JPNN.com

Batas Sabar

Oleh: Dahlan Iskan

Selasa, 18 Maret 2025 – 06:25 WIB
Batas Sabar - JPNN.com
Dahlan Iskan. Foto/ilustrasi: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com - Sebagai pemimpin baru Kanada, Mark Carney seharusnya "sowan" ke tetangga terdekatnya dulu: Amerika Serikat.

Duta Besar Kanada di Washington DC sudah berusaha untuk bikin janji bertemu Trump. Belum berhasil.

BACA JUGA: Gemerlap Danantara

Saya sungguh ingin melihat live show pertemuan dua tetangga dekat itu di Gedung Putih. Apakah akan bertengkar seperti saat live dengan Presiden Ukraina Zelenskyy atau akan monolog seperti dengan pemimpin Irlandia, Martin.

Sambil menunggu lampu hijau dari Gedung Putih itu Carney pun "melanggar" tradisi para pemimpin Kanada sebelumnya: dia pergi ke Prancis dulu, lalu ke Inggris.

BACA JUGA: Kawan Lama

Dua negara itu adalah mantan penjajah Kanada, bahkan sampai sekarang pun Raja Kanada adalah Raja Inggris: Charles.

Bahwa Carney ke Prancis dulu bisa jadi soal teknis saja. Bisa juga untuk menenggang rasa kecewa dari penduduk Provinsi Quebec.

BACA JUGA: Perang Listrik

Dua kali penduduk Quebec melaksanakan referendum: tetap menjadi bagian dari Kanada atau menjadi negara merdeka.

Referendum pertama di 1980: "No" yang menang. Hampir 60 persen. Artinya: tidak mau merdeka.

Pada referendum kedua, 1995, "No" menang lagi. Tipis sekali. Sekitar satu persen saja. Quebec nyaris merdeka.

Jalannya referendum kedua itu tidak bisa saya lupakan. Saat itu saya sedang di Amerika Serikat. Pemungutan suaranya disiarkan secara live.

Perolehan angkanya kejar-kejaran. Sangat ketat. Emosional sekali. Kamera sering menyorot wajah-wajah yang tegang. Lalu wajah yang penuh duka di saat yang ingin merdeka kalah amat tipis.

Mereka ingin merdeka sejak lama: merasa dinomorduakan oleh pemerintah pusat yang dikuasai oleh mereka yang berbahasa Inggris.

Orang Quebec berbahasa Prancis. Waktu itu pemerintah memang hanya mengakui bahasa Inggris sebagai bahasa nasional. Baru belakangan bahasa Prancis juga dapat pengakuan yang sama.

Ini kebalikan yang terjadi di Amerika. Selama ini bahasa Spanyol diakui sebagai salah satu bahasa Amerika Serikat. Dua pekan lalu Presiden Donald Trump mengeluarkan dekrit baru: Amerika hanya mengakui bahasa Inggris sebagai bahasa nasional.

Carney sendiri tidak lancar dalam berbahasa Prancis, tetapi bisa. Berbeda dengan perdana menteri yang dia gantikan: Justin Trudeau. Dalam pidato perpisahan pekan lalu Trudeau mencampurnya dengan bahasa Prancis.

Maka kalau negara pertama yang dikunjungi adalah Prancis itu sebagai simbol penting dalam perpolitikan, apalagi Oktober depan dia harus maju di pemilihan umum.

Saat ini Carney adalah perdana menteri yang belum jadi anggota parlemen. Itu tercela di sana.

Dia jadi perdana menteri karena Trudeau mengundurkan diri -atas desakan partainya, Liberal, karena sudah dua periode.

Simbol penting lainnya: dalam perjalanan pulang dari Inggris nanti Carney akan transit di kota Iqaluit. Anda sudah tahu di mana Iqaluit: di pulau es kutub utara.

Kota Iqaluit masuk wilayah Kanada, tetapi letaknya bertetangga dengan pulau es lainnya yang lebih besar: Greenland.

Anda pun memahami mengapa Carney ke Iqaluit: untuk memberi dukungan pada penduduk Greenland agar jangan mau dicaplok Donald Trump.

Itu sekaligus sebagai tanda bahwa Kanada juga menolak dijadikan negara bagian Amerika Serikat. Trump blak-blakan menginginkan itu.

Trump selalu menyebut perdana menteri Justin Trudeau sebagai gubernur negara bagian ke-51 Amerika Serikat.

Memang, sejak Trump ingin mencaploknya mulai ada penduduk Kanada yang mengibarkan bendera Amerika, tetapi menurut hasil survei kurang dari 9 persen yang setuju dengan keinginan Trump.

Mungkin Trump hanya setengah bercanda: 80 persen ekspor Kanada adalah ke Amerika Serikat. Apa bedanya dengan sekalian saja menjadi negara bagiannya.

Akan tetapi kalaupun itu canda, memang sangat menyakitkan para pemimpin Kanada. Pun sampai para gubernur mereka. Marah. Kesal. Ingin balas.

Namun, kalau sampai Trump tetap mengenakan tarif bea masuk 25 persen alangkah guncangnya ekonomi Kanada.

Tentu Kanada beranggapan sebaliknya: Amerikalah yang akan guncang. Harga-harga bahan baku di Amerika akan naik. Baja. Alumunium. Susu. Gas. Apa saja.

Akan tetapi Trump belum kelihatan surut. Tarif baru tetap akan berlaku tanggal 2 April depan. Trump yakin keguncangan di Amerika hanya akan sementara.

Amerika punya semua apa pun yang diimpor dari Kanada. Ini soal harga saja. Pasti naik, tetapi itu juga sekaligus menyenangkan produsen dalam negeri Amerika. Itu akan membuat perusahaan Amerika akan maju.

Tanggal 2 tidak lama lagi. Sayang kita tidak akan bisa memperhatikannya. Kita masih amat sibuk dengan urusan Lebaran.

Sebagian ada yang mau maaf memaafkan, sebagian lagi justru kian saling benci. Sampai ada yang mengatakan "sabar ada batasnya".(*)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Bisnis Ilmu


Redaktur : Tim Redaksi
Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler