Marketing Communication Faruq Naufal menyampaikan berbagai cara akan ditempuh sesuai alur koordinasi dengan para pemangku kepentingan strategis.
Di samping itu, berbagai stakeholder untuk memberikan dukungan terbaik demi sebuah solusi atas permasalahan krisis kemanusiaan berkepanjangan dan terus bergulir setiap tahun.
"Melalui solidaritas Indonesia untuk Palestina, kami berharap tidak ada lagi konflik, peperangan, serta kekerasan Israel di atas tanah Palestina. Tidak ada lagi korban, luka dan air mata," ucap Faruq Naufal.
Sebagai informasi, warga Gaza memerlukan bantuan pangan, layanan kesehatan, khususnya bagi anak dan kelompok rentan. Bantuan psikososial untuk mengurangi trauma, dan layanan pendidikan.
Di sisi lain, sebagai akibat dari pemutusan saluran energi oleh pemerintah Israel, saat ini pasokan listrik ke Gaza hanya cukup untuk 2—3 jam per harinya. Hal ini tentu akan membawa dampak besar bagi layanan darurat kesehatan untuk para penyintas kekerasan Israel di Palestina.
Kondisi di atas diperburuk oleh kenyataan bahwa akses air bersih juga terputus yang bisa membahayakan segenap masyarakat Palestina.
Juru Bicara Sekretaris Jenderal PBB Stéphane Dujarric mengatakan bahwa saat ini banyak orang tidak memiliki akses ke listrik dan internet. Mereka akan segera kehabisan persediaan makanan dan air yang penting untuk kehidupan mereka.
"Kerusakan fasilitas air, sanitasi, dan kebersihan telah mengganggu layanan bagi lebih dari 400 ribu orang,” kata Dujarric sebagaimana dikutip dari BBC.
Dia menambahkan pembangkit listrik Gaza sekarang menjadi satu-satunya sumber listrik dan bisa kehabisan bahan bakar dalam beberapa hari.
"Golden Future Indonesia mengajak dan perkuat solidaritas untuk pembebasan serta perdamaian Palestina," pungkas Faruq Naufal. (esy/jpnn)
Redaktur : Elvi Robiatul
Reporter : Mesyia Muhammad