KARANGREJA-Nur Khanifah (22) harus menahan pilu lantaran buah hati yang ia lahirkan dari pernikahannya dengan Solihun (24) cacat. Anak pertama pasangan muda yang tinggal di RT 06/04 kadus dua , Desa Gondang, Kecamatan Karangreja, ini terlahir tanpa alat kelamin dan memiliki satu buah zakar.
“Saya melahirkan pada Jumat (12/7), sekitar pukul 10.00, dengan pertolongan bidan desa. Saat mengandung juga normal-normal saja,” ujar Nur Khanifah, sambil menimang buah hatinya itu.
Meski kelahiranya normal namun mendapati kelainan fisik yang dialami bayinya itu, Nur mengaku sangat terpukul. Namun, naluri sebagai seorang ibu membuat rasa sayang terhadap anaknya tidak bisa terbendung. Bahkan ia ingin tetap merawat dan membesarkan anak pertamanya.“Sebagai ibu, saya ingin keadaan bayi normal dan sehat,” imbuhnya.
Hingga kemarin, bayi yang lahir dengan berat badan 2,3 kilogram dan panjang 30 sentimeter itu belum mendapat perawatan medis. Bayi tersebut tergolek di kasur tipis yang dibalut kain di rumah yang temboknya berbahan bilik bambu yang sudah mulai lapuk. Bayi yang belum bernama itu juga masih enggan menyusu kepada ibunya.
“Dia tidak mau mengisap, sejak lahir baru diberi asi perasan, paling satu atau dua tetes,” kata dia.
Pihak keluarga bayi juga belum berani membawa anak pertama pasangan Nur Khanifah dan Solihun. Pasalnya, masih terkendala oleh biaya perawatan. Upaya demi upaya untuk mendapatkan perawatan yag layak sudah diusahakan oleh Solihun.
“Sewaktu lahir saya bingung terhadap jenis kelamin putra kami. Akhirnya rujukan dari bidan saya bawa anak saya ke RSUD Purbalingga, namun ditolak,” tutur Solihun.
Ia menambahkan, sewaktu ia sampai di RSUD Purbalingga pihak rumah sakit memintanya untuk kembali esoknya. Alasanya, karena dokter spesialis yang ada sudah pulang, selain itu alasan kondisi bayi yang masih lemah dan tidak boleh terlalu lama di rumah sakit.
“Karena rumah sakit tidak baik untuk bayi, banyak penyakit. Padahal kami ingin tahu jenis kelamin anak kami, dan bagaimana ke depannya terkait perawatannya,” imbuh buruh serabutan itu.
Ia menjelaskan, Sabtu kemarin (13/7) pihak keluarga membawa anaknya kembali ke RSUD Purbalingga. Namun, dokter hanya memeriksa seperlunya dan mengatakan bahwa anak pertama pasangan Nur Khanifah dan solihun memiliki jenis kelamin laki-laki karena memiliki buah zakar meskipun hanya satu.
Selain itu pihak Rumah Sakit juga angakat tangan terhadap kasus yang menimpa anaknya. Mereka menyarankan agar anaknya di bawa ke RS Sarjito Yogyakarta atau Rumah sakit di Jakarta dengan Rujukan. Sehingga, Solihun membawa anak pertamanya yang baru berusia dua hari pulang ke rumah di Desa Gondang.“Tidak ada keterangan terkait kelainan yang menimpa anak kami dari dokter sehingga kami bingung,” jelasnya.
Ia menceritakan, keinginan untuk membawa anaknya ke Rumah sakit di Jogyakarta seperti yang disarankan dokter. Namun kendala biaya menjadi kendala utama. Selain itu jarak Purbalingga Yogyakarta yang terbilang jauh membuat pihak keluarga berpikir ulang. pasalnya bila memperlukan seseatu harus balak-balik Purbalingga-yogyakarta yang memperlukan ongkos tidak sedikit.
“Kami tidak biasa mengurus hal-hal birokrasi rumah sakit atau lainnya, sehingga kalau ada yang kurang maka harus bolak-balik,” tambahnya.
Sementara itu Kepala Desa GondangRudi Kuswanto mengatakan pihak desa juga akan berusaha semaksimal mungkin agar anak pasanga Nur Khanifah dan Solihun mendapatkan perawatan yang maksimal.
“Kalau pemerintah desa mampunya hanya mengantarkan kita akan antarkan. Desa juga sudah berkordinasi dengan Dinas Sosial, nantinya akan diupayakan lagi,” tuturnya.
