Bayi Laki-laki ini Terlahir Berkepala Dua

Jumat, 28 Juni 2013 – 00:02 WIB
Bayi pasangan Suman dan Munjiah yang lahir dengan kepala dua. FOTO: Radar Banyumas
MAJENANG - Suman kaget bukan kepalang ketika Munjiah, istrinya melahirkan anak keduanya Rabu (26/6) malam lalu. Buah hati pasangan tersebut ternyata berkepala dua atau "paragus dicephalus conjoined twins". Bukan hanya pasangan asal warga Desa Purwosari RT 01 RW 03 Kecamatan Wanareja yang kaget, Tim medis di Rumah Sakit Bersalin (RSB) Duta Mulya Majenang pun geger dengan peristiwa langka tersebut.

Bayi tersebut memiliki dua kepala dan dua leher. Kedua leher tersebut berada tepat diatas pundak. Sementara organ tubuh lainnya termasuk organ dalam semuanya satu dan berfungsi normal.

Tim medis yang dikepalai dr Tatang Mulyana SpOG sejak menerima Munjiah pada Rabu malam, tidak menduga sama sekali adanya kelainan pada bayi tersebut. Bahkan saat tim melakukan pemeriksaan Ultra Sonography (USG), tim tidak melihat adanya kelainan kecuali posisi bayi yang melintang atau sungsang.

Karena sungsang, tim medis kemudian memutuskan untuk melakukan pembedahan. Operasi tersebut dimulai pukul 21.00 dan berhasil mengangkat bayi itu. "Saat operasi, bayi sulit dikeluarkan. Setelah keluar baru ketahuan kalau bayi berkepala dua," ujar Tatang Mulyana, Kamis (27/6) kemarin.

Dokter spesialis kebidanan ini kemudian memutuskan merawat anak di ruang perinatologi dan bayi dimasukan kedalam inkubator. Tindakan tersebut untuk memastikan kondisi bayi tetap stabil karena dikhawatirkan mengalami gangguan.

Namun dari hasil observasi, diketahui bayi tersebut normal. Berat badan mencapai 4,2 kg dan panjang 46 cm. Kedua kepala bayi juga bisa menangis seperti layaknya bayi sehat pada umumnya. "Bayi normal. Organ dalam juga bekerja baik," katanya.

Tatang menambahkan, kelainan pada bayi ini karena pengaruh obat perangsang kesuburan, mutasi genetik dan faktor eksternal. Namun dia memperkirakan, kelainan bayi yang ditanganinya lebih karena pengaruh faktor eksternal. Ini terjadi saat janin berusia 2 minggu, waktu janin diperkirakan tengah mengalami proses pemisahan menjadi bayi kembar. Namun karena adanya faktor luar, proses pemisahan tersebut berhenti. "Bisa jadi si ibu minum obat tertentu hingga pemisahan terhenti," katanya.

Perkiraan ini berdasarkan keterangan keluarga yang tidak mengetahui persis awal kehamilan serta latar belakang ekonomi. "Keluarga tidak tahu kapan tanggal kehamilan. Ketahuan setelah satu bulan. Dan mereka sepertinya tidak minum obat penyubur untuk bisa punya anak kembar," katanya.

Hal ini juga diakui oleh Usman. Dia mengetahui istrinya hamil setelah usia janin diperkirakan satu bulan. Dia memang sempat melakukan test kecil dengan alat yang dijual bebas di apotik. "Tahunya dia telat (datang bulan). Setelah itu tes sampai dua kali dan baru ketahuan positif (hamil)," katanya.

Ditambahkan Usman, dia dan keluarga istrinya tidak memiliki riwayat kembar. Seluruh keluarganya tidak ada yang memiliki anak kembar. "Tidak ada. Setahu saya semua normal," katanya.

Bayi tersebut, siang kemarin langsung dirujuk ke RSUD Majenang untuk diperiksa oleh dokter spesialis anak. Pihak RSB Duta Mulya sendiri telah memutuskan untuk merujuk bayi yang belum diberi nama itu ke RS Sarjito di Yogyakarta.
 
Direktur RSUD Majenang, Dewi Marhaeny saat dihubungi Radarmas (JPNN Grup) mengatakan, bayi itu siang kemarin langsung di bawa ke RS Sarjito.

Sementara kondisi Munjiah, ibu bayi tersebut saat ini masih dalam perawatan intensif petugas medis pasca operasi sesar di RSB Duta Mulya. Dia ditempatkan di ruang Glatik dan ditemani oleh keluarga dan kerabat. Kondisinya sampai kemarin nampak stabil meski harus di infus untuk pemulihan kondisi. (har)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kebakaran Lahan Riau, Kepolisian Tangkap 14 Orang

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler