Banyak BUMN yang Sukses jadi Perusahaan Terbuka

Sabtu, 11 Februari 2023 – 23:27 WIB
Gedung Kementerian BUMN. Foto: Ricardo/JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Pengamat pasar modal Irwan Ariston Napitupulu menilai banyak BUMN sukses menjadi perusahaan terbuka. Di antaranya BRI, BNI, Bank Mandiri, Aneka Tambang, dan Bukit Asam.

Pernyataan Irwan tersebut disampaikan di tengah initial public offering (IPO), salah satu anak usaha BUMN, yakni PT Pertamina Geothermal Energy (PGE).

BACA JUGA: Pertamina Geothermal Energy Menjadi Garda Terdepan Pencapaian Bauran Energi EBT

“BUMN tersebut bagus-bagus. Laporan Keuangan bagus. Kinerja meningkat,” ujar Irwan.

Irwan menuturkan, salah satu kunci perusahaan yang masuk lantai bursa, memang saat IPO. Dan ketika IPO, jelas Irwan, yang cukup penting adalah valuasi.

BACA JUGA: Mega Travel Fair Kembali Digelar, Banjir Promo Menarik

Jika harga yang ditawarkan kompetitif, maka akan menarik bagi calon investor. “BRI misalnya, saat itu banyak yang memperebutkan,” serunya.

Yang tak kalah penting, imbuh Irwan, dana yang diperoleh, seharusnya dipergunakan untuk modal dan investasi. Kondisi demikian bisa terjadi, jika perusahaan dalam kondisi sehat, tidak bermasalah.

BACA JUGA: SIG Bantu Upgrade Keterampilan Tukang Bangunan Agar Jadi Ahli Konstruksi

Dengan begitu, dana yang diperoleh dipergunakan secara optimal untuk meningkatkan belanja modal dan investasi.

Dengan demikian, jika sejak awal memang sudah sehat, tentu kinerja akan semakin membaik ketika menjadi perusahaan terbuka.

Seperti itulah yang terjadi dengan BRI, BNI, Bank Mandiri, Antam, Bukit Asam, dan lain-lain.

“Kinerja emiten-emiten perbankan tersebut sangat baik. Dari Laporan Keuangan kan kelihatan.  Sedangkan yang tambang, juga bagus. Bisa jadi karena harga internasional memang sedang bagus,” kata dia.

Menurut Irwan, salah satu faktor yang berperan meningkatkan kinerja emiten, adalah prinsip transparansi.  Dengan keterbukaan, perusahaan lebih terkontrol.

“Kalau belum go public, tidak ketahuan, apakah ada penyimpangan atau tidak. Tetapi kalau sudah go public, akan terpantau sehingga lebih profesional. Itu yang membuat kinerja meningkat dan mudah-mudahan lebih efisien,” kata dia.

Mengenai kepemilikan saham, Irwan juga mengatakan tidak berubah. Tidak akan beralih ke pihak swasta ataua asing. Terlebih, jika jumlah saham yang dilepas relatif kecil, misal sekitar 20-30 persen. Dengan kondisi ini, tidak mengubah  juga garis kebijakan perusahaan induk.

“Mayoritas masih BUMN, Pemerintah. Untuk investor, istilahnya hanya kebagian rezeki saja,” jelasnya.

Bahkan, lanjut Irwan, para karyawan juga bisa memiliki saham emiten tempat mereka bekerja. Misal lewat koperasi karyawan dan sebagainya.

“Bisa saja mereka mengajukan ke direksi,” kata Irwan.

Terpisah, Profesor Adler Haymans Manurung, yang juga pengamat pasar modal mengatakan, banyak BUMN masuk lantai bursa dan pada akhirnya menuai sukses.

Keberhasilan menjadi perusahaan terbuka, tak lepas dari prinsip keterbukaan.

“Banyak keuntungan dengan IPO. Salah satunya perusahaan akan menjadi transparan terutama pada Laporan Keuangan. Kondisi ini akan memicu kinerja perusahaan dan pada akhirnya karyawan juga diuntungkan,” kata Adler.

Dengan transparansi, publik bisa mengetahui kinerja keuangan perusahaan, termasuk karyawan, yang juga bisa melihat laporan tersebut.

Hal ini berbeda pada perusahaan tertutup atau belum IPO. Pada perusahaan seperti ini, direksi tidak perlu menunjukan laporan kinerjanya.

“Akibatnya, karyawan juga tidak bisa melihat kinerja perusahaan. Dan dengan mengetahui kondisi perusahaan, mereka bisa mempertimbangkan, apakah sudah saatnya meminta kenaikan gaji. Selain itu, karyawan bahkan bisa membeli saham perusahaan,” jelas Adler.(chi/jpnn)


Redaktur & Reporter : Yessy Artada

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler