jpnn.com, CANBERRA - Perdana Menteri Australia Anthony Albanese sedang berada di Indonesia. Agendanya ialah menemui Presiden Joko Widodo (Jokowi) guna membahas sejumlah isu penting.
Albanese terbang ke Jakarta pada Minggu (5/6). Perdana menteri ke-31 Australia itu juga membawa para pembantunya di kabinet, antara lain, Menteri Perdagangan, Pariwisata, dan Investasi Don Farrel, serta Menteri Perindustrian dan Inovasi Ed Husic.
BACA JUGA: China Makin Seenaknya di LCS, Pesawat Australia Nyaris Celaka
Dalam rombongan Albanese juga terdapat Presiden Universitas Monash Margaret Gardner dan sejumlah perwakilan pelaku usaha dari Commonwealth Bank, Bluescope, serta Telstra.
Presiden Jokowi dan Albanese akan mendiskusikan hubungan bilateral di bidang perdagangan dan investasi. Fokus pembicaraan itu pada kesepakatan perdagangan bebas kedua negara yang berlaku sejak Juli 2020, serta kerja sama bidang energi dan perubahan iklim.
BACA JUGA: TNI AL Perkuat Kerja Sama dengan Militer Australia
Namun, Albanese juga membawa isu lain, yakni ketegangan geopolitik di kawasan Asia Pasifik seiring kebangkitan Tiongkok yang ekspansif. Belum lama ini terjadi insiden antara pesawat Angkatan Udara Australia (RAAF) dengan jet tempur Tiongkok.
Oleh karena itu, Albanese tidak hanya akan menemui Presiden Jokowi. Albo -panggilan kondangnya- juga akan melakukan pertemuan dengan Sekretaris Jenderal ASEAN Lim Jock Hoi di Jakarta.
BACA JUGA: Partai Buruh Berjanji Perjuangkan Australia Menjadi Republik Terlepas dari Inggris
Politikus Partai Buruh itu juga akan berkunjung ke Makassar di Sulawesi Selatan. Menurut dia, Indonesia bukan hanya Jakarta dan Bali.
"Indonesia adalah kepulauan yang luas, negara penting di sebelah utara Australia, dan negeri muslim terbesar di dunia," katanya sebelum terbang ke Jakarta.
Albanese dilantik menjadi PM Australia pada 23 Mei lalu. Dia merupakan pengganti PM ke-30 Australia Scott Morisson dari Partai Liberal Australia.
Namun, indonesianis dari Universitas Melbourne Tim Lindsey mengingatkan pemerintahan PM Albanese memudahkan visa bagi warga Indonesia.
Menurut dia, orang Australia dengan mudah memperoleh masuk ke Indonesia karena langsung memperoleh visa on arrival.
Sebaliknya, orang Indonesia justru kesulitan memasuki Australia. "Pemerintah harus melakukan sesuatu tentang sistem visa itu," ujarnya.
Proses aplikasi visa Australia membutuhkan biaya AUD 140 atau sekitar Rp 1,45 juta. Dalam proses aplikasi visa itu terdapat pertanyaan apakah pemohon pernah melakukan genosida, terlibat kejahatan perang, pelanggaran hak asasi manusia, bahkan perbudakan.
Namun, orang dari selain Indonesia, seperti Singapura, Brunei Darussalam, Inggris, atau Jerman bisa dengan mudah memperoleh visa Australia.
"Anda bisa mengajukan aplikasi secara online dan mendapatkan visa hanya dalam dua jam," ujar Ross Taylor dari Indonesia Institute yang berkantor di Perth, Australia.(SMH/JPNN.com)
Simak! Video Pilihan Redaksi:
Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul