Banyuwangi Kembali Gelar Kompetisi Selancar Internasional di Pulau Merah

Banyuwangi Padukan Konsep Pariwisata dan Olahraga

Minggu, 18 Mei 2014 – 18:06 WIB

BANYUWANGI – Kabupaten Banyuwangi kembali menggelar Pulau Merah Banyuwangi International Surfing Competition 2014. Perhelatan berkonsep sport tourism ini merupakan yang kedua kalinya setelah sukses digelar pada tahun lalu.

Ketua Panitia, Choirulloh, mengatakan, kompetisi selancar internasional itu akan digelar pada 23 – 25 Mei mendatang dengan melombakan tiga kategori, yaitu level lokal, nasional, dan internasional. Tidak kurang dari 120 peserta dari 14 negara bakal berpartisipasi. Di antaranya dari Belgia, Austria, Amerika Serikat, Malaysia, Turki, Jerman, Perancis, Belanda, Rusia, dan Serbia.

”Tentunya para peselancar lokal Banyuwangi dan nasional turut meramaikan event ini,” kata Choirulloh.

Dia mengatakan, perhelatan ini juga akan diramaikan oleh para siswa dari sekolah selancar yang ada di Eropa. Mereka tengah melakukan studi banding obyek surfing di Indonesia, dan oleh panitia diundang untuk menjajal ajang International Surfing Competition di Pulau Merah, Banyuwangi.

Kompetisi ini menjanjikan aksi fantastis para surfer menaklukkan gulungan ombak di Pantai Pulau Merah. Salah satu spot wisata unggulan di Jawa Timur ini memiliki ombak dengan ketinggian mencapai 4 meter dan panjang sampai 400 meter. ”Dengan keunikan Pulau yang menjulang di tengah-tengahnya, Pantai Pulau Merah menjadi salah satu destinasi wisata memikat yang wajib di kunjungi. Event kompetisi selancar ini juga bagian dari promosi destinasi wisata Pantai Pulau Merah yang saat ini sudah cukup dikenal dan ramai dikunjung wisawatan,” ujar Choirulloh.

Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, pihaknya mengandalkan sejumlah varian pariwisata, mulai dari event tourism lewat Banyuwangi Ethno Carnival atau Banyuwangi Jazz Festival hingga sport tourism lewat Tour de Ijen dan International Surfing Competition. ”Pijakan dasar dari semua varian itu adalah eco-tourism atau ekowisata yang menyajikan alam apa adanya dan mengakomodasi pengembangan budaya lokal,” ujar Anas.

Menurut Anas, pariwisata sampai saat ini masih menjadi salah satu industri yang bisa mendatangkan keuntungan finansial tercepat dan terefisien. Dengan melihat potensi wisata Banyuwangi, baik yang berbasis alam maupun budaya, pariwisata dijadikan salah satu andalan penggerak ekonomi.

Tingkat kunjungan wisatawan di Banyuwangi mengalami kenaikan cukup signifikan. Pada 2013, turis asing mencapai 10.462 orang, meningkat 90 persen dibanding 2012 sebesar 5.502 orang. Adapun turis lokal meningkat 24 persen dari 860.831 orang pada 2012 menjadi 1.057.952 pada 2013.

Dari hasil survei Alvara Strategic Research, Jakarta, belanja turis asing di Banyuwangi berkisar Rp 3 juta per turis dengan lama kunjungan 2,5 hari. Artinya, ada dana mengalir ke Banyuwangi selama 2013 dari turis asing saja sebesar Rp 31,4 miliar. Itu belum termasuk belanja turis lokal.

”Kami bersyukur kunjungan wisatawan terus meningkat, padahal dana promosi wisata minim, hanya sekitar Rp 2 miliar. Kami banyak menggandeng pihak lain untuk berpromosi, termasuk aktif di social media yang sangat cepat menyebarkan berbagai potensi destinasi wisata Banyuwangi,” kata Anas.

Terkait sport tourism, lanjut Anas, cukup efektif untuk menarik perhatian wisawatan. Banyuwangi punya dua acara sport tourism, yaitu International Tour de Ijen dan International Surfing Competition. Kedua pergelaran itu cukup efektif mengatrol kunjungan wisatawan.

Di luar negeri, sport tourism sudah dijadikan andalan untuk menggerakkan sektor pariwisata. Menjelang tahun 2000, The British Tourist Authority dan English Tourism Board menyatakan, 20 persen dari jumlah total wisatawan yang datang ke Inggris adalah wisatawan olahraga. Di Kanada, 37 persen perjalanan di negara tersebut dilakukan oleh wisatawan olahraga.

”Bahkan, di sejumlah negara, sudah ada universitas dengan pusat studi yang fokus pada pengembangan sport tourism. Australia merancang National Sports Tourism Strategy pada 1999. Sejak saat itu, Australia cukup giat memacu sport tourism. Konsep sport tourism ini memang mempunyai ceruk pasar tersendiri yang cukup potensial,” kata Anas.

Konsolidasi Infrastruktur

Dalam konteks Banyuwangi, perhelatan sport tourism seperti Tour de Ijen dan Surfing Competition bukan hanya terkait pengembangan wisata dan olahraga. Sejumlah dampak positif telah lahir dari ajang wisata olahraga, dan diharapkan terus menggelinding menjadi bola salju untuk menunjang pembangunan daerah.

”Sport tourism menjadikan olahraga sebagai pintu untuk membawa banyak manfaat bagi ekonomi lokal. Daerah bisa berpromosi untuk mengajak wisatawan dan investor,” ujar Anas.

Selain itu, sport tourism juga menjadi sarana konsolidasi infrastruktur. Melalui ajang wisata olahraga, daerah harus memperbaiki dan membangun jalan hingga ke pelosok-pelosok desa untuk memudahkan akses bagi wisatawan dan peserta lomba. ”Misalnya saat Tour de Ijen, kami memastikan 600 kilometer jalan berkualitas sangat bagus. Kemudian untuk International Surfing Competition, kami pastikan akses jalan ke lokasi sangat bagus. Perbaikan jalan ini tentu tidak hanya berguna pada saat lomba saja, melainkan akan membantu mobilitas penduduk lokal untuk menggerakkan ekonomi daerah,” pungkas Anas. (eri/mas)

BACA JUGA: Kapolres dan Ketua PN Buton Ditemukan Selamat

BACA ARTIKEL LAINNYA... Polda Sultra Terjunkan Tim Pencarian Kapolres dan Ketua PN Buton


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler