SURABAYA - Hingga tenggat Mei lalu, Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) belum menemukan investor yang sanggup membeli Bank Mutiara di harga penyertaan, yakni Rp 6,7 triliun. Itu artinya, mulai 2014 nanti, investor sudah bisa membeli dengan harga terbaik.
Direktur Distribution Network Bank Mutiara Benny Purnomo menyebut harga psikologis yang bakal diminati investor adalah Rp 5 triliun. Menurut dia, sebenarnya banyak investor yang bersedia membeli Bank Mutiara. "Tahun ini, bisa sudah laku dengan harga itu," ujar Benny disela penyerahan hadiah langsung program Tabungan Berhadiah Mobil Tanpa Diundi di Surabaya, Rabu (12/6).
Pemerintah melalui LPS telah mengambil alih seluruh saham Bank Century, yang kini telah berubah nama menjadi Bank Mutiara, pada November 2008 silam. UU LPS menyatakan, LPS harus mulai melepas 100 persen saham setelah tiga tahun sejak pengambilalihan. Jika belum laku, masa penawaran bisa diperpanjang sampai 5 tahun sejak pengambilalihan, dengan nilai divestasi sama dengan penyertaan yang dilakukan atau Rp 6,7 triliun. Jika masih belum laku juga, LPS bisa menjual dengan harga terbaik di tahun keenam atau 2014.
Menurut Benny harga Rp 5 triliun sudah menutupi kerugian pemerintah saat melakukan pengambilalihan Bank Century. Alasannya, seandainya Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) memutuskan menutup Bank Century, LPS harus mengucurkan dana sekitar Rp 5 triliun untuk mengganti simpanan nasabah."Kala itu, DPK (dana pihak ketiga) Bank Century mencapai Rp 16 triliun. Yang masuk program LPS berkisar Rp 5 triliun," paparnya.
Dia menambahkan, kinerja Bank Mutiara juga terus moncer. Pada tiga bulan pertama tahun ini saja, Bank Mutiara telah mencatatkan laba bersih hingga Rp 18,66 miliar. Untuk menggenjot laba, mereka mulai mengincar dana-dana murah. Saat ini, porsi dana murah berupa tabungan dan giro hanya sekitar 15 persen dari total DPK. Sedangkan sisanya yang 85 persen dalam bentuk deposito. Akhir tahun ini, Bank Mutiara menargetkan porsi dana murah bisa meningkat menjadi 17,5 persen. "Iming-iming hadiah efektif untuk genjot tabungan," katanya. (dio/sof)
Direktur Distribution Network Bank Mutiara Benny Purnomo menyebut harga psikologis yang bakal diminati investor adalah Rp 5 triliun. Menurut dia, sebenarnya banyak investor yang bersedia membeli Bank Mutiara. "Tahun ini, bisa sudah laku dengan harga itu," ujar Benny disela penyerahan hadiah langsung program Tabungan Berhadiah Mobil Tanpa Diundi di Surabaya, Rabu (12/6).
Pemerintah melalui LPS telah mengambil alih seluruh saham Bank Century, yang kini telah berubah nama menjadi Bank Mutiara, pada November 2008 silam. UU LPS menyatakan, LPS harus mulai melepas 100 persen saham setelah tiga tahun sejak pengambilalihan. Jika belum laku, masa penawaran bisa diperpanjang sampai 5 tahun sejak pengambilalihan, dengan nilai divestasi sama dengan penyertaan yang dilakukan atau Rp 6,7 triliun. Jika masih belum laku juga, LPS bisa menjual dengan harga terbaik di tahun keenam atau 2014.
Menurut Benny harga Rp 5 triliun sudah menutupi kerugian pemerintah saat melakukan pengambilalihan Bank Century. Alasannya, seandainya Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) memutuskan menutup Bank Century, LPS harus mengucurkan dana sekitar Rp 5 triliun untuk mengganti simpanan nasabah."Kala itu, DPK (dana pihak ketiga) Bank Century mencapai Rp 16 triliun. Yang masuk program LPS berkisar Rp 5 triliun," paparnya.
Dia menambahkan, kinerja Bank Mutiara juga terus moncer. Pada tiga bulan pertama tahun ini saja, Bank Mutiara telah mencatatkan laba bersih hingga Rp 18,66 miliar. Untuk menggenjot laba, mereka mulai mengincar dana-dana murah. Saat ini, porsi dana murah berupa tabungan dan giro hanya sekitar 15 persen dari total DPK. Sedangkan sisanya yang 85 persen dalam bentuk deposito. Akhir tahun ini, Bank Mutiara menargetkan porsi dana murah bisa meningkat menjadi 17,5 persen. "Iming-iming hadiah efektif untuk genjot tabungan," katanya. (dio/sof)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Siapkan Rp 50 M, Jamsostek Bangun Pusat Pelatihan
Redaktur : Tim Redaksi