jpnn.com, JAKARTA - Bayer yang merupakan perusahaan life science global terkemuka di bidang kesehatan dan pertanian menegaskan komitmennya untuk mendukung kedua sektor tersebut di Indonesia melalui solusi inovatif dan kepemimpinan strategis.
Selama 68 tahun kehadirannya di Indonesia, Bayer terus mendorong inisiatif dan inovasi berbasis sains untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan mendorong ketahanan pangan nasional.
BACA JUGA: ICOPE 2025 Ajang Merumuskan Keberlanjutan Industri Kelapa Sawit Berbasis Riset & Sains
Mengawal implementasi komitmen itu, Bayer menempatkan jajaran kepemimpinan baru di Indonesia. Yuchen Li ditunjuk sebagai Presiden Direktur Bayer Indonesia sekaligus Country Commercial Lead Crop Science Indonesia and Malaysia. Bersama dengannya, Sook Fun Leong menjabat sebagai Country Division Head Consumer Health Indonesia and Malaysia, serta Riaz Buksh sebagai Country Division Head Pharmaceuticals Indonesia, Malaysia and Singapore (IMS) Cluster.
“Sebagai perusahaan life science global di bidang kesehatan dan pertanian, Bayer percaya pada peran penting ilmu pengetahuan dalam mewujudkan dunia menjadi lebih baik. Di Bayer, inovasi adalah cara kami mewujudkan misi ‘Health for All, Hunger for None’," ujar Yuchen Li dalam siaran persnya.
BACA JUGA: SMA Santa Laurensia Gelar Event Larfa in Vitro, 40 Sekolah Ikut Pameran Sains dan Seni Siswa
Melalui kolaborasi erat dengan para pemangku kepentingan, pihaknya bertekad untuk terus menghadirkan solusi yang relevan dan berdampak nyata bagi masyarakat Indonesia guna mendukung perwujudan ketahanan pangan, dan meningkatkan kualitas hidup melalui kesehatan yang lebih baik.
Bergabung dengan Bayer sejak 2012, Li sebelumnya telah menempati jabatan kepemimpinan di negara lain, termasuk China, Jepang dan Amerika Serikat.
Dalam perannya sebagai Country Commercial Lead untuk Crop Science di Indonesia dan Malaysia, Li menambahkan pertanian merupakan salah satu sektor kunci dalam perekonomian Indonesia.
"Bayer mendukung upaya pemerintah dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional dengan meningkatkan pengetahuan petani akan teknologi pertanian terkini, terutama bagi petani lahan kecil di Indonesia, agar produktivitas dan pendapatan meningkat sehingga petani beserta keluarganya sejahtera," kata dia.
Selain menyediakan akses kepada produk perlindungan tanaman yang tepat dan aman, Bayer juga aktif memberikan pendampingan kepada para petani di berbagai wilayah melalui Field Assistant yang bekerja sama dengan penyuluh pertanian setempat.
Bukan itu saja, dukungan Bayer kepada petani Indonesia terealisasi melalui inovasi dan inisiatif yang berkelanjutan. Salah satunya, peluncuran benih jagung bioteknologi DK95R pada tahun 2023.
Dengan menggunakan benih jagung bioteknologi DK95R, petani mendapatkan potensi peningkatan pendapatan hingga 30 persen dibandingkan dengan praktik konvensional. Peningkatan pendapatan ini diperoleh dari kombinasi hasil panen yang lebih tinggi dan pengurangan biaya input.
Sementara, sejak 2020, melalui Better Life Farming (BLF) – Bayer telah membangun 588 kios pintar pertanian / BLF Center, meningkatkan produktivitas hingga 30 persen dan penghasilan petani hingga 20 persen, serta memberi dampak pada lebih dari 1,8 juta petani lahan kecil dan keluarganya. BLF merupakan program pemberdayaan petani lahan kecil untuk memudahkan mereka mengakses teknologi pertanian, serta menjamin keterlibatan mereka dalam mata rantai nilai pertanian.
Inisiatif lainnya, SOBAT, merupakan program pemengaruh / influencer petani untuk mempercepat adopsi teknologi pertanian modern dengan memberdayakan petani untuk lebih maju.
Untuk memperluas akses digital, Bayer menyediakan platform Facebook Bayer CS Petani sebagai sarana edukasi, informasi dan konsultasi bagi para petani tentang penyakit tanaman, aplikasi produk, dan praktik pertanian terbaik.
Segera hadir, FarmRise – sarana digital terintegrasi yang menyediakan rekomendasi agronomi berbasis data, prediksi cuaca, informasi harga komoditas, dan artikel berwawasan – dirancang untuk meminimalkan risiko usaha tani dan meningkatkan pendapatan petani, dan WhatsApp Chatbot yang dapat memberikan solusi masalah pertanian secara real-time.
Untuk membantu petani Indonesia dalam menangani penyakit / hama tanamannya dan solusi yang dibutuhkan petani, Bayer mendirikan Bayer JUARA (Juwiring Agriculture Research and Academy) yang merupakan pusat riset terbesar kedua Bayer di kawasan Asia Pasifik.
Sook Fun Leong, selama dua dekade terakhir telah bergabung dengan Bayer, dan sebelumnya berpengalaman luas di berbagai perusahan multinasional terkemuka. Kini, sebagai Country Division Head Consumer Health Indonesia dan Malaysia, Leong menyampaikan di Indonesia kesadaran perawatan kesehatan mandiri atau self-care sangat penting di tengah beragam tantangan kesehatan yang dihadapi masyarakat.
"Di Bayer, kami ingin membantu banyak orang menjalani kehidupan yang lebih sehat melalui solusi perawatan kesehatan mandiri yang terpercaya. Perilaku sehat dapat memiliki dampak yang mendalam pada orang sepanjang hidup mereka," kata dia.
Bayer telah menjalankan rangkaian kampanye edukatif untuk meningkatkan kesadaran kesehatan yang menyasar masyarakat secara langsung, termasuk kalangan disabilitas – dengan menggandeng organisasi lokal dan dinas kesehatan setempat.
Beberapa di antaranya, tahun lalu, Bayer dan Precious One menyelenggarakan siaran langsung edukasi self-care pertama di Indonesia menggunakan Bahasa Isyarat Indonesia (BISINDO), menjangkau lebih dari 100.000 individu tuli dan meraih penghargaan MURI.
Sementara dari sisi solusi produk, Bayer melalui Divisi Consumer Health menawarkan rangkaian obat bebas dan suplemen untuk perawatan kesehatan mandiri seperti pereda nyeri (Saridon), alergi (Claritin), nutrisi (CDR, Redoxon, Berocca, Elevit, Tonikum Bayer), dan dermatologi (Bepanthen, Canesten, Zambuk). Untuk meningkatkan aksesibilitas, Bayer juga memanfaatkan solusi kesehatan digital melalui situs web, platform media sosial, dan saluran e-commerce untuk produk-produknya. (cuy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Hortikultura Jadi Tantangan dan Peluang buat Penyuluh Pertanian
Redaktur & Reporter : Elfany Kurniawan