jpnn.com - HAIFA - Seorang bayi di Israel terpaksa dilarikan ke rumah sakit gara-gara kesalahan dalam proses sirkumsisi atau khitan, Senin (5/9).
Insiden itu terjadi saat bayi tersebut menjalani brit milah, sebuah prosesi khitan bagi anak laki-laki Yahudi pada hari kedelapan setelah kelahirannya.
BACA JUGA: Aiptu Jonni Ilham Hasibuan Keliling Desa Khitan Gratis Warga Kurang Mampu
Bayi itu harus menjalani operasi di Rambam Health Care Campus, Haifa, karena luka parah pada genitalianya.
The Jerusalem Post melaporkan operasi panjang dan rumit itu melibatkan tiga ahli bedah.
BACA JUGA: HNW: Pemerintah Mestinya Menolak Timnas Israel Main di Indonesia
Doktor Akram Asadi, ahli bedah di Rambam Health Care Campus, menyatakan dirinya belum pernah melihat kasus seperti itu.
“Kami tidak tahu persis bagaimana itu terjadi, tetapi bayi tersebut menderita pada organ genitalnya yang hampir seluruhnya terpotong,” katanya.
BACA JUGA: Sopir di Arab Saudi Bantu Jurnalis Yahudi Masuk Makkah, Ini Akibatnya
Ahli bedah yang telah berpraktik selama 20 tahun itu mengungkapkan luka pada genitalia bayi tersebut sangat parah.
“Ini kasus yang mengejutkan,” tuturnya.
Meski demikian, bayi tersebut dalam kondisi stabil.
Luka pada organ vitalnya tidak mengancam nyawanya.
Khitan merupakan salah satu ritual paling penting bagi penganut Yudaisme.
Bayi laki-laki Yahudi dikhitan untuk menghilangkan kulup pada kelaminnya pada hari kedelapan setelah kelahirannya.
Kewajiban bagi laki-laki Yahudi menjalani khitan telah ditentukan dalam Taurat.
Sirkumsisi itu merupakan tanda perjanjian antara Ibrahim dengan Yahwe (Tuhan dalam bahasa Ibrani).
Pemotongan kulup dalam brit mila tidak dilakukan oleh dokter atau paramedis.
Ada seorang mohel yang melakukan ritual wajib bagi bayi laki-laki Yahudi itu.
Biasanya orang tua si bayi sudah mengenal sang mohel yang juga mengkhitan anak lelaki tertua keluarga tersebut.
Walakin, kecelakaan masih berpotensi terjadi, terutama jika sang mohel tidak terlatih secara baik.
Asadi menegaskan khitan adalah operasi bedah yang membutuhkan keterampilan dan pelatihan.
“Sayangnya, kami menemukan kasus adanya kelalaian dalam pelatihan mohel. Siapa pun yang mengkhitan harus menjalani pelatihan penuh dan memahami anatomi,” katanya. (JPost/N12/jpnn)
Redaktur & Reporter : M. Kusdharmadi