Sementara itu, Kepala RS Goetheng Tarunadibrata Purbalingga, dr Nonot Mulyono MKes ketika dikonfirmasi mengatakan, ia belum mendapatkan laporan perihal bayi tersebut. "Saya belum tahu, belum dapat laporan, saya cek dulu ke perawat," katanya. (jok)
“Saya melahirkan pada Jumat (12/7), sekitar pukul 10.00, dengan pertolongan bidan desa. Saat mengandung juga normal-normal saja,” ujar Nur Khanifah, sambil menimang buah hatinya itu.
Meski kelahiranya normal namun mendapati kelainan fisik yang dialami bayinya itu, Nur mengaku sangat terpukul. Namun, naluri sebagai seorang ibu membuat rasa sayang terhadap anaknya tidak bisa terbendung. Bahkan ia ingin tetap merawat dan membesarkan anak pertamanya.“Sebagai ibu, saya ingin keadaan bayi normal dan sehat,” imbuhnya.
Hingga kemarin, bayi yang lahir dengan berat badan 2,3 kilogram dan panjang 30 sentimeter itu belum mendapat perawatan medis. Bayi tersebut tergolek di kasur tipis yang dibalut kain di rumah yang temboknya berbahan bilik bambu yang sudah mulai lapuk. Bayi yang belum bernama itu juga masih enggan menyusu kepada ibunya.
“Dia tidak mau mengisap, sejak lahir baru diberi asi perasan, paling satu atau dua tetes,” kata dia.
Pihak keluarga bayi juga belum berani membawa anak pertama pasangan Nur Khanifah dan Solihun. Pasalnya, masih terkendala oleh biaya perawatan. Upaya demi upaya untuk mendapatkan perawatan yag layak sudah diusahakan oleh Solihun.
“Sewaktu lahir saya bingung terhadap jenis kelamin putra kami. Akhirnya rujukan dari bidan saya bawa anak saya ke RSUD Purbalingga, namun ditolak,” tutur Solihun.
Ia menambahkan, sewaktu ia sampai di RSUD Purbalingga pihak rumah sakit memintanya untuk kembali esoknya. Alasanya, karena dokter spesialis yang ada sudah pulang, selain itu alasan kondisi bayi yang masih lemah dan tidak boleh terlalu lama di rumah sakit.
“Karena rumah sakit tidak baik untuk bayi, banyak penyakit. Padahal kami ingin tahu jenis kelamin anak kami, dan bagaimana ke depannya terkait perawatannya,” imbuh buruh serabutan itu.
Ia menjelaskan, Sabtu kemarin (13/7) pihak keluarga membawa anaknya kembali ke RSUD Purbalingga. Namun, dokter hanya memeriksa seperlunya dan mengatakan bahwa anak pertama pasangan Nur Khanifah dan solihun memiliki jenis kelamin laki-laki karena memiliki buah zakar meskipun hanya satu.
Selain itu pihak Rumah Sakit juga angakat tangan terhadap kasus yang menimpa anaknya. Mereka menyarankan agar anaknya di bawa ke RS Sarjito Yogyakarta atau Rumah sakit di Jakarta dengan Rujukan. Sehingga, Solihun membawa anak pertamanya yang baru berusia dua hari pulang ke rumah di Desa Gondang.“Tidak ada keterangan terkait kelainan yang menimpa anak kami dari dokter sehingga kami bingung,” jelasnya.
Ia menceritakan, keinginan untuk membawa anaknya ke Rumah sakit di Jogyakarta seperti yang disarankan dokter. Namun kendala biaya menjadi kendala utama. Selain itu jarak Purbalingga Yogyakarta yang terbilang jauh membuat pihak keluarga berpikir ulang. pasalnya bila memperlukan seseatu harus balak-balik Purbalingga-yogyakarta yang memperlukan ongkos tidak sedikit.
“Kami tidak biasa mengurus hal-hal birokrasi rumah sakit atau lainnya, sehingga kalau ada yang kurang maka harus bolak-balik,” tambahnya.
Sementara itu Kepala Desa GondangRudi Kuswanto mengatakan pihak desa juga akan berusaha semaksimal mungkin agar anak pasanga Nur Khanifah dan Solihun mendapatkan perawatan yang maksimal.
“Kalau pemerintah desa mampunya hanya mengantarkan kita akan antarkan. Desa juga sudah berkordinasi dengan Dinas Sosial, nantinya akan diupayakan lagi,” tuturnya.
Sementara itu, Kepala RS Goetheng Tarunadibrata Purbalingga, dr Nonot Mulyono MKes ketika dikonfirmasi mengatakan, ia belum mendapatkan laporan perihal bayi tersebut. "Saya belum tahu, belum dapat laporan, saya cek dulu ke perawat," katanya. (jok)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Semua Lapas di Sumut Over Kapasitas
Redaktur : Tim Redaksi