Bawa Peluru, Warga AS Ditahan

Sabtu, 19 Juli 2014 – 06:01 WIB

jpnn.com - ISLAMABAD – Pasukan Keamanan Bandara (ASF) Pakistan kembali menahan warga Amerika Serikat (AS) yang mencoba terbang dengan membawa senjata api.

Pria bernama William Johns itu terdeteksi membawa 15 peluru berukuran 9 milimeter ketika melewati pemeriksaan keamanan di Bandara Internasional Benazir Bhutto. ASF pun akhirnya menangkap pria yang berprofesi pelatih keamanan di Kedutaan Besar AS tersebut.

BACA JUGA: Suami Istri Ini Selamat karena Kehabisan Tiket MH-17

’’Peluru dan tempatnya (magazin) terdeteksi melalui mesin scanning di bandara,’’ ujar petugas kepolisian bandara Muhammad Fayaz.

Johns otomatis langsung ditangkap dan tidak diperbolehkan terbang. Rencananya, dia naik penerbangan Etihad dengan nomor penerbangan EY 232.

BACA JUGA: Selidiki Jatuhnya MH17, Peneliti OSCE Capai Timur Ukraina

Rute penerbangan tersebut berangkat dari Islamabad ke Abu Dhabi dan dilanjutkan ke AS. Johns tidak ditahan lama. Dia dibebaskan beberapa jam kemudian setelah mendapat jaminan.

’’Hakim Qaiser Hussain membebaskan tahanan tersebut dengan jaminan pribadi dari warga Pakistan yang bekerja di Kedutaan Besar AS,’’ ujar petugas bandara Musaddaq Hussain.

BACA JUGA: 100 Peneliti AIDS Dikabarkan Ada di Pesawat MH17

Ini bukan kali pertama ada warga AS yang gagal menaiki pesawat dan ditangkap ASF. Mei lalu agen FBI AS Joel Cox ditahan beberapa hari karena kedapatan membawa senjata saat akan naik pesawat di Bandara Karachi. Cox membawa tipe peluru dan senapan yang sama dengan Johns.

Cox akhirnya tidak diadili setelah pemerintah Pakistan menyatakan bahwa dia berhak membawa senjata tersebut karena alasan tugas. Alasan itu diperkuat dengan surat dari Kedutaan Besar AS yang menyatakan bahwa Cox sedang bertugas dan diperbolehkan membawa senjata.

Sejak 2011, pemerintah Pakistan memang memperketat penjagaan di bandara. Itu seiring dengan rangkaian krisis yang melanda negara tersebut karena serangan AS di Pakistan untuk membunuh pimpinan Al Qaeda Osama bin Laden.

Pakistan menganggap tindakan itu sebagai penghinaan terhadap kedaulatan bangsa mereka. Hingga saat ini, muncul sikap sentimen anti-Amerika di Pakistan.

Sentimen tersebut kian diperparah ketika kontraktor CIA Raymond Davis membunuh dua warga Pakistan pada 2011. Davis berdalih, dia yakin dua orang tersebut akan merampoknya.

Karena kejadian itu, hubungan kedua negara kembali renggang. Davis baru dibebaskan setelah membayar uang kompensasi diat kepada keluarga korban. (AFP/sha/c23/tia)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Rusia: Ukraina Punya Rudal Penembak Jatuh Pesawat


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